Episode 20. Perfect Night

Satu lagi kejutan yang Adrian buat. Dia membawaku ke rumahnya di Surrey.

 

"Amanda, aku akan ada perjalanan bisnis ke Asia Tenggara mulai lusa malam selama sepuluh hari. Kau akan tinggal dirumahku sampai lusa. Aku sudah memberitahukan kepada bibimu. Kamarmu sudah disiapkan." aku mengganga saat dia mengatakannya begitu kami sampai di mobilnya.

 

"Apa... " jantungku langsung berdebar liar kali ini. "Tapi... " aku tidak berharap akan secepat ini terjadi.

 

 

"Kenapa... kau sudah berjanji padaku untuk tidak menolakku setelah kau kembali. Don't you remember that?" Adrian menatapku. Hawa panas kembali naik ke wajahku. Dia tersenyum. Dan dengan cepat merangkulku gemas.

 

 

"Can you stop blusing my dear. I know what you thinking now." dan itu berakhir dengan Adrian menciumku dengan panas melelehkan yang membuat jantungku berdetak terlalu kencang.

 

 

"But princess, you need rest tonight. I will be wait. You must be tired." dia melepas ciumannya dengan napas memburu. Gosh, this is to much. Jantungku berdetak tak terkendali sekarang.

 

 

"Kau benar-benar .... " dia benar-benar menungguku selama empat bulan ini? Dia selalu mengirimkan pesan cinta. Apa dia benar-benar jatuh cinta padaku. Andrian menaikkan alisnya mendengar kalimat menggantungku.

 

 

 

 

"Apa kau mencintaiku?" Adrian diam mendengar pertanyaanku.

 

 

"I will show you not telling you. And you will know it. I promise to you princess." kata-katanya membuatku terpaku. Dia tahu aku belum yakin padanya. Dan caranya menjawab membuatku meleleh seperti lilin terbakar api.

------

Aku kelaparan dan sesampainya di rumahnya, makanan sudah disiapkan. Kami langsung makan. Dia tahu aku kelaparan.

 

 

Aku kagum dengan rumahnya yang entah kenapa terasa hangat walaupun berkonsep minimalis. Dulu saat pesta aku tak memperhatikan secara keseluruhan, karena aku sibuk mencari tempat untuk bersembunyi di taman. Tapi sekarang aku punya kesempatan mengaguminya.

 

 

"Rumahmu sangat hommy... dulu aku tak memperhatikannya."

 

"Aku senang kau menyukainya. Kau boleh datang kesini kapanpun." Aku tersipu mendengar perkataannya.

 

"Bibimu mengirim satu koper bajumu. Tadinya aku berencana membelikanmu, tapi dia berkata dia akan mengirimkannya. Ada di kamarmu."

 

"Apa ... " Bibi mengatur ini terlalu jauh. Dia membuatku malu.

 

"Apa yang dilakukannya." aku menutup mukaku malu. Adrian tertawa.

 

 

"Bibimu sangat memperhatikanmu. Dia berkata kau adalah putrinya. Aku sedikit takut mendekatimu, jika aku membuatmu menangis dia pasti akan membuat perhitungan denganku."

 

 

"Dia memang kuanggap Ibuku ... "

 

"Kuantar ke kamarmu." Ini memalukan, mendebarkan. Aku beranjak mengikutinya. Dia membawaku ke lantai tiga rumahnya. Lantai tiga diisi satu ruangan duduk dengan dominasi warna kayu gelap dan hitam. Ada beberapa kamar disini.

 

Adrian membuka salah satu kamar. Aku masuk dan menemukan sebuah kamar cantik dengan warna putih dan wallpaper coklat hangat, ranjang besar yang mempunyai bed cover kecoklatan senada, lampu kristal bulat  yang cantik. Aku menyukainya.

 

"Kamar ini cantik." dia cuma tersenyum.

 

"Bajumu sudah disusun di lemari. Kamar mandinya di sana. " Adrian menunjukkan sebuah pintu.

