hari berlalu begitu cepat, setiap fajar yang berlalu selalu di hiasi dengan senyum tipis sang belahan jiwa yang sudah Allah anugrahkan dalam hidup ku sebagai pelengkap setiap kekurangan ku dan sebagai teman dalam suka dan duka ku, dia bisa memaklumi aktivitas ku yang tidak bisa dua puluh empat jam mendampinginya dan dia yang begitu sabar dengan sifat ku yang jauh dari kata sempurna, tiada hentinya diri ini berucap syukur karena Allah telah anugrahkan pendamping yang tepat untuk ku, bahkan disaat aku belum bisa memenuhi kewajiban ku sebagai seorang istri, Alhamdulillah
tak terasa dua Minggu telah berlalu dari acara pernikahan kami yang begitu berkesan dan tak terlupakan, aku dan Louis masih tinggal di rumah ibu, Louis sudah beberapa kali meminta agar kita bisa pindah ke kediamannya, tapi aku masih belum nyaman dan belum siap tentunya untuk tinggal di sana, dengan suasana perumahan yang sepi, tidak dekat dengan tetangga karena mereka pasti akan lebih banyak waktu diluar, kemungkinan besar mereka adalah pekerja atau ibu-ibu sosialita yang selalu sibuk dengan acara arisan dan acara kumpul-kumpul, sedangkan aku bukan tipe orang yang suka dengan acara semacam itu, di tambah aku memang bukan dari keluarga kaya raya yang kalau belanja tinggal comot tanpa lihat harga, aku tidak bisa membayangkan berapa banyak jumlah hutang kredit yang harus mereka bayar, ya Allah itu mengerikan.
dengan kata lain aku masih mencoba menyiapkan mental ku untuk tinggal di suasana perumahan yang seperti itu, dan Alhdulillah Louis mau mengerti dan tetap bersabar menemaniku untuk tinggal di rumah ibu, aku tau cepat atau lambat kita juga akan pindah ke kediaman Louis, dan aku berharap bukan dalam waktu dekat ini
seperti biasa aku terbangun di tengah malam saat alarm ku berbunyi, aku meraihnya dan menekan mode off, agar tidak terlalu mengganggu yang lain, bisa saja yang lain saat ini tengah sholat lebih dulu, dan aku tidak ingin mengganggu mereka dengan bunyi alarm ku yang memekakkan gendang telinga
setelah berucap syukur pada dzat yang menggenggam jiwa ku saat tertidur, dia lah dzat yang memberi hidup dan juga mewafatkan mahluk ciptaanya sesaui yang di kehendaki, aku berpaling pada dia yang masih terlelap, wajahnya yang tampak tenang membuat ku mengukir senyum, dia tampak lebih muda saat terlelap seperti ini, walau pada faktanya dia memang masih muda, bahkan lebih muda dari ku
aku menyingkap selimut ku, duduk sebentar di tepi tempat tidur sebelum kemudian menuju kamar mandi untuk melakukan ritual bangun tidur dan berwudhu
sekembalinya aku dari kamar mandi aku kembali mendekat pada Louis yang masih terlelap, dia tampak sibuk beberapa hari belakangan ini tak heran dia tidur sangat lelap, dengan pelan aku menyentuh pipinya yang lembut, ini yang selalu di sebut orang-orang "orang kaya mah beda" aku yang perempuan saja belum tentu pipinya selembut itu, walau Louis bukan tipe laki-laki yang suka berdandan, dan aku bersyukur untuk itu, karena diluar sana banyak laki-laki yang bahkan skin carenya jauh lebih banyak dan lebih ribet dari pada perempuan, tanganku berpindah untuk menyisir rambutnya yang halus dan mencondongkan tubuhku untuk memberikan ciuman ringan di dahinya sebelum kemudian berbisik salam di telinganya
