Siang hari setelah kurang lebih dua bulan setelah serangan pertama Operation Moshtarak, aku dan Josh baru mengudara setelah menyelesaikan kunjungan ke outpost medical ketika Helikopter medical yang kami tumpangi mendapat panggilan darurat di radio komunikasi kami.
"Med 23, this is Eagle 01, we have a casualty who needs immediate medical evacuation in your area."**
"Kapten Scoot?!" aku meneriakkan nama pilot yang mengemudikan heli kami. Bukan Gerald yang memegang kendali sekarang. Dia tak akan mengambil resiko memakai helikopterku untuk evakuasi.
Dan aku menyelinap pergi tanpa persetujuannya, setelah sudah berkali-kali mencoba pergi dan selalu dihalangi dengan berbagai macam alasan. Dari membujuk dengan lembut sambil membawanya ke perdebatan dia tak bergeming. Saat aku mengancam berdebat didepan atasan kami, dia malah melayani tantanganku. Aku merasa tak akan menang melawan argumentasinya.
Kesal! Kali ini aku tak akan membiarkan mayor otoriter itu mendebatku lagi, aku harus pergi melihat kondisi outpost medical kami dengan atau tanpa persetujuannya. Aku mempelajari schedule tugasnya beberapa saat, aku mengambil kesempatan saat dia lengah dan sedang shift istirahat, digantikan wakilnya. Tentu saja aku dengan mudah bisa lolos dan memerintahkan penerbang untuk take off.
"Haruskah kita berbalik Doc? Kita harus re-route lebih jauh ke utara, untuk menghindari rute lama kita?" SOP route helikopter di medan perang adalah mengambil rute berbeda pulang dan pergi untuk menghindari pelacakan oleh militan dibawah yang bisa berakibat mereka bisa menyiapkan serangan RPG.
"Yes! Do it!" Tentu saja aku akan menjemput pasien itu. Tidak ada kamus bagi dokter membiarkan pasien menunggu.
"Eagle 01, kami akan menjemput pasien."
Right to 060, departure to the south at or below 1,500 feet, Med 23 out."** Kapten Scott mengarahkan helikopter kami berbelok ke utara mengikuti pertunjuk yang dikirimkan menara controller misi.
"Controller Mission, apa yang kami hadapi."
"Sebuah konvoi Pinzgauer** diserang oleh Militan, empat orang terluka ledakan RPG, secured zone already." Control misi memberikan kami gambaran keadaan.
Pinzgauer High-Mobility All-Terrain Vehicle
Mobil transport darat personil 6x6 or 6x4 ( tergantung model) khusus militer yang didesain tahan terhadap ledakan ranjau darat.
"Copy ETA** 4 minutes," Kapten Scott membalas Controller misi.
**estimate time arrival: perkiraan waktu kedatangan
Kami mengitari sebuah daerah perbukitan untuk mencapai lokasi di sebuah distrik bernama Musa Qala, tempat gersang yang jarang turun hujan. Aku melihat ke sebuah daerah perbukitan gersang di utara. Ada sekelompok konvoi di jalanan berdebu terlihat. Tak ada jaminan daerah ini telah aman, komplotan militan bisa saja membawa bantuan setelah mendengar keributan. Salah satu senjata mematikan bagi helicopter adalah RPG, pilot berpengalaman harus melakukan manuver terlatih untuk menghindarinya, tapi jika menghadapi 2 RPG bisa dikatakan peluangmu hampir mendekati nol. Helikopter Stallion CH53 yang kami tumpangi hampir dikatakan sulit melakukan manuver, heli ini bukan untuk combat tapi heli khusus untuk misi transport, penyelamatan dan medical.
"Shit. This was not good!" Kapten Scott mengumpat. Kami sedang final approaching (turun) mendekati lokasi sekitar 600 meter ke belakang, tapi kondisi tempat kami landing adalah sebuah medan berdebu dekat dengan sebuah bukit berpasir.
Kira-kira 90 kaki ketika heli kami memulai manuver turun, rotor dan baling-baling kami mulai meniupkan debu ke segala arah. Sekeliling kami ditutupi warna coklat tanah dari debu yang berterbangan. It's call "brown out". Sama seperti kami terbang dalam cuaca buruk seperti badai salju, para pilot menyebutnya "white out". Kami hampir tidak bisa melihat apapun.
Kapten Scott bermanuver turun hanya dengan bantuan altimeter (penunjuk ketinggian) pesawat dan penunjuk kecepatan. Dia meyesuaikan 90 feet, 90 mph 50 feet-50 mph, 10 feet - 10mph dan 0 feet - 0 mph. Tapi akan jadi bencana jika sensormu rusak. Kami selalu dilanda ketakutan atas pendaratan buta seperti ini.
"Oh my God, I hate fly." Josh sudah menjadi pucat disampingku. Sementara kedua pilot kami dan dua orang lagi crew sudah tidak bisa melihat apapun karena debu yang berterbangan serupa badai pasir disekeliling kami.