 

"Baiklah... "

 

"Dan kamarku didepan kamarmu." Aku merona sekarang. Aku menatapnya dengan jantung berdebar dan tersipu. Aku tidak bisa mengatakan apapun karena terlalu gugup.

 

"Datanglah padaku." Tatapannya mengunciku. Sebelum dia menciumku sekali lagi dengan gemas dan kemudian menutup pintu meninggalkanku di kamarku sendiri. Gosh, dari tadi adrenalin beredar diseluruh tubuhku. Kelebihan adrenalin ini nampaknya bisa menyebabkan aku terkena serangan jantung.

-------

Aku terbelalak melihat isi lemari, baju tidur yang dikirimkan Bibi padaku semuanya bermodel kimono gaun sutera pendek  . Mana baju tidur nyamanku. Aku tak mau memakai pakaian yang mengundang itu. Itu terasa seperti bitchy move.

 

Aku mencari baju t-shirt yang nyaman dan celana tidur panjangku. Aku tak perduli, itu terlihat kuno, membosankan. Gaun tidur sutera itu terlalu memalukan bagiku.

 

Sekarang aku berdiri didepan kamar Andrian dengan gugup sambil *** tanganku sendiri. Ini terlalu mendebarkan.

 

Aku mengetuk pintunya.

 

"Masuklah Amanda ... " aku membuka pintunya, dia sedang duduk di sofa coklat besar di depan televisi besar yang menyala sambil membaca sesuatu ditabletnya dan kertas ditangannya. Dia memakai t shirt putih nyaman dengan celana tidur abu abu pendek selutut. Dia sangat menggoda dengan baju rumahan seperti ini. Aku harus menahan diri untuk tidak memandangnya terlalu lama.

 

Aku beralih melihat kamar besar ini. Warna coklat gelap, hitam dan cream mendominasinya keseluruhan interiornya, terasa sangat pribadi dan nyaman. Dengan bagian ruangan duduk nyaman dan sekat kaca bercorak  yang memisahkan dengan ruangan tidurnya diujung sana.

 

"Duduklah... " dia menepuk sofa disampingnya.

"Apa yang kau lakukan."

 

"Memeriksa laporan yang dikirimkan orangku. Sebentar lagi selesai." Dia sedang bekerja. Aku melihat televisi didepan yang sedang menyiarkan berita, mengambil remotenya dan mengganti siarannya ke sebuah laporan tempat wisata.

 

Aku tengah tenggelam ke keindahan gambar sebuah pantai di Maldives ketika tiba-tiba aku merasakan sebuah pelukan dan ciuman ke leherku dari samping yang membuatku kaget. Seketika jantungku berdebar tak terkendali.

 

 

"Kau wangi ... aku menyukainya." dalam sekejap dia menyeretku ke pangkuannya dan menghadap kearahnya, mengunci lengannya di pinggangku dan  menjadikan leherku sebagai bulan-bulanan bibirnya. Aku memejamkan mataku , mendesah tertahan,  menikmati godaannya dan membiarkan dia menciumku.

 

"Adrian... "

 

"What princess ..."

 

"You said you will wait ... "

 

"Should I ?" dia berhenti sebentar. Aku mengatur napasku, dalan detakan jantungku yang menggila. "Your voice too tempting. I can't wait anymore."

 

"Apakah kau merindukanku Princess?" dia menatapku lekat dan aku tak bisa lari dari pandangannya lagi.

 

"Sedikit... " aku menggodanya. Bagaimana aku tak memikirkannya. Setiap hari dia selalu tidak pernah lupa mengirim pesan mengatakan jika dia merindukanku.

 

"Hanya sedikit? Aku hampir gila merindukanmu...." tangannya masuk ke dalam t-shirt ku, menyentuh kulitku dan punggungku dengan kehangatan telapak tangannya. Aku menangkup wajahnya dan menciumnya.

