Rahim Bayaran #20
Oleh Sept September
"Ma ... Ma ... sini Ma!" Agam secepat kilat menarik tubuh mamanya sambil merangkul menuju ke depan. Jangan sampai ketemu istrinya, istri yang nomor dua. Yang masih kecil dan polos itu, si Dira. Bahaya!
Manik matanya menajam, ke sana ke mari merasa panik, ketika melihat kamar tamu terbuka. "Di mana anak itu?" pikirnya sambil terus menuntun sang Mama menjauh. Jangan sampai dua wanita beda usia itu bersua.
Dira mungkin akan lebih cocok jadi cucu mama dari pada anak mantu. Ish, Agam terus clingak-clinguk mencari keberadaan Dira.
"Mama haus, kenapa ditarik ke sini? Huh!" kesal mama.
"Agam ambilin! Mama duduk!"
Buru-buru Agam masuk ke dalam, dicarinya si Dira, gadis kecil yang akhir-akhir ini mampu mengacak-acak hati pria bertubuh tegap, tinggi, dan atletis tersebut.
"Ke mana tuh bocah?" gumamnya sambil mengendarkan pandangan ke sekitar.
"Dira!" bisiknya saat melihat Dira yang baru masuk dari pintu samping.
"Dari mana kamu?" masih dengan suara bisik-bisik.
Dira menduga pasti ada Mas Denis. Jadi Agam bersikap sembunyi-sembunyi seperti itu.
"Ini ... habis dari belakang sama Bibi. Petik buah mangga sama ngarungin buah klengkeng biar buahnya tidak jatuh semua." Jawab Dira dengan polos, sambil menunjukkan ember tanggung yang ia pegang. Satu ember bersisi mangga yang sudah ranum, seranum Dira.
"Ngapain juga kamu itu, kurang kerjaan!" cetusnya sedikit kesal.
"Di rumah ini ... Dira kan memang gak punya kerjaan, Mas. Apa-apa sama Bibi tidak boleh!" terang Dira dengan apa adanya.
"Hiiii ....!" Dengan nada geram. Agam seolah ingin mencubit anak nakal itu.
"Saya bayar kamu itu bukan untuk jadi pembantu! Kamu ngerti tujuan saya menikahi kamu itu untuk apa?" tambah Agam dengan berkacak pinggang.
Dira hanya mengantupkan bibirnya. Mengigit sedikit, dan hal itu tertangkap oleh mata Agam yang super jeli. Pria dengan hati sekeras baja itu pun langsung hilang konsentrasi.
"Agam ... mana minumnya?" teriak Mama dari depan.
"Kamu sembunyi dulu!" Agam langsung tersadar, asik memarahi Dira ia sampai lupa misi utamanya. Yaitu menyembunyikan Dira agar tak terlihat oleh mamanya itu.
"Sembunyi?" Kedua alis bak bulan sabit itu menungkik tajam. Tidak mengerti, mengapa disuruh sembunyi.
"Ada Mama! Saya gak mau ada masalah. Cepat sembunyi!" ujarnya sambil masih clingak-clinguk. Hilang sudah kesan pria penuh wibawa, untuk saat ini.
Dira sendiri lantas mencari tempat yang pas untuk dipakai persembunyian.
"Kamar Bibi!" pikir Dita. Ia pun ingin melangkah menuju kamar asisten rumah tangga suaminya itu.
"Mau ke mana?" bisik Agam saat Dira mulai berjalan.
"Kamar Bibi!" Dira pun sama, ia bicara dengan pelan seperti orang yang sedang bisik-bisik.
Sementara itu, Mama yang sudah dilanda kekeringan dan sangat haus. Sudah tidak sabar, Agam ini lamban sekali. Ambilin minum saja kaya ngantri di kasir indoapril. Lama banget! Mama pun memilih menghampiri putranya itu.
Tap tap tap
Kaget, ketika mendengar derap langkah yang makin dekat.
Agam dan Dira tentunya merasa panik, kamar Bibi masih agak jauh. Mereka gak ada waktu lagi ke kamar itu. Hanya ada kamar mandi di dekat sana.
Buru-buru, Agam menarik lengan Dira. Mengajak gadis itu masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dapur. Tidak sebesar kamar mandi di kamarnya. Karena bukan kamar mandi utama, hanya untuk pegawai di rumah itu saja.
Saat Mama tiba, dua mahluk itu sudah ada di dalam kamar mandi yang sempit tersebut.
"Mas Agam! Ngapain ikut sembunyi?" Dira menatap aneh pada suaminya.
Seperti orang bodoh, Agam juga tak habis pikir. Untuk apa ia ikut masuk di kamar mandi itu bersama Dira?
"Agam? Ke mana itu si Agam?" Mama mencari-cari anaknya itu.
Melihat pintu terkunci, Mama pun mengira Agam ada di dalam sana.
