Rahim Bayaran #12
oleh Sept September
Sepanjang jalan Agam hanya diam, teringat pembicaraannya dengan dokter Aldo.
Saat mereka di tempat parkir, keduanya tak langsung masuk mobil karena ada dokter kenalan Agam yang menyapa. Dari situ, mereka terlibat pembicaraan yang serius. Agam masuk ke dalam ruangan dokter Aldo seorang diri.
Ia meninggalkan Dira di mobil. Meminta gadis itu menunggu, sebab ada hal urgent yang perlu ia bicarakan dengah dokter tersebut.
Saat mereka hanya berdua, Agam mulai menanyakan perihal istrinya.
"Ada apa dengan istri saya, Dok? Lalu mengapa dokter menanyakan perihal operasi ... operasi apa yang dokter maksud?"
Dokter muda itu nampak berpikir, ia rasa sudah salah ucap. Jangan-jangan pasiennya itu merahasiakan penyakit yang dideritanya pada sang suami.
"Lebih baik, Pak Agam bicara dan tanya langsung pada istri Bapak."
"Tanya bagaimana? Istri saya menghilang!" ujar Agam yang kesal karena dokter Aldo enggan berkata yang sejujurnya.
"Pergi? Sayang sekali. Bulan lalu sudah stadium akhir."
Mata agam membulat sempurna, ia menatap nanar pada pria yang lebih muda darinya itu.
"Apa maksud Dokter?" tuntut Agam yang serasa kepalanya mau pecah.
"Sebaiknya Pak Agam bawa Nyonya Agata ke rumah sakit, bila terus ditunda-tunda. Takut kanker itu merambat ke mana-mana!" tutur Dokter dengan perasaan berat hati.
Deg
Jantung Agam seolah berhenti berdetak, waktu seolah terhenti. Langit Agam mendadak runtuh.
Kekasihnya, wanita yang paling ia cintai. Wanita yang menemani dirinya belasan tahun, ternyata tengah sakit. Dan ia tidak tahu sama sekali akan hal itu.
Agam merasa sangat berdosa, berpikir yang bukan-bukan. Dengan berat ia mengusap wajahnya. Ada sesak di dalam sana.
Setelah mendengar semua penjelasan dari Dokter, kini Agam segera pulang. Di dalam mobil Dira pun tak berani bicara. Ia hanya diam, padahal gadis itu penasaran. Mengapa wajah suaminya mendadak sendu.
Dira bahkan lebih suka melihat Agam yang jutek dan galak. Meski dingin, ia lebih suka akan hal itu. Dari pada saat ini? Menatap wajah pria itu yang diliputi kesedihan yang tidak ia ketahui, sedikit mengusik hati Dira yang polos itu.
Begitu sampai rumah, Agam langsung menelpon Robby.
"Robb! Pesankan tiket ke Bali. Segera!"
"Atas nama siapa, Tuan?"
Agam mendengar suara berisik Denis yang sedang main game di ruang tamu. Sangat bahaya meninggalkan Dira di rumah ini bersama jejaka playboy itu. Bisa-bisa Dira hamil tapi bukan anaknya!
"Dua tiket! Punya saya dan Anindira!"
Di seberang telpon, nampak Robby memincingkan mata.
'Oh! Kalian mau bulan madu ke Bali rupanya!' gerutu Robby. Ia kesal karena Agam sibuk dengan istri baru dan lupa dengan istri pertamanya.
"Baik, Tuan. Segera saya pesankan!"
Telpon pun terputus, Agam kini mencari Dira. Ia berjalan ke kamar gadis tersebut.
"Dira ... Dira!" panggilnya berulang. Membuat Denis terusik.
"Ada apa sih, Mas? Dira lagi di dapur sama Bibi. Tadi mau kupas mangga katanya," celetuk Denis.
Tidak menghiraukan adiknya, Agam langsung ke dapur.
"Dira ... Dira!"
"Iya, Tuan!" Dira clingak-clinguk, takut ada Denis.
"Ke sini, ikut Saya!"
Agam langsung meraih pergelangan tangan gadis tersebut. Membawanya ke kamar sang gadis.
"Kemasi pakaianmu, bawa beberapa saja!"
"Kita mau ke mana, Mas?"
"Sudah, jangan banyak tanya. Ikuti apa yang saya katakan!"
"Baik ... sekarang?"
"Ngak!!! Tahun depan!" ujar Agam dengan gusar.
Dira sampai harus menelan salivanya dengan berat dan kasar. Sekasar sikap Agam padanya.
Setengah jam kemudian, Robby datang dengan ticket di tangannya.