"A'udzubillahi min asyaidhoni ar-jim, Assalamualaikum, Habibie bangun kiyam al-lail" aku selalu melakukan ini sejak kedatangan Louis dalam hidup ku, aku mencoba untuk selalu membersamainya dalam ketaatan, mencoba membentuk suasana rumah tangga sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah, walau awalnya aku merasa sangat aneh dan bingung mau berbuat apa, aku mencoba mendorong diri ku untuk lebih berani dalam menerapkan Sunnah yang di contohkan oleh Rasulullah di rumah tangga kami yang masih seumur jagung ini, kalau bukan kita sendiri yang membentuk suasana nyaman dan sesuai syariat Islam, siapa lagi yang akan memulai.....?, aku juga tidak bisa hanya menuntut Louis untuk selalu memulai, aku-pun juga harus memaksa diri untuk seirama dengan Louis membentuk harmoni rumahtangga yang sakinah, mawadah dan yang pasti penuh Rahmah sebagaimana do'a yang di panjatkan para tamu yang hadir saat di pernikahan kita dua pekan lalu
Louis dengan perlahan membuka kelopak matanya dan menampakkan kilau hijau yang redup dari lensa matanya yang indah, tangannya meraih tangan ku yang memberi tepukan halus, setelahnya ia langsung berpaling dan duduk di tepi tempat tidur dan memanjat kan do'a sebelum meninggalkan ku dan berlalu menuju kamar mandi, Louis memang selalu menghindari berbicara setelah bangun tidur dan saat kutanyakan mengapa demikian....? Louis mengatakan jika Louis takut aku akan merasa ilfil (ilang filing) saat mencium aroma yang tak sedap "bau jigong, nanti ilfil lagi" ada-ada saja memang, kalau di ingat-ingat benar juga apa yang dia katakan, kadang hal kecil semacam itu mampu mempengaruhi suasana harmonis yang sedang kita coba bangun
aku sudah menyiapkan keperluan Louis untuk berjama'ah bersama ku, bahkan aku sudah membentangkan dua permadani yang akan menemani munajat kita malam ini
Louis sudah kembali dari kamar mandi dan dengan cepat aku membantunya bersiap, setelah semuanya telah siap, dia memimpin ku untuk merayu pengampunan dan cinta ilahi, dalam ruku' dan sujud yang membentuk rangkaian gerakan yang harmonis, mencoba mencuri perhatiannya agar sang ilahi mencurahkan cinta dan kasih sayangnya pada kami, agar setiap hilaf yang kami lakukan dapat di ampuni, kami mencoba bermanja dalam setiap bait do'a yang terlantun dalam derai air mata yang tanpa sadar tumpah di setiap malamnya, bersama kami merayu agar sudi kiranya sang ilahi mempersatukan kami di dunia hingga surganya kelak
setelah selesai berdzikir Louis berbalik menghadap ku tangannya terulur menyambut tanganku, dengan pelan aku menuntun tangannya untuk ku sentuhkan pada ujung hidung ku sebelum kemudian ku pindahkan pada dahi ku, aku merasakan sapuan lembut bibir Louis menyentuh ubun-ubun ku, dan lantunan bait do'a itu terlantun, aku bahkan hampir menghafal setiap baitnya saat Louis mendo'akan kebaikan dan meminta kesetiaan ku untuk menemaninya hingga surga
setelahnya dia membimbingku dalam melantunkan ayat-ayat cinta yang Allah sampaikan pada kami melalui Rasullullah, bait yang terdengar saat Louis membacanya terasa merdu dan memanjakan telinga, dengan sabar Louis membimbingku dalam nada yang sama, walau aku belum bisa untuk melakukannya, kami membaca dalam irama yang berbeda sebelumnya, dan aku sangat tertarik untuk membaca Al-Qur'an dengan iramanya, Karena itu aku memintanya untuk menuntunku dalam irama itu, dia bahkan sering tersenyum saat aku mencoba menyamakan nadanya, entah Louis tersenyum karena merasa lucu dengan nada yang ku lantunkan, atau bagaimana....?