Tok tok tok
"Katanya mau ambilin minum. Eh ... malah ke kamar mandi!" cetus Mama setelah mengetuk pintu kamar mandi itu.
Mama pun mengambil minum sendiri di dalam kulkas. "Ke mana juga pembantu di rumah ini? Ish ... sepertinya aku harus membawa Agata cepat pulang ke rumah ini!" gumam Mama setelah meminum jus kemasan dari dalam kulkas.
Dari samping, Bibi penjaga rumah masuk.
"Nyonya!" pekik Bibi. Kaget pagi-pagi, Ibu dari tuannya kok sudah main ke rumah.
"Ke mana saja sih Bik!" gerutu Mama.
"Ini Nya, panen mangga!"
"Hem ... yasudah. Tolong bikinin teh herbal. Kepala saya rasanya pusing."
"Baik, Nya!"
Mama pun berlalu, ia kembali ke ruang tamu. Sedangkan Agam dan Dira, keduanya kini bisa keluar.
Saat Agam sudah keluar duluan dan akan disusul oleh Dira, tiba-tiba Mama datang lagi ke dapur. Spontan Agam masuk lagi, kaget karena terdorong oleh Agam yang membuka pintu kembali. Dira pun akhirnya sedikit terpental.
Tangan gadis itu tak sengaja menyentuh kran di belakang tubuhnya. Dan byurrr...
Air dari shower pun lolos begitu saja menguyur Dira dari atas sampai bawah.
"Agam, kamu mandi ya?" tanya Mama.
"Ah ... iya Ma," jawab Agam dengan gugup, bukannya apa-apa. Pemandangan di depannya saat ini bikin jantungnya cenat-cenut.
"Kenapa gak di kamar kamu sendiri?"
"Rusak! Airnya mampet!" Agam asal menjawab.
"Jangan lama-lama ya, Mama mau ngomong penting!"
"Iya!" Mulutnya berkata iya, tapi otak pria itu sudah traveling ke mana-mana.
Klek
Agam mematikan shower yang semula mengucur deras itu.
Ditatapnya Dira lekat-lekat, sambil menelan saliva. Tangannya menyibak rambut yang menutupi mata gadis itu.
Menggoda, betul-betul sangat menguji dirinya. Sempat terbesit di benak Agam. Jangan-jangan Dira sengaja menyalakan shower itu. Sengaja berniat menggoda dirinya, lagi!
Sedangkan Dira, yang tidak tahu fitnah keji di dalamn kepala suaminya itu hanya menahan rasa dingin yang menyerang.
Ia bahkan tak terpengauh ketika Agam menyentuh kulit pipinya yang lembut itu. Ia hanya ingin keluar dan ganti baju.
"Mas, sepertinya Mama sudah ngak ada. Bisakah kita keluar sekarang?" ajak Dira yang sudah basah kuyup.
"Kamu sengaja kan menyentuh kran shower itu?" tuduh Agam, dan tangannya masih membelai rambut Dira yang basah.
Dira hanya memincingkan mata, "Mas Agam ini ngomong apa? Lagian Dira sudah mandi. Ngapain nyalain shower, kan jadi mandi dua kali?" tanya Dira balik dengan spontan.
Agam mendesis kesal, "Bisa-bisanya dia jual mahal!" rutuknya sambil membuang muka.
"Ayo Mas, keluar. Sudah sepi!" Dira ini sudah ngak sabar untuk ganti baju dengan pakaian yang kering.
"Tanggung jawab dulu!"
"Tanggung jawab untuk apa? Dira ngak ngapa-ngapain."
"Jangan lagi seperti ini!" larang Agam tanpa menyebut larangan apa itu. Membuat Dira tak tahu maksud ucapan suaminya.
"Iya, iya ... Dira gak bakal pakai shower kalau mandi. Dira bakal pakai gayung!"
Jengkel, Agam langsung menekuk wajahnya. Sudah persis kanebo usang yang tak bisa dipakai lagi.
Melihat Agam hanya diam, Dira kembali bertanya. "Bolehkan sekarang Dira keluar?" Dira sudah bersiap untuk membuka pintu.
Bruakkk
Agam menekan pintu itu dengan telapak tangan. Dengan sorot matanya menatap tajam ke arah gadis tersebut.
Membuat Dira terkejut seketika. Tubuhnya pun perlahan mundur. Sikap Agam seolah tidak mengijinkan Dira keluar dengan selamat.
Bersambung
Apakah mungkin akan ada senam di dalam sana? Entahlah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Elizabeth Yanolivia
orang kota versus orang desa bersatu padu bikin stand up comedy 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-05-31
0
Elizabeth Yanolivia
memincingkan = memicingkan
2024-05-31
0
Elizabeth Yanolivia
terpengauh = terpengaruh
2024-05-31
0