...~**🦊**~...
...*...
...*...
...*...
aku tengah duduk di bagian tengah pembaringan, menimang benda pipih canggih kesayangan ku. di layar terpampang biodata singkat tentang dia
aku mulai membaca dengan teliti, mencoba mengingat setiap informasi yang tertera di dalam sana, mungkin aku akan menemukan sesuatu yang akan lebih memantapkan hati ku atas pilihan yang akan ku buat besok subuh
bukan besok, lebih tepatnya satu jam lagi akan berkumandang adzan subuh, ya Allah bahkan untuk terlelap saja mata ini seakan enggan
Louis Aslan, Nama itu tertera pada baris pertama dan tampak mencolok dari pada bait kata di sekitarnya, cetak tebalnya seakan ingin menunjukkan ketegasan dan keberanian, sangat mencerminkan namanya, Aslan, Singa...?
saat mengingat arti nama itu, satu sosok melintas dalam benak ku, sang singa pemberani dari Bani Quraisy, Hamzah bin Abdul Muthalib, Asadullah, singa Allah
andai dia memiliki keberanian sang singa dalam membela Islam, dan memiliki ketangkasannya dalam menumpas kemungkaran, itu akan sangat bagus
mata ku melihat sesuatu yang sangat ganjil dalam data itu, aku bahkan sampai mengucek mata ku untuk memastikan apa yang kulihat
"25...? serius...? brondong dong"
aku bahkan mengucapkannya dengan sedikit keras dari yang seharusnya aku berbisik dalam hati
ya Ampun! tak ku sangka dia akan lebih mudah dari ku, aku bahkan mengira dia lebih tua dari ku,
ini adalah tantangan baru untukku, bagaimana aku bisa menghargainya dan menghormatinya, dengan umur yang lebih mudah dari ku...?
ya Allah, satu hal yang paling aku takuti akan terjadi, aku takut lupa status ku sebagai istri saat marah nanti dan malah meremehkannya, ya Allah amit-amit, bagaimanapun dia akan menjadi suami ku, yang artinya posisinya adalah sebagai imam ku, seorang yang harus ku hormati dan ku ta'ati selama dia ta'at pada setiap perintah Allah dan saat perintah yang dia perintahkan bukan perkara maksiat
"ok, Zu umur bukan masalah, Rasullullah bahkan lebih mudah dari ibunda Khodijah dan beliau mampu menghormati Rasulullah dengan Cinta dan ikhlas karena Allah
setidaknya walau aku tidak bisa beramal sebagaimana ibunda Khodijah, aku bisa belajar dari beliau, karena aku mencintai beliau dan mencoba meneladani amal beliau"
aku bahkan hampir mengomentari setiap baris dalam lembaran elektronik itu, dan tak satupun dari baris-baris itu yang membuat aku tidak mengelus dada, kecuali baris pertama
aku bahkan harus dibuat terkejut dengan sederet titelnya yang berderet panjang, Allah ya Alim, bagaimana bisa di usia semuda itu sudah mendapat gelar sepanjang itu...?
aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana dia harus menghabiskan masa mudanya dengan di temani buku-buku tebal, yang bahkan saat aku membukanya pada halaman pertama, beberapa jam kemudian aku akan menjumpai buku itu sudah menyangga kepala ku, dan tetap terbuka di halaman pertama kali aku membukanya, membayangkan saja aku sudah merasa ngeri sendiri, bagaimana dia yang menjalaninya...?
