Rahim Bayaran #14
oleh Sept September
Malam itu bulan mengantung indah di langit yang gelap gulita, ditemani bintang-bintang yang tak pernah berhenti bersinar.
Semesta pun seolah menjadi saksi, ketika dua hati manusia mulai memadu kasih.
Malam di Bali yang syahdu, di dalam sebuah kamar hotel bintang lima. Ada hati yang sedang bergemuru.
Aliran darah dalam tubuhnya berdesir tak kalah menatap Dira, ya. Agam mulai tergoda dengan gadis polos dan terlalu biasa itu.
Kini, perasaan pria itu mulai goya! Tubuhnya sudah mulai berhianat pada istri pertama. Mungkin hati Agam kini mulai bercabang.
Ketika kakinya melangkah tanpa keraguan mendekati Dira, maka di situlah genderang perang mulai ditabuhkan.
Deg
Jantung Dira berdegup lebih cepat dari pada biasanya, bayangan Agam yang mulai mendekat. Terlihat jelas pada pantulan kaca di depannya saat ini.
"Mas Agam mau apa?" batin Dira.
"Aku suka aromamu!"
Deg
Ada angin apa? Pria hati baja itu memuji wanginya? Bukankah Agam tadi bilang ia bau asem?
Dira tak tahan situasi seperti ini, Agam yang berdiri tepat di belakang tubuhnya. Membuat ia tak nyaman, dan canggung.
Ingin menghindar, dan segera memakai baju. Dira lantas bangkit dari duduknya. Namun, tangan Agam malah menyentuh pundaknya dari belakang. Menekan lembut, seolah menahan Dira untuk berpindah dari tempatnya semula.
"Dira mau ganti baju, Mas!" ucap Dira yang hatinya sudah semrawut tidak karuan.
Sentuhan tangan itu, sudah membuat tubuhnya terasa kesetrum listrik aliran pendek.
Rupanya gadis itu ingin kabur. Jantungku sudah mau meledak, ia sudah merasakan sesuatu yang aneh dari pria di belakangnya kini.
Sementara itu, hasratnya yang sudah terpancing sejak tadi. Membuat Agam tidak bisa berpikir jernih seperti biasanya.
Nalurinya sebagai seorang pria sedang menuntut. Malam ini, sepertinya Dira akan habis di tangannya.
Bila semula matanya selalu menyalak pada Dira. Kini tatapan itu seolah penuh harap.
Diputarnya kursi yang diduduki Dira hingga wajah gadis tersebut kini menghadap ke arahnya.
Mata mereka pun saling bertemu, tak bisa dihindari. Pertemuan mata itu menimbulkan sedikit percikan api.
Sebuah api yang menyulut hasrat pada diri pria dingin berbadan atletis itu.
Dira sendiri sudah gerogi tak karuan, Agam sejak tadi menatapnya tanpa kedip.
Bila semula Agam hanya menatap wajah Dira, kini fokus pria tersebut beralih ke bibir ranum yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
"Ah! Paling juga tidak perawan!" gumam Agam, sembari mengamati inci demi inci bagian tubuh istrinya itu.
Binggung mau berbuat apa, Dira malah memancing Agam dengan gerakan mengigit bibir bawahnya.
"Lihat! Dia pandai dalam hal menggoda!" Agam terus saja berperasangka buruk pada istri sirinya tersebut.
"Kamu mau aku cium?" tanya Agam kemudian. Sontak membuat pipi Dira merah merona.
Kelewat malu, Dira memalingkan wajahnya. "Apa-apaan Mas Agam ini!" gumam Dira. Ia menutupi rasa malunya dengan memutar bola mata ke sana ke mari.
Karena Agam masih saja menatapnya dengan intense, akhirnya ia pun memilih menundukkan wajah saja.
"Bila bicara pada seseorang, tatap matanya. Jangan menghindar, tidak sopan!" ucapnya sambil meraih dagu Dira.
"Sial!" rutuk Agam dari hati. Mengapa ia begitu ingin menikmati benda itu!
Otaknya tak bisa fokus. Matanya hanya tertuju pada bibir Dira. Bibir munggil warna merah muda yang membuat ia ingin mencicipinya.
Tanpa ba bi bu lagi, karena hasrat sudah melekat. Agam langsung saja menuruti nalurinya sebagai seorang pria sejati.
Dira pun langsung terbelalak, saat Agam mendekat ke arahnya. Semakin dekat, hingga tidak ada cela bagi keduanya, saat bibir mereka bertaut. Tidak ada jarak yang memisahkan. Kulit bertemu kulit.
Pertama, Agam merasa aneh. Mengapa Dira mengunci rapat-rapat mulutnya. Apa ia menolak buaian yang ia tawarkan.
"Sial! Apa gadis ini menolakku mentah-mentah?" pikir Agam.
