Episode 7. How Stupid You Are

"Kau takut aku bermain dengan wanita lain karena statusku Amanda, dan meninggalkanmu. Kau masih trauma dengan Howard. Benarkah begitu." akhirnya dia bicara begitu kami hampir sampai didekat rumah setelah dia diam begitu lama. Dia mengerti. Well, baguslah. Berarti dia tahu aku tidak akan mengambil resiko dengannya.

 

"Maybe ... " aku mengangkat bahu sambil tersenyum."Kau tak perlu bersusah payah Adrian. Lihat dirimu. Kau bisa mendapatkan siapapun yang kau mau. Aku hanya gadis sederhana yang terlalu lurus seperti yang kau bilang." Aku mengutarakan pikiranku. Dia diam.

 

"Kau sudah merencanakan sesuatu untuk menghindariku, benar kan?" Aku tertawa, ternyata dia membaca apa yang kurencanakan.

 

"Untuk apa aku menghindarimu. Kau akan melupakan perkataanmu sebentar lagi Adrian. Kau hanya menyusahkan dirimu sendiri hahaha." Aku tertawa. Pembicaraan aneh ini membuatku yakin pada diriku sendiri. Aku akan langsung menghindarinya setelah aku keluar dari mobil ini.

 

Kami berhenti di depan rumah. Aku bersiap keluar.

 

"Adrian, terima kasih untuk malam. Berhati-hatilah mengemudi pulang." Aku memasang senyum tulus sekarang.

 

"Tunggu dulu Amanda!" dia mengunci pintu mobil.

 

"Apa?" aku menoleh sepenuhnya ke arahnya.

 

"Apa kau pikir aku Howard? Apa kau pikir semua pria sama?" Dia mengungkit nama itu. Howard bahkan sudah bertunangan dengan Florence, dan aku masih terperangkap bayangan masa laluku.

 

"Kau ingin aku jujur? Kau lebih buruk darinya. Howard yang kupikir biasa itu lebih memilih blonde itu, kenapa kau yang punya segalanya bilang kau menyukaiku. Kau punya banyak pilihan. Apa aku salah? Jadi kenapa aku harus membuka hatiku untukmu, aku tak percaya kata-katamu Adrian. Dan aku tak mau menanggung sakit yang sama sekali lagi."

 

"Apa kau masih mengharapkannya kembali padamu. Apa kau masih mencintai Howard?" dia bertanya hal yang menyakitkan bagiku. Rasanya pertanyaannya adalah sebuah pukulan baru bagi kesadaranku, karena selama setahun lebih ini aku sama sekali belum berhasil beralih dari lukaku.

 

"Mengharapkannya kembali. Dia sudah bertunangan dengan perawat itu. Kau pikir aku bodoh mengharapkan dia kembali. Dia membuang hubungan kami selama tiga tahun dan dalam kurang dari setahun dia sudah bertunangan." mataku memanas. Aku tak pernah menyadari ini. Aku masih terluka dan mengetahui Howard bertunangan rasanya lebih buruk lagi. Tanpa aku sadari airmataku lolos. Aku terisak. Kata-kata Adrian menghajarku dengan telak. Akhirnya aku sadar, didasar hatiku, aku masih berharap Howard akan kembali padaku.

 

"Amanda ... "

 

"Aku menang bodoh ...." isakanku tertahan.

 

"Iya kau bodoh, mengorbankan perasaanmu demi bedebah itu. Berhentilah menangis." Adrian mengusap punggungku beberapa saat untuk membantuku menenangkan diri. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan isakanku.

 

"Kau ingin pelukanku ..." tawarannya membuat aku tertawa kecil sambil mengusap mataku.

 

"Adrian, aku tak akan bisa menerimamu saat ini. Jangan mengharapkan aku." Aku berkata-kata terus terang sekarang.

 

"Princess, kau menghindariku karena Howard bedebah itu, dia tidak pantas kau tangisi seperti itu. Kau akan belajar sesuatu didepan. Kau akan tahu siapa aku, kau hanya perlu waktu. Buang rencanamu untuk menghindariku karena itu tak akan berhasil." Tangannya bergerak merapikan rambut didepan wajahku. Tubuhku meremang mendengar kata-katanya, tampaknya dia begitu bertekad, kenapa dia begitu teguh pada keyakinannya.

 

Sebuah cahaya tampak dibelakang, mungkin itu mobil Paman dan Bibi tampaknya mereka baru kembali dari sebuah acara.

 

"Itu Tuan dan Nyonya Neville Pamanmu, aku akan menyapa mereka. Ayo kita turun"

 

" Apa! Tunggu dulu." Tapi dia tidak menungguku. Dia keluar mobil, memutar dan langsung membuka pintu untukku. Paman dan bibi yang sudah turun dari mobil tampaknya penasaran mobil siapa yang berada di halaman mereka.