Denis kepo dong, Agam sama Dira mau ke mana? Pakai bawa koper mini segala.
"Mas Agam mau bawa Dira ke mana?" cegah Denis yang melihat Agam mau memasukkan tas ke mobil.
"Kami ada urusan, kamu jaga rumah!"
"Loh ... loh! Ngak bisa gitu. Mas kalau mau kerja luar kota, tinggalin Dira! Biar Dira di sini. Kan ada Denis."
"Gundulmu!" batin Agam. Enak saya, kalau ditinggal bisa-bisa Dira diembat.
"Sudah, jangan rusuh. Kami mau ke tempat Agata, biar Dira jadi asisten Agata di sana." Kelit Agam yang susah menjelaskan alasan yang sebenarnya.
Sementara itu, mendengar jawaban mengapa ia dibawa hanya untuk dijadikan asisten istri pertama. Jujur, ada perasaan nelangsa di dalam hati gadis lugu itu.
Terlihat, dari wajahnya yang mendadak layu.
"Ayo Dira!" ucap Agam yang melihat istrinya itu hanya diam tak berkutik.
"Mas Denis, Dira berangkat ya."
Denis pun melambaikan tangan dengan tak ikhlas. Ah! Mas Agam keterlaluan, baru juga ia senang bertemu gadis unik macam Dira, eh malah dibawa pergi. Alhasil Denis pun jadi lesu tak bersemangat.
Mobil pun kini melaju, memecah angin dan debu jalanan. Mendahului mobil-mobil sebelumnya, karena takut mereka akan terjebak macet saat menuju bandara.
Beberapa saat kemudian.
Dira sudah duduk di kursi VIP di dalam sebuah pesawat terbang. Ini adalah kali pertamanya naik pesawat.
Sejujurnya ia agak takut, takut bila pesawat jatuh dan terjebur ke dasar laut. Persis seperti berita di TV. Namun rasa khawatir Dira sirna, saat ada pria tampan duduk dengan tenang di sampingnya.
Sesekali Dira mencuri pandang pada pria tampan itu. Ah, rasanya Dira tak percaya. Itu adalah suaminya. Dan lagi, mungkin KTP Agam itu menipu, dimanipulasi, dituakan.
Mana ada pria seusia bapaknya, tapi terlihat awet muda dan tampan. Ah, Dira jadi senyum-senyum sendiri. Kenapa mirip Ari Wibowo? Bibirnya mengulas senyum, lamunannya sungguh membuat kedua pipi Dira merona sempurna.
Tak sebanding dengan perasaan pria di samping Dira. Pria itu, meski matanya terpejam. Namun pikirannya ke mana-mana. Bagaimana dengan istri tercintanya?
Ia jadi ingat, jangan-jangan Agata sengaja menyuruh dia menikah karena hal ini. Ya, pasti. Pasti karena kanker itu, sebuah kanker yang harus di ambil dari tubuhnya. Tak hanya tubuhnya, bahkan rahim Agata pun harus diangkat. 'Oh Tuhan! Cobaan apa lagi ini!' kelu Agam.
Beberapa waktu kemudian, pesawat yang mereka tumpangi sudah mendarat sempurna.
Akhirnya Dira bisa bernapas lega, untuk pendaratan pertamanya ini.
Sepanjang jalan di bandara, Dira terus saja mengekor pada Agam. Pria itu tak bertegur sapa padanya. Hanya kebisuan, sebab hati Agam kini dilanda galau yang berat.
Setelah mendapat taksi, mereka pun memesan kamar hotel.
Saat di meja receptionist, Agam mulanya juga binggung. Satu atau dua kamar? Dan ternyata hanya tinggal satu kamar yang tersisa. Ini adalah long weekend, banyak hotel penuh di tempat yang ramai seperti di sana.
"Ayo Dira!" ajaknya dengan nada datar. Saat ini ia tak fokus pada rencana membuat anak, mencari Agata adalah priority Agam saat ini.
"Di sini Mas?"
"Iya! Hanya ada satu kamar yang kosong! Sekarang kamu istirahat, aku mau ke luar."
"Mau ke mana?" Mungkin karena takut di tempat asing seorang diri, tiba-tiba Dira berani banyak bertanya.
"Bukan urusanmu!"
Jlep
Hati Dira sakit.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Cici_sleman
gundul mu dewe🤣
2025-01-12
0
Erna Yunita
Gundulmu..... ngomong asal njeplak ae
2024-10-22
0
Erna Yunita
Gundulmu....
Agam wong jowo tulen euuuyyyyy
2024-10-22
0