Karena tubuhnya terlanjur panas dingin, penuh gairah asmara yang mengebu dan mengepul. Agam tak bisa membiarkan ini berakhir dengan kegagalan.
Perlahan tapi pasti, tangannya merayap bagai seekor cicak di tubuh Dira.
Spontan Dira membuat mulutnya, karena merasa geli. Tangan liar itu berkelana menjelajahi tempat yang tak semestinya.
Berhasil! Sukses membuat Dira membuka mulut, Agam lantas menyesap lembut. Seolah itu adalah madu manis, menyesapnya hingga habis.
Tangan Dira mencoba mendorong tubuh suaminya, Agam benar-benar kuat. Bagai sebuah vacuum cleaner. Menyedot Dira sampai kering.
Puas membuat Dira kering, Agam baru melepas gadia tersebut.
Ditatapnya lagi wajah Dira yang terasa hangat!
"Kenapa wajahnya panas begini?" Bibir Agam mengulas senyum. Ia percaya, Dira juga merasakan hal yang sama seperti apa yang kini ia rasakan.
Ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih lagi, Agam mengecup bibir Dira sekali lagi.
Aneh! Bibir itu kini terbuka dengan suka rela. Yakin Dira sudah memberikan kode.
Sekali lagi Agam menyesap, lembut, penuh perasaan. Mata keduanya kini terpejam. Menikmati kelembutan masing-masing.
Lama kelamaan, sesapan itu berubah menjadi cepat, menuntut dan memburu.
Tak tahan, Agam langsung melepas tautan bibir mereka. Lengannya yang kekar, langsung mengangkat tubuh mungil Dira.
Dengan semangat berapi-api, Agam membaringkan tubuh Dira di atas ranjang yang besar di kamar itu.
Kini Dira berada dalam kungkungan pria dingin yang kini sedang hangat-hangatnya.
Dengan kedua siku yang menompang badannya, Agam mengangkat sedikit tubuhnya. Ditatapnya lagi Dira dengan dalam.
"Mengapa kamu begitu menggoda malam ini?" batin Agam lagi-lagi dibuat kalang kabut oleh gadis polos itu.
Melihat Dira yang segar setelah habis mandi, dengan hanya mengenakan handuk kimono. Serta rambut basahnya. Entah mengapa, membangkitkan jiwa laki-lakinya.
"Ah, tidak apa-apa! Lagian dia istriku!" batinnya lagi. Seolah mengusir rasa bersalahnya karena melupakan Agata.
Dira sendiri sudah berdebar-debar tidak karuan, ini pertama kalinya ia dikungkung oleh seorang pria.
Bahkan kini, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Hembusan napas Agam juga terasa saat menerpa wajahnya. Terasa hangat.
Apalagi Agam, ia sudah terbuai sejak tadi. Aroma Dira membuat hawa panas memgalir di sekujur tubuhnya.
Ah tidak tahan, Agam langsung melepas pakaiannya. Ia melempar kaos pendek yang semula ia kenakan ke sembarang tempat.
"Haduh!"
Hati Dira sudah tidak bisa dikontrol lagi, matanya berbinar sekaligus malu ketika melihat deretan roti sobek yang terpampang di depannya.
Sungguh pemandangan yang membuat kaum hawa menjerit saat menatapnya. Ini adalah pertama kalinya ia menatap Agam tanpa apapun. Matanya yang polos pun, akhirnya kini tercemar sudah.
Malu, Dira memalingkan wajah kembali sembari menutup dua bola matanya.
Sedangkan Agam, pria itu sudah terlalu ahli dalam hal urusan ranjang. Sekali gerakan saja, ia sudah mampu membuat Dira meremang.
Seperti saat ini, sebuah kata ia bisikan lembut di telinga Dira. Sesekali ia mengigit dengan gemas daun telinga itu.
Membuat Dira terus bergerak karena merasa geli yang hebat.
Agam rasa, ini sudah waktunya meluncurkan timah panas. Sejak tadi sudah ada yang mau keluar dari dalam tubuhnya.
Hanya saja ia tahan, malu dong. Belum apa-apa sudah keluar duluan.
Setelah membulatkan tekad, akhirnya Agam menembakkan senjatanya. Dilihatnya wajah Dira yang menahan sakit dan rasa perih.
Detik berikutnya.
Matanya menatap nanar, saat melihat percikan darah yang keluar dan berserakan di seprai dan juga bantal yang semula jadi alat tumpuan.
"Kamu masih gadis, Dira?"
Bersambung
Authornya kaborrr! Kwkwkkw Maaf ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Siti Zamarah
usia tdk menghianati ya gamm
2023-07-28
0
Siti Zamarah
hmmmm agammmm kucing
2023-07-28
0
Siti Zamarah
kan udah sampai bengkak dikira sama bibi disengat lebah pas c agam mabuk tea gening athor ahhhh masa author lupaaaa
2023-07-28
1