kami sudah sampai di salah satu mall termewah yang ada di kota Surabaya, awalnya aku sempat kaget dan tentu saja menolak untuk berbelanja di mall ini, bukan karena apa, tapi harganya subhanallah sekali, aku bisa-bisa pulang dari sini langsung migrain karena kepikiran uang yang sudah ku pakai untuk berbelanja
tapi berhubung Louis yang merayu dengan sedikit paksaan dan embel-embel akan di belikan es crime dan coklat tentu saja aku tidak akan menolak tawaran yang sangat menggiurkan ini, jangan bayangkan Louis akan merayu dengan wajah imut, karena itu tidak akan pernah terjadi, jadi mari kita berbelanja di mall mahal yang harganya subhanallah dan sangat tidak ramah untuk kocek anak kost, walaupun aku bukan anak kost, tapi isi kantong ku sama dengan mereka
kami berjalan beriringan sambil melihat-lihat apa saja yang di jual di mall ini, banyak toko-toko pakaian merek terkenal yang sering di gunakan orang-orang berduit yang kalau pakai baju hanya sekali pakai saja, Astaghfirullah, aku tidak bisa membayangkan berapa banyak pakaian yang harus mereka beli setiap harinya, dan berapa banyak lemari yang mereka punya hanya untuk menampung pakaian saja, aku saja yang memikirkannya tidak sanggup, apalagi harus menjalani gaya hidup seperti itu, aku lebih dulu angkat tangan dan lambai-lambai, tidak sanggup
saat kami tengah berjalan sambil mengobrolkan beberapa topik, Louis menarik ku dengan lembut agar bertukar tempat dengannya, aku yang awalnya berjalan di sebelah kanannya kini berganti berjalan di sebelah kirinya yang berdekatan dengan tiang pembatas, awalnya aku sempat bingung karena Louis yang tiba-tiba menukar tempat, tapi saat aku melihat di depan kami ada segerombolan laki-laki yang tengah berjalan menuju ke arah kami hingga hampir memenuhi lorong, membuat ku mengukir senyum, kadang tindakan lebih membuat kita terkesan dari pada kata-kata manis tanpa bukti
dan dengan ekspresi wajah yang tetap datar Louis kembali melenggang santai melewati kerumunan itu, sedangkan aku masih setia di sampingnya dengan kepala yang menggeleng pelan, MasyaAllah sekali bapak suami ini
saat kami sampai di toko ritel yang cukup terkenal dan banyak menjual keperluan sembako baik dalam jumlah besar atau hanya satuan, Louis lebih dulu berjalan menuju tempat troli, meninggalkan aku yang masih terbengong dengan tindakannya itu
'mohon maaf bapak suami, aku lebih baik pakai keranjang daripada pakai troli tapi isinya cuma 5 biji barang, capek dorongnya' aku hanya membatin sebelum kemudian berjalan menuju tempat tumpukan keranjang dan mengambilnya
"buat apa keranjang.....?" aku terlonjak kaget dengan kedatang Louis yang tiba-tiba berbisik di sebelah ku
"Astaghfirullah, kaget tau, buat belanja lah, lah itu juga troli buat apa....?" aku menunjuk troli yang berada di depannya dengan dagu
"buat belanja lah" dia membalas perkataan ku sebelum berbalik meninggalkan aku yang hanya bisa tercengang dengan tingkahnya
'bisa gitu....?' aku hanya bisa membatin prihatin dengan kondisi ku
mau bagaimana lagi, mau di tukar tambah suami juga sayang, sabar aja lah
aku berjalan cepat mengejar langkah Louis yang lebar, maklum kaki pendek langkahnya tak seberapa
'itu pak suami kenapa nggak pengertian banget sih sama orang pendek....?' ya Allah aku hanya bisa membatin prihatin, semoga Allah melimpahkan kesabaran, Aamiin
saat aku tengah tergesa menyamakan langkah ku tanpa sengaja dahi ku membentur punggung Louis yang berhenti mendadak
'Astaghfirullah, punggungnya keras banget, benjol ini jidat, Astaghfirullah' entah sudah keberapa kalinya aku membatin hari ini...?