 

"Amanda, ayo... " dia mengulurkan tangan. Aku terjebak. Aku turun sambil memegang tangannya. Sementara jasnya masih menempel di pundakku.

 

"Amanda, Adrian rupanya kalian. Senang melihat kalian berdua." Bibi langsung menyapa pada kesempatan pertama. Dia pendukung Adrian tentu saja, perkenalan kami adalah inisiatif darinya.

 

"Nyonya Neville, Tuan Neville, selamat malam, senang bertemu kalian. Aku mengajak Amanda makan malam dan berjalan-jalan malam ini." Pamanku mengganguk dan tersenyum membalas salam sopan Adrian.

 

"Kalian berkencan .... sungguh manis. Aku gembira mendengarnya." Tentu saja Bibi akan mensalahartikan ini.

 

"Bibi...kami tidak ..."

 

"Iya, kami berkencan. Aku gembira bisa mengenal Amanda lebih dalam, dia wanita luar biasa ... " aku membelalak menatap Adrian. Dia tersenyum padaku dengan manis. Dia benar-benar melakukannya.

 

"Tentu saja dia luar biasa. Adrian, Jumat depan datanglah ke sini. Kita makan malam bersama. Kita perlu merayakan ini. Amanda selalu berkata kalian cuma berteman, aku tak tahu dia menyembunyikan ini dariku." Bibi dengan cepat mengambil inisiatif mengundangnya kerumah. My God, dia tidak membuang waktu menjodohkanku dengan pria pilihannya.

 

"Tentu saja, aku akan meluangkan waktuku Jumat malam Nyonya."

 

"Sayang, ayo kita masuk, kita menggangu pasangan baru berpamitan satu sama lain." Paman menambahkan dengan seringai dibibirnya.

 

"Kau benar, kami akan masuk. Hahaha... " Paman dan Bibi berlalu, ditambah bibi mengedipkan matanya dengan genit padaku. Rencananya sukses, Andrian tersenyum menang. Aku melihatnya dengan jengkel. Dia benar-benar memanfaatkan situasi untuk menjebakku.

 

"Kenapa ...." dia menyeringai.

 

"Kau benar-benar membuat masalah."

 

"Aku memang sumber masalah. Sudah kubilang rencanamu untuk menghindariku tak akan berhasil." dia berdiri dekat sekali denganku.

 

"Kau yakin sekali ..."

 

"Amanda, kau akan lihat seberapa besar keyakinanku."

 

"Kau membuang-buang waktumu Adrian ..."

 

"Benarkah, bukannya kau yang membuang waktumu memikirkan orang yang mengkhianatimu Amanda. Tell me now, how stupid is that ?" sekarang dia mengurungku dengan lengannya di pintu mobil.  Aku membeku mendengar kata-katanya.

 

"Ini hidupku. Kau tak berhak ... "

 

"Dan aku berhak mengusahakan kebahagiaan orang yang kusukai. Lihat aku Amanda, ... aku bahkan berani menghadapi keluargamu dari awal, pamanmu adalah kolega bisnisku. Apa kau pikir aku main-main denganmu. Atau aku berniat menjadikanmu cinta satu malamku. Jika itu tujuanku, aku sudah melakukannya dari dulu. Tidak perlu membuang waktu mendekatimu seperti ini."

 

"Kau ..." aku ingin mengatakan dia terlalu memaksa.

 

"Aku terlalu memaksa dan terburu-buru malam ini. Baiklah. Iya, karena kurasa aku sudah bersabar terlalu lama dengan diriku sendiri. Dan aku yakin  kau satu-satunya yang kuinginkan sekarang. Dan kau bahkan sudah menyusun rencana menghindariku membuatku tak bisa bersabar." Kenapa pria ini memaksaku sedemikian rupa. Apa dia menganggapku sesuatu yang bisa dia kendalikan. Aku bukan bawahannya.

 

"Satu hal Adrian, aku perlu waktu ... Jadi tolong jangan melewati batasmu. Malam Adrian, thank you for tonight." dengan kata-kata itu aku meninggalkannya. Dia tidak mencegah kepergianku. Dan aku tidak menoleh lagi kebelakang. Aku perlu segera pergi dari London.

Terpopuler

Comments

Niluh Yuni Lestari

Niluh Yuni Lestari

aku suka aku suka aku suka......best pokoknya

2021-07-02

2

Krisna New

Krisna New

amanda loe tolol amat sih..msa ga bsa beda in laki2 sejati dg laki2 buaya

2021-05-12

1

Ririn

Ririn

yaudah gini aja jangan paksa Amanda.. biar Adrian sama akuh ajaa.. akuh mahh terima dgn senang hati

2020-12-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!