...~**🐯**~...
...*...
...*...
...*...
Tengah malam bukanlah waktu yang pantas untuk datang bertamu, dan juga aneh rasanya jika ada orang berkunjung tengah malam, tapi namanya tamu, kita harus tetap menghormatinya bukan begitu...?
Rama dan ibu menunggu di teras rumah, aku bahkan dapat merasakan kegelisahan ibu dari jarak tempat ku berdiri
rasa takut kembali menikam ku, tangan ku dingin bukan karena angin malam, jantung ku sudah meronta tak karuan, bahkan aku harus meyakinkan diri dengan memegang dadaku untuk memastikan jantung ku masih di tempatnya, konyol memang, tapi mau bagaimana lagi, orang panik, apapun bisa terjadi
astaghfirullah, entah berapa banyak istighfar yang terlantun dari lisan ku, banyak- banyak aku memohon ampun pada rob ku, mungkin ini ujian ku, atau mungkin ini cara Allah mencintai ku agar aku sering menyebutnya dan memanggil namanya, agar aku selalu berdzikir kepada-nya, ya Allah I love you.
Aku memarkirkan motor ku dengan pelan, setelah membuka pintu gerbang, sedangkan mas calon suami ada di luar dan belum ku persilahkan masuk, menunggu beberapa menit bukan masalah kan....? Toh dia juga menunggu jodoh hingga umur ku 27 tahun ini, itupun kalau dia masih lajang, ya Allah semoga masih lajang, aku tidak ada niat menjadi yang ke dua, atau mau di duakan, aku bukan orang yang sanggup dengan itu
untuk yang lain saja ya Allah, jangan Zu, Zu mau seperti Fatimah dan Khodijah ya Allah, yang tidak pernah berbagi cinta selain untuk anak-anak mereka
'ya Allah Zu pilih banyak anak saja ya Allah, jangan banyak saingan cinta, Zu tidak sanggup ya Allah, Zu cemburuan, nanti Zu malah minggat, kan dosa, jadi Zu tau diri ya Allah, Zu tidak sanggup, untuk yang lain saja ya Allah, jangan Zu, Astaghfirullah malah melantur'.
Aku tidak sanggup rasanya mau menjumpai Rama dan ibu, walau pada kenyataannya aku ingin berlari dan menangis meraung seperti anak kecil, tapi malu!
Ibu yang lebih dulu menghambur pada ku dan mendekap ku dalam pelukannya yang hangat, dekapan ibu memang tempat teraman di dunia
"Adek kenapa pulangnya larut sekali, ibu telfon berkali-kali juga tidak di angkat, ya Allah, ibu sudah mau lapor polisi tadi"
Ibu ku memang bukan orang yang lebay, hanya saja ini kali pertama aku pulang sangat, sangat dan sangat larut sekali, biasanya jam 10 malam aku sudah tidur, sekarang coba lihat, jam setengah satu dini hari, Allah ya Karim
"Ibu, adek baik-baik saja, cuma ibu jangan kaget ya, adek bawa tamu tengah malam"
masih dengan posisi yang sama dari sebelumnya, sambil mendekap ibu, aku mencoba menenangkan ibu dengan usapan lembut pada punggungnya, berharap ibu tidak akan terlalu kaget dengan tamu yang aku maksud, semoga saja
Aku melepas pelukan pada ibu dan beralih untuk mencium tangan Rama, dengan perasaan tak menentu sembari menyampaikan pada Rama tentang tamu tengah malam yang akan datang berkunjung
"Ma, eeemmm adek bawa tamu"
takut-taku aku berucap dengan lirih , takut bikin kaget ....? ia, takut marah... ? juga ia
"Tamu...? Tengah malam...?, Kawan Zu....?"
Rama bertanya dengan penuh selidik, siapa juga yang tidak akan heran jika ada yang berkunjung tengah malam....?
"Mana kawan Zu....?"
Rama menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok yang di maksud
"Tapi janji dulu jangan marah ok...?, tamunya ada di luar"
aku menunjuk pada arah gerbang yang masih terbuka lebar
"Panggil tamunya, tak baik membuat tamu menunggu di luar rumah terlalu lama"
Rama menggerakkan kepala ke arah gerbang sebagai pertanda agar memberi izin untuk tamu itu datang berkunjung, sedangkan aku masih diam dan ragu
'ya Allah kalau Zu buka gerbangnya dan mempersilahkan dia masuk, berarti Zu siap dengan apapun yang akan terjadi setelahnya, ya Allah, Zu belum siap memberi kejutan yang luar biasa ini'
"Zu panggil temannya...?"