Aku merasa heli turun dengan cepat, sementara satu co-pilotnya menyebutkan ketinggian mereka agar pilot bisa menurunkan kecepatan baling-baling dengan tepat.
"30 feet." Itu angka yang terakhir disebutkan, sebelum sebuah hantaman keras menguncang kami. Aku dan Josh langsung berteriak panik. Sementara landing gear helicopter berderak dan hidung heli merunduk ke depan dan membuat baling-balingnya hampir membabat tanah didepan kami.
"Oh my Goodness!" aku sudah tak tau apa yg terjadi kemudian, sebelum kami kembali sekali lagi membentur daratan dengan keras, kemudian helikopter diam. Dan putaran baling baling melambat dengan suara mengerikan.
Sensornya salah! Kami sudah menyentuh daratan dulu dengan kecepatan tinggi!
"Are you guys ok?!" Aku bertanya. Aku berharap tidak ada yang terluka. Jika tidak misi penyelamatan kami akan berakhir dengan misi penyelamatan kedua. Debu masih menutupi pandangan kami diluar. Tapi konvoi didepan pasti tahu sesuatu telah terjadi.
"Kami baik..." Kapten Scoot mengurut tangannya yang mungkin sakit karena cedera karena mengendalikan tangkai kemudi heli yang menggila tadi.
"Josh?!" aku belum mendengar suaranya sama sekali. Sementara dia memeluk lututnya keatas.
"Are we dead now!" aku menyeringai, tentu saja orang mati tidak bertanya apa dia mati.
"Belum, kau belum membayar hutang pizza padaku kemarin. Jangan mati sekarang!" aku membalas Josh sambil menepuk punggungnya, Josh masih memejamkan mata ketakutan, lalu aku membuka seat belt dan merasakan dadaku sakit karena menahan benturan tadi.
"Really...?" akhirnya dia membuka matanya dan memandang sekelilingnya. Kepalaku pusing karena benturan. Untungnya tidak ada yang cedera.
"Kami harus memeriksa heli sebentar. Kalian bisa jemput pasien." Kami harap heli itu bisa terbang dan sampai dengan baik ke pangkalan. Sudah jam tiga sore kami tidak bisa mengambil resiko apapun dengan stay disini. Milisi bisa saja menyerang kami kembali disini dan evakuasi yang terluka harus dilakukan secepatnya.
Aku dan Josh turun memanggul tas peralatan kami. Berlari kira-kira 600 meter ke konvoi dijalanan berdebu di depan kami. Satu Pinzqauer terbalik. Dua tetap bertahan dengan dua Humvee, dua M-ATV di kedua ujungnya. Sekitar 40an orang berkumpul disana membentuk formasi pengawasan dan bertahan.
Dua orang prajurit bergerak menjemput kami dengan segera. Membantu kami membawa tas peralatan dengan cepat. Kami belum tahu kondisi apa yang akan kami temukan.
"Doc, kita harus cepat!" emergency alert. Seseorang berada disituasi kritis. Kami berlari lebih cepat dengan prajurit membantu memanggul beban kami didepan kami.
Didepan Pinzgauer itu dua orang terduduk sambil memegang luka yang sudah dibebat, mereka terluka di kaki dan tangan. Harusnya tidak terlalu mengkhawatirkan. Tapi prajurit yang membawa tas kami berlari kebelakang Pinzgauer itu. Ada korban lainnya ? Kenapa dia ditempatkan di belakang? Aku bertanya dikepalaku sementara aku tetap berlari.
Aku tiba, prajurit itu menaruh tas kami di tanah. Dua orang terlihat disana. Satu orang prajurit medis dan satu orang tergeletak di tanah. Dan apa yang kulihat membuatku dan Josh terpaku diam tak bergerak untuk sesaat. Ini adalah sebuah kasus yang akan membuat kau sesaat terdiam dan harus berpikir keras, apa kau memerlukan sebuah tim dokter atau sebuah tim penjinak bom!?
This was a suicide mission with a suicide squad. Once we get wrong a step, we are going to be a pink mist in the air.**
🌸🌸🌸🌸
Terjemahan
》》 Med 23, this is Eagle 01, we have a casualty who needs immediate medical evacuation in your area."**
MED 23, ini eagle 01, kami ada kejadian yang memerlukan Evakuasi medis di areamu
》》 Right to 060, departure to the south at or below 1,500 feet, Med 23 out
Mengarah ke 060 derajat, keberangkatan ke selatan dibawah 1.500 kaki, Med 23 out
Med 23 itu maksudnya no. Helinya ya
》》
This was a suicide mission with a suicide squad. Once we get wrong a step, we are going to be a pink mist in the air.
Ini adalah misi bunuh diri dengan team siap mati. Jika kami salah satu langkah, kami akan jadi kabut darah diudara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Srikawuryan
Kereen bnrr deh 👍👍👍
2023-08-10
0
Sri Arisna Rahayu
you know author, this is hard to read cause more meaning off the military..
and i'm not understand...
but i do appreciate for the author..
2023-05-01
0
Amirah iz
vserasa nonton film perang gue🥴🥴
2023-04-08
0