sayup-sayup terdengar lantunan adzan subuh berkumandang dengan sangat merdu, setiap nada yang terlantun seakan merayu ku bersegera untuk bersua dengan kekasih ku, dengan Rab Alam semesta, Rab pemilik pagi yang sunyi dan tenang ini
tak ingin menunda perjumpaan ku, aku bergegas mengambil wudhu dan berjalan menuju mushollah kecil yang terletak di sebelah ruang keluarga
Rama sudah duduk dalam khusu' nya dzikir, itu berarti Rama sudah melaksanakan sholat Sunnah qobliyah subuh, sedang ibu tengah melaksanakan sholat Sunnah
aku membentangkan permadani lusuh yang selalu menemani setiap sujud ku, Rama tidak akan memulai shalat Subuh sebelum aku dan ibu selesai menunaikan qobliyah subuh, kebiasaan itu bahkan sudah dimulai sebelum aku bisa mengingat kapan itu dimulai dan menjadi kebiasaan
selesai dengan rutinitas subuh yang biasa kulakukan, aku mendengar denting bel lebih nyaring dari yang seharusnya, entah karena suasana yang masih sunyi atau itu hanya perasaan ku saja, satu hal yang pasti, saat denting bel itu menyapa Indra pendengaran ku, jantung ku berdetak kencang, bahkan aku bisa mendengar detak-nya yang lebih cepat dari yang seharusnya
aku melangkah menuju kamar, tidak, aku tidak berniat untuk membuka pintu dan itu bukan kebiasaan ku untuk menyambut tamu
bukan karena aku sombong tapi ibu yang membiasakan demikian, katanya agar jika yang bertamu adalah laki-laki, tamunya tidak perlu menundukkan pandangan terlalu lama, kasian lehernya. kadang saat mendengar alasan itu membuat ku tersenyum sendiri, padahal alasan sebenarnya Karena jarak kamar ku dengan pintu cukup jauh, karena posisi kamarku yang terletak di dekat ruang makan, aku menempati ruang utama di lantai dasar sedangkan ibu dan Rama menempati kamar utama di lantai dua
tak lama setelah aku selesai mengenakan kerudung ibu datang dan meminta ku untuk bergabung dengan Rama di ruang tamu. dia sudah datang, dan semoga jawaban ku nanti adalah jawaban dari setiap do'a yang terlantun di sepertiga malamnya
"Zu sudah siap....?"
ibu bertanya kembali saat aku sudah berada di pintu kamar
"In sya Allah Bu, Zu sudah siap, Bismillah"
aku melangkah dengan memegang erat tangan ibu yang senantiasa berada di samping ku, wanita hebat ini lah yang selalu memberiku cinta dan kelembutan, bukan hanya karena aku adalah putri kandung nya, namun karena besarnya kecintaannya kepada Allah yang membuatnya mencintai ku dengan ikhlas dan mendidik ku dengan sabar, Karena Allah memerintahkan demikian, dan aku ingin mencontoh itu
dia di sana, duduk di hadapan Rama dengan di apit seorang wanita dan pria dengan wajah khas Eropa, mungkin mereka adalah ayah dan ibunya...?
tak heran wajahnya sangat Eropa ternyata memang orang Eropa, ya masak wajah Eropa orang asli Indonesia....?
sepertinya otak ku sedang bekerja lebih lambat dari biasanya, aku sempat pikir dia blasteran Eropa-indo saat pertama kali aku melihatnya di depan Masjid
melihat hal itu membuat ku bertanya-tanya, bagaimana dia bisa memeluk Islam....? apa yang membuatnya memeluk Islam...? mungkin jika ada kesempatan akan ku tanyakan nanti
wanita dengan rasa penasarannya, bukankah itu adalah hal yang biasa...?