Aku bertanya untuk memastikan, walau pada kenyataannya bukan untuk memastikan persetujuan Rama, tapi lebih pada untuk meyakinkan diri sendiri
"Iya, panggil suruh masuk"
Rama masih menunggu dan melihat ku saat memanggilnya untuk masuk kedalam rumah
Aku menuju pintu gerbang mendekat pada mobil hitam yang terparkir di tepi jalan
Tok tok tok
Dengan pelan aku mengetok kaca mobil itu, berharap dia tidak tidur, atau aku berharapnya dia tertidur dan lupa akan tujuannya datang kemari....?
Dengan pelan pintu mobil itu terbuka, menampakkan sosok yang membuat ku sedikit terbelalak karena kaget
Dia, dia si mata hijau
"Kamu!"
Dengan spontan aku menunjuk ke arahnya, jari ku mulai tidak sopan!
"Yang di masjid...?"
dengan linglung aku bertanya dengan perasaan campur aduk, kadang takdir selucu ini, rencana Allah memang penuh kejutan
"Iya, saya boleh masuk...?"
dia berkata dengan sangat tenang seolah masalah ini bukan perkara besar, padahal jantungku sudah mau meledak dari saking takutnya, dan dia setenang itu, aku baru memahami maksud Leta tadi, wajahnya se-datar itu....? Aku bahkan tidak melihat ada perubahan emosi dari raut wajahnya
aku sudah tidak tau lagi mau berkata apa, bahkan suara ku seakan menghilang entah kemana, aku hanya mengangguk tanpa bersuara
Dia berjalan lebih dulu, di sana ayah dan ibu sudah menunggu kami, dia dengan tenang menyalami ibu dan Rama, gestur sopan itu seakan menghapus sikap cool yang selalu dia tampakkan, bahkan aku bisa melihat senyum tipis tersungging di bibirnya
"Sebelumnya saya mohon maaf karena saya mengganggu malam-malam bapak, Semoga bapak tidak keberatan dengan kedatangan saya dan kabar yang akan saya sampaikan"
dia seolah ingin menyampaikan sesuatu yang menyiratkan kedatangannya untuk bertamu bukan hanya sekedar bertamu Tanpa makna, bukan hanya sekedar ingin berkunjung, tapi juga membawa sebuah kabar yang penting dan mendesak
"mari masuk dulu"
Rama dengan mas calon suami berjalan lebih dulu, meninggalkan ibu dan aku yang mengekor di belakang mereka
"Silahkan duduk"
saat sampai di ruang tamu Rama mempersilahkan dia untuk duduk di kursi yang tepat berada di depan Rama, sebelum kemudian menghadap padaku dan melanjutkan
" Zu, masuk kamar"
Rama berkata pada ku sebelum berpaling pada ibu dan melanjutkan
"Bu tolong ambilkan suguhan, terimakasih"
aku sangat yakin jika Rama mengatakan itu dengan nada yang lembut, tapi entah mengapa aku ketakutan di buatnya, seakan aku tengah melakukan pelanggaran berat
Sejatinya memang ia, aku yang masih di luar rumah saat jam sudah menunjukkan jam sembilan malam dan mengenyampingkan amniah-nya bagi seorang wanita, itu memang salah dan tak bisa di benarkan dan rasa bersalah itu mengalir dengan deras membanjiri benak ku
Aku bergegas masuk meninggalkan mereka berdua di ruang tamu, tapi maaf Rama, bukannya mau menentang perkataan Rama, aku sedikit penasaran dengan perbincangan mereka dan jadilah bukannya masuk ke dalam kamar, aku malah berdiri di balik pintu yang memisahkan ruang tamu dengan ruang keluarga dan kamar
rumah ini memang di rancang khusus, dimana ruang tamu terpisah dengan ruangan lain yang di pisahkan oleh pintu, jadi tamu tidak akan bisa melihat aktifitas keluarga kami, dan apa yang berada di dalamnya, mereka hanya akan menikmati pemandangan ruang tamu dan segala pernak pernik yang ada di sana
Allah memberi aturan yang begitu sempurna bukan...? Bahkan dalam penataan ruanganpun Allah memberi aturan yang luar biasa indah dan sempurna