aku mengelus dahi ku yang baru saja membentur kayu berjalan, Subhanallah, sakitnya sih nggak seberapa, malunya itu loh, aku bahkan sampai melirik kanan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang melihat, beruntung tidak ada yang melihat kecuali kakak yang sedang menjaga stan makeup yang saat ini tengah terkikik geli
Louis berbalik dan memberi elusan lembut pada dahi ku yang entah bagaimana kondisinya saat ini, aku hanya berharap saja tidak sampai benjol, bayangkan ini di dahi yang akan dengan mudah dilihat banyak orang
"sorry, is that hurt....?" dia bertanya dengan wajah yang tampak menyesal
"sakit sih uda enggak, tapi malu tau" tangan ku juga ikut memberi elusan pada dahi ku yang malang
"sorry ok" sepertinya dia benar-benar menyesal dengan itu, dan aku hanya bisa tersenyum kaku, bayangkan saja, bagaimana bisa dia mengatakan itu dengan ekspresi wajah yang datar, mungkin jika orang yang belum mengenal Louis akan beranggapan jika Louis hanya membual tentang permintaan maafnya, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun, datar
"nggak apa-apa uda, nggak benjol kan....?" aku hanya ingin memastikan kondisi dahi malang ku saat ini, kalau sampai benjol tidah lucu, sumpah!
"aman, ayo" kali ini Louis berjalan dengan pelan dan mencoba menyamakan langkahnya dengan langkah ku
kami berjalan melewati lorong-lorong makanan dan peralatan rumah tangga, sesekali berhenti untuk memilih bahan yang ibu pesan, baru kali ini aku memerlukan waktu yang lama saat berbelanja, biasanya aku hanya membutuhkan waktu yang sangat sebentar untuk berbelanja, tidak baik berlama-lama di pasar, setannya banyak
yang menyebabkan kita memerlukan waktu yang sedikit lebih lama, bukan karena banyaknya barang yang kita beli, akan tetapi karena Louis yang selalu mengambil barang dengan harga yang membuat ku sakit kepala, bahkan kami sempat berdebat kecil tentang hal itu, hingga akhirnya aku mengiyakan saja pilihannya, tapi saat Louis berjalan lebih dulu aku mengembalikan barang yang Louis pilih dan menukarnya dengan pilihan ku, aku terus melakukan hal itu hingga akhirnya Louis memergoki ku yang tengah mengembalikan barang pilihannya pada rak sebelumnya dan akhirnya Louis kembali mengembalikan barang yang aku ambil dan mengambil kembali barang yang sebelumnya dia pilih, Astaghfirullah, konyol bukan...?
entah bagaimana aku harus menjelaskan pada ibu nantinya, bahkan troli yang di dorong Louis saat ini penuh dengan barang-barang yang tidak ada di dalam list pesanan ibu, memikirkannya saja membuat kepala belakang ku berdenyut nyeri, oh stress!
ya Allah, Astaghfirullah hal-adzim, aku hanya bisa mengelus dada dengan prihatin
akhirnya selesai juga belanjanya, Alhdulillah.
"akhirnya".
Louis meminta pihak toko untuk sekalian mengantarkan barang-barang itu langsung ke rumah, beruntung tokonya juga menyediakan fasilitas pesan antar, Alhamdulillah
setelah urusan dengan barang-barang itu selesai, aku meminta Louis untuk sekalian makan siang di food court atas, yang lagi-lagi di tolak mentah-mentah oleh Louis dan malah membawa ku ke salah satu restoran yang ada di mall ini, entah berapa uang yang telah kami habiskan hari ini, walau itu bukan uang ku tentu saja, mana cukup uang yang ibu berikan untuk membayar belanjaan yang luar biasa banyaknya, bahkan untuk membayar makan siang kami aku tidak yakin uangnya akan cukup
aku hanya berdo'a dalam hati semoga ibu, tidak menyanyikan lagu kebangsaan saat nanti kita sampai dirumah, memikirkan hal itu saja membuat energi ku terkuras lumayan banyak
"suka sushikan...?" Louis bertanya saat kita duduk di restoran yang Louis pilih
"suka" aku hanya bisa memasang senyum kaku tanpa bisa melakukan protes lebih lanjut, bagaimana mau protes jika Louis membawaku untuk makan makanan kesukaan ku, aku mulai menempatkan sushi sebagai makanan favorit saat ibu pertama kali membuatnya di rumah, walau bentuknya tidak sesuai ekspektasi, tapi rasanya sangat aku suka
walau aku sedikit keberatan Louis mengajakku untuk makan di tempat ini, tapi aku juga sangat penasaran dengan rasa sushi yang di jual di restoran, sushi asli dong, bukan yang abal-abal, yang pasti bentuknya jauh lebih baik dari bentukan yang ibu buat, apa lagi yang menjadi kokinya merupakan orang asli dari negara asal makanan ini berasal, sudah pasti rasanya akan sangat memanjakan lidah, tapi jangan khawatir, sushi ibu tetap yang nomer satu di hati ku, I love you ibu.