sayup-sayup aku mendengar percakapan Rama dengannya saat kaki ku melangkah mendekati mereka
"Rama tau, Louis datang kesini untuk meminang Zu, tapi sebelum itu Rama ingin Louis melihat Zu terlebih dahulu, Islam mensunnahkan bagi laki-laki yang hendak menikahi seorang wanita untuk melihat-nya terlebih dahulu
"Apabila seorang diantara kamu hendak meminang seorang wanita dan akan mengawininya, maka hendaklah ia melihat sebagian dari apa yang bisa mendorongnya untuk mengawininya." (HR Ahmad dan Abu Daud)
jika setelah Louis melihat Zu dan Louis berkenan untuk melanjutkan, maka kita akan melanjutkan prosesi pernikahan ini, namun jika setelah Louis melihat Zu dan tidak berkenan untuk melanjutkan maka kita akan menghentikan prosesnya, dan tentu setelah kita mendengar persetujuan Zu, Zu kemari"
aku dan ibu melangkah mendekat dan duduk di sebelah Rama dengan wajah yang tertunduk, walau aku pernah melihatnya sekilas kala di Masjid kemaren bukan berarti aku bebas melihatnya sesuka hati, apalagi dengan dalih kita akan menikah sebentar lagi, padahal aqad antara dia dengan Rama belum terucap
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, Atiya Az-Zuhruf"
mendengar salam darinya pertama kali membuat ku dengan perlahan mengangkat pandangan ku, dan memberanikan diri untuk menatapnya secara langsung, dengan perasaan yang tak menentu aku menjawab salamnya, salam itu laksana titian awal yang akan membuka tangga-tangga berikutnya
"wa'alaikum salam warohmatullah wabarokatuh, Louis Aslan"
lidah ku terasa asing saat mengucap namanya, ini bukan karena dia merupakan warga negara asing, tapi karena perasaan tak menentu yang terasa asing di hatiku lah penyebabnya, perasaan asing yang seakan ikut mengiringi setiap kata yang terucap
"bagaimana, Louis...?"
Rama kembali melanjutkan, memutus kontak mata di antara aku dan dia, dan aku dengan cepat kembali menyembunyikan wajahku dengan menunduk dalam
Ya Allah seperti inikah perasaan yang muncul saat menatap lawan jenis....?, pantas saja Allah memerintahkan kita menundukkan pandangan, karena sungguh pandangan pertama adalah rizki, sedang pandangan selanjutnya datangnya dari setan
karena pandangan selanjutnya sedikit banyak akan menimbulkan gejolak, baik rasa kagum atau rasa yang sebaliknya, sara membandingkan mana yang lebih baik antara dia yang kita pandang atau "dia" yang lain
"Bismillah, semoga Allah pun Ridho, in sya Allah Louis mau melanjutkan pada proses selanjutnya"
dia menjawab dengan mantap bahkan sedikitpun aku tidak mendengar rasa ragu dalam nada suaranya
"Zu, bagaimana...? apa Zu, bersedia menerima pinangan Louis...?"
mendengar pertanyaan Rama, aku menatap pada Rama dengan senyum malu-malu, entah mengapa aku malu untuk mengatakan dengan lantang bahwa aku juga menyetujui untuk melanjutkan prosesnya
seakan Rama mampu menangkap jawaban ku, Rama mengalihkan pandangannya pada Louis dan melanjutkan
"diam nya seorang wanita adalah jawaban, In sya Allah jika Zu ridho, kamipun orang tua ridho dengan keputusan Zu"
"Alhamdulillah"
"syukurlah"
semua yang berada di dalam ruangan berseru bersamaan, bahkan aku dapat merasakan kelegaan menyelimuti ruangan yang sebelumnya sedikit tegang
"baiklah jika demikian, apa Louis ada pertanyaan sebelum kita berangkat menuju tempat acara aqod....?"
Rama kembali bertanya pada Louis, karena memang kita belum memiliki kesempatan untuk saling mengenal secara langsung, kita hanya mengetahui hal umum tentang biodata kita melalui lembar-lembar elektronik yang ku baca semalam
"InsyaAllah untuk saat ini Louis belum ada pertanyaan untuk Zu, kalau Zu, ada yang ingin di tanyakan....?"
saat mendengar pertanyaannya membuat ku dengan spontan menatap padanya, Allah ya Robbi, bukannya aku tidak punya pertanyaan, bahkan dari saking banyaknya pertanyaan dalam benakku sampai aku bingung yang mana