Kembali pada dia yang ada di ruang tamu dan aku yang tengah menguping di balik pintu tengah
' ya Allah semoga aku dimaafkan untuk kesalahan ku yang kesekian kalinya ya Allah, semoga engkau jauhkan keburukan dari mata ku karena mengintip ya Allah, dan semoga engkau jauhkan keburukan dari telinga ku ya Allah karena mencuri dengar'
aku merapal do'a di dalam hati
Jantung ku masih berdegup kencang, masih belum tenang, walau aku sudah mampu menebak akan kemana hasil dari pembicaraan ini, hasilnya tidak akan lebih dari dua kemungkinan
Kemungkinan pertama di terima dan yang lainnya sudah tentu di tolak
Dengan tenang aku menyimak pembicaraan mereka berdua, ibu...? ibu sedang membuat minum dan mengambil beberapa cemilan
Dia menjelaskan kejadian tadi hingga bagaimana akhirnya dia bertamu malam-malam, sedangkan Rama menyimak dengan tenang, wajahnya tidak sedikitpun menunjukkan kemarahan, bahkan saat dia mengucapkan kalimat yang sanggup membuat jantungku berhenti sejenak, walau pada kenyataannya otot halus yang satu itu tidak akan berhenti kecuali sudah sampai waktunya ia berhenti dan tak berdetak lagi, atau kata gampangnya 'mati'
dan aku belum mati, tentu saja!, jadi itu hanya sebuah kiasan saja
"Jadi, kedatangan saya kemari adalah untuk meminta keikhlasan bapak untuk menyerahkan tanggung jawab bapak pada saya, untuk saya jaga dan lindungi sebagaimana bapak menjaga dan melindunginya dengan Islam dan cinta karena Allah"
dia berujar dengan ketegasan dan kelembutan dalam nada suaranya, bahkan saat ia mengatakan kalimat terakhirnya mampu mengantarkan rasa panas yang menjalar pada pelupuk mata ku
"Adek, ngapain...? Masuk kamar"
ibu datang dengan nampan di tangannya, menginterupsi acara menguping ku, bahkan aku belum mendengar jawaban dari Rama
Jantungku kembali menggila, bukan karena jawaban dari Rama tentu saja!, karena Rama masih terdiam, jantungku berdetak kencang karena terkejut akan tepukan ibu di pundak ku, beruntung aku langsung mendekap mulut ku sebelum sempat berteriak karena terkejut
"Nguping dulu Bu, Adek penasaran, boleh ya?" Aku memohon dengan memasang wajah secantik mungkin dengan senyuman sejuta bunga ku
"Semoga Allah, jadikan telinga Adek selalu mendengar kebenaran dan hal-hal yang bahagia ya Allah"
ibu, se-marah apapun beliau tidak pernah sekalipun terlontar perkataan yang buruk dari lisannya, dan aku sangat bersyukur atas Rizki Allah yang luar biasa ini, karena Allah hadirkan aku di dunia ini dalam lingkup keluarga yang terdidik dengan Islam, nikmat Allah yang paling tak ternilai harganya, nikmat Iman dan Islam, dan yang pasti bonus kehidupan yang cukup. Alhamdulillah
"Aamiin"
dengan spontan aku mengamini do'a ibu, sudah terbiasa dengan kebiasaan ibu yang satu ini
"Masuk gih"
tak ingin ibu mengulangi perkataannya, aku bergegas meninggalkan tepat pemantauan ku, walau kakiku rasanya masih ingin memaku di sana, tapi mau bagaimana lagi....?
Aku hanya mampu berdo'a semoga aku bisa tidur nyenyak malam ini, dan semoga rasa penasaran ini tidak bergelayut dalam benak
"thaha"
siapapun nama mu, semoga Allah memberikan jawab terbaik melalui lisan Rama
Apapun keputusannya semoga Allah senantiasa mengiringi langkah kita berdua, entah bersama ataupun sendiri
...~**TBC**~...
...**...
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ul
She have a good parents ☺️
2021-06-14
5
Zuhrufah.A.
up again
2021-06-04
5