 

" That's first sweet thing you do to me princess, I will remember that..." dia memandangku tanpa berkedip.

 

"Did I ... " aku memandangnya tanpa bisa beralih sedetikpun.

 

"Aku tak pernah merindukan seseorang seperti ini Amanda, aku bersungguh-sungguh terhadap perasaanku. Setelah empat bulan ini aku tak bisa berhenti merindukanmu. Kau sekarang bisa membunuhku dengan mudah jika kau menginginkannya."

 

"That's so sweet Adrian." aku menciumnya dengan dalam sebagai hadiah. Ciuman panjang yang entah kesekian kalinya terjadi dan membuatku lebih menginginkannya sekarang.

 

"Princess, you want me? Tell me?" napasnya memburu.

 

"Yes, I want you." matanya berkilat mendengar jawapanku. Dia bergerak membopongku dari sofa, dan aku  bergelayut di lehernya.

 

Begitu aku menyentuh ranjangnya. Dia bergerak melepaskan pakaiannya dan membantuku melepaskan t-shirtku. Sementara aku terpukau dan mengigit bibirku melihat bayangan tubuhnya yang bagai pahatan seni yang begitu mempesona. Aku ingin menyentuhnya.

 

"Adrian ..." aku menyebutkan namanya saat bibirnya menyentuh kulitku dan napasku langsung memburu  ketika jari-jarinya menyentuhku ditempat yang kuinginkan.

 

Semuanya berlangsung terburu-buru saat itu. Kami seperti kelaparan satu sama lain.

"Amanda, I love you." kata-kata itu diucapkannya saat dia bergerak diatasku. Membuat perasaanku melambung bahagia dan aku menginginkan pelepasanku secepatnya. Dan gelombang itu menghantamku dengan cepat membuatku *** lengannya dengan penuh permohonan.

 

"Adrian, kau tidak memakai pengaman?" aku memandangnya yang masih berada diatasku. Menenangkan diri kami.

 

"Tidak." Dia bergerak melepasku.

 

"Bagaimana kalau aku hamil?"

 

 

"Maka aku akan menikahimu?" dia memandangku tepat dimataku ketika mengatakannya.

 

 

"Adrian, ini terlalu cepat." Aku terkejut atas kata-katanya. Bagaimana dia bisa mengambil keputusan itu secepat ini.

 

"Tidak, karena aku tahu aku mencintaimu." Dia memelukku dari belakang, membawa aku ke dalam dekapannya. Mengambil bajuku dan memakaikannya padaku. Menyelimuti tubuhku yang kelelahan dan di saat yang sama merasa puas.

 

"Ini aneh, kenapa kau mencintaiku." Dia tertawa kecil menanggapiku.

 

"Entahlah, aku juga tak tahu Princess. Sleep Amanda, you must be tired." Aku memandangnya dengan mata yang sudah berat. Dan dia merapikan rambutku.

 

"Adrian, why you do this to me." aku memejamkan mataku. Hari ini aku menempuh perjalanan dari jam 4 pagi ke dari Bastion ke London.

 

"Since I'm in love with you." dengan kata-kata itu aku tertidur. Bersama kehangatan tangannya yang bergerak membelai rambutku.

Terpopuler

Comments

Vlink Bataragunadi 👑

Vlink Bataragunadi 👑

OK Google.... how to be Amanda.....

2023-01-05

0

Frida Erfara

Frida Erfara

duh gemesh pada banyak yg aneh sama sikap amanda, ya jelas beda ya sex sama gak disuka sama yg dicinta
kalo sama yg dicinta lu bener2 menikmati setiap sentuhan dia mangkanya bikin malu2 kucing sedangkan kalo cuma casual sex ya lu cuma cari pelepasan aja
habis itu yaudah, bener2 lupa rasanya

2021-08-15

3

Dewi Djordan

Dewi Djordan

ft Amanda y ketuaan..cr yg cantik yg LBH muda,supaya sama persepsi y .please

2021-07-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!