"permisi, kak ini menu-nya" kami menerima buku menu yang memuat banyak varian makanan yang berbahan dasar ikan mentah itu
jujur saja aku inggin mencoba semuanya tapi saat melihat harganya, aku hanya bisa tertawa miris dalam hati, dan dengan cepat melewati beberapa gambar menggiurkan yang membuat ku menelan ludah
'MasyaAllah, itu makanan pasti enak, tapi harganya juga seenak jidat nangkring di situ' aku hanya membatin dan menatap lapar pada gambar makanan yang cantiknya bikin sayang untuk di santap
"Zu, mau pesan apa....?" Louis bertanya pada ku, bahkan dia sudah menutup buku menunya
'apa aku terlalu lama memilih....?'
aku sebenarnya sudah punya pilihan, tapi saat aku melihat harganya membuat ku mundur teratur
aku membalik kembali buku menu di tangan ku, hingga berhenti di gambar dengan harga paling murah di antara gambar yang lain
"ini" aku menunjukkan gambar itu pada Louis tanpa menyebutkan namanya
setelah menunjukkan apa yang aku inginkan, aku meletakkan buku menu itu di atas meja dan menggesernya sejauh mungkin dari jangkauan ku, jangan sampai aku berubah pikiran dan kembali memesan makanan yang sangat ingin aku cicipi itu
Louis memanggil kakak yang sejak tadi menunggu pesanan kami, dan menyebutkan apa saja yang ingin kami pesan, Louis memesan dua kotak sushi dengan varian lengkap, dua gelas iced peach tea dan tentu saja Louis juga memesan sushi roll dengan harga termurah yang merupakan pilihan ku
kami tengah menunggu pesanan kami dibuat, Louis tengah sibuk dengan benda pipih kesayangannya mungkin dia tengah mengecek beberapa email yang masuk, aku sudah hafal dengan itu, Louis bukan tipe orang yang suka bermain sosial media, tapi dia juga bukan orang yang bisa jauh dari benda pipih itu, karena Louis menggunakan benda canggih itu untuk menyelesaikan pekerjaannya, ini mungkin yang orang-orang sering bilang "work every where" dan dia termasuk workholic karena dia tidak bisa melewati satu hari saja tanpa bekerja, ya Allah untung bekerja itu wajib bagi laki-laki dan dia bisa mendapatkan pahala dengan itu, coba kalau bekerja itu mubah, mungkin aku akan bernyanyi lagu kebangsaan setiap harinya
aku tengah membalas pesan ibu saat ku rasakan tarikan pada lengan bajuku, aku menghentikan tangan ku yang tengah mengetik pesan, dan saat ku lihat ternyata Louis tengah membenarkan letak lengan bajuku yang sedikit tersingkap aku tersenyum malu, menerima perhatian kecil itu
"terimakasih" aku berujar dengan nada lirih yang hanya di tanggapi dengan kerlingan mata yang sukses membuat ku melongo
ya Allah, bisa-bisanya dia melakukan itu dengan santainya, sedangkan aku sudah tertunduk malu dengan pipi yang sudah memerah, ya Allah ya Karim, aku tidak tau kalau dia bisa melakukan hal konyol seperti itu dan yang membuat ku semakin tercengang adalah, saat melihatnya dengan santai kembali bergelut dengan telfon genggamnya tanpa memperdulikan efek kerlingan matanya yang membuat ku tidak berani mengangkat kepala
Astagfirullah, kuatkan hati hamba ya Allah, untung jantung ku ini handmade by Allah, coba kalau buatan manusia, mungkin sudah rusak sejak tadi, karena harus berdetak lebih cepat dari biasanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Zuhrufah.A.
don't forget to give me thumb's up, comments and share this story to the others ok, thanks 🥰🥰🥰🥰🥰
2021-06-22
5
Ul
love it
2021-06-22
7
Ul
Louis so cute
2021-06-22
7