kami melakukan itu hingga adzan subuh berkumandang, setelahnya kami bergabung bersama Rama dan ibu di musholla untuk berjama'ah bersama
hari ini akhir pekan dan aku berencana untuk menghabiskan watu di rumah seharian, tapi ternyata ibu meminta ku untuk membeli keperluan dapar yang stocknya sudah habis, dan Louis tadi menawarkan diri untuk mengantar ku kali ini, kebetulan dia bisa mengambil beberapa hari untuk off kerja, 'lumayan ada yang menemani', dan yang pasti aku bisa mengurangi pengeluaran uang bensin, jadi aku bisa membeli es crime kesukaan ku lebih banyak hari ini, Alhamdulillah
"sudah siap" Louis bertanya dengan tubuhnya yang ia sandarkan pada kusen pintu, melihatnya bergaya seperti itu membuat ku berfikir bagaimana bisa orang setampan ini mau menerima ku dalam hidupnya......? sebagai pendampingnya lagi
kadang kita tak perlu menonjolkan diri agar mudah terlihat, dia yang ditakdirkan untuk kita akan menemukan kita dengan mudah walau kita terhalang keindahan lain yang menyilaukan mata
"sudah, ayo" aku berdiri dari meja rias dengan tas hitam kecil satu-satunya yang aku miliki, aku tidak punya tas kecil lagi selain ini, jadi walau warnanya sudah pudar aku tetap suka membawanya kemanapun aku pergi
"nitip ya" Louis menitipkan dompet dan juga telfon genggamnya pada ku
aku dengan bingung menerima dua benda itu dan mencobanya menata sebisa mungkin dalam tas kecil dengan ruang yang sangat terbatas dan minim ini, walau pada akhirnya gagal juga, dan aku memutuskan untuk mengganti tas itu dengan tas ransel yang biasa aku pakai untuk mengisi kajian
'Ya Allah, bukannya biasanya cowok yang bantu bawa barang cewek....? ini gimana ceritanya si bapak suami bisa nitip barangnya begini...? gagal mau pakai tas kecil' aku membatin dalam hati
karena yang selalu aku lihat di media sosial tipe cowok yang dengan suka rela membawakan tas wanitanya, katanya sih romantis, atau karena Louis bukan tipe orang yang romantis....?
kadang terlalu banyak melihat hal baper di medsos membuat kita tidak mensyukuri suami tercinta kita, terlalu banyak ekspektasi bukan hal yang baik untuk kesehatan rumah tangga, ya sudahlah syukuri saja
sebelum kita keluar dari kamar Louis mengambil sweater rajut warna hitam polos dari lemari, dan membantu ku untuk menggunakannya, aku hanya terpaku dalam diam, antara bingung dan juga sedikit terkejut dengan tindakan Louis yang tidak terduga
"kita ke Mall hari ini, pakai ini biar nggak dingin" aku hanya bisa mengulum senyum dengan sikapnya kali ini
'kenapa dia bisa membuat orang merubah mood dengan cepat.....?' batin ku menggeleng prihatin, sepertinya aku harus menyiapkan diri untuk sikap Louis yang tidak terduga
dia meraih tangan ku, dan menggenggamnya saat kita keluar dari kamar, aku hanya bisa pasrah dengan hal itu, selama kita tidak melakukannya di depan umum, aku tidak akan masalah dengan itu
cukup aku dan dia saja yang tau tentang sisi romantis kami, jika itu bisa di katakan romantis
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nur hikmah
ko ilmu agamy dh mndlm...zu g penuhi kewajibn seorang istri....bknkh itu tdk baik jg...heeee..
2021-07-19
6
Ul
that's reality
2021-06-21
5
Zuhrufah.A.
don't forget to give me thumb's up, comments and share this story to the others, love you all
2021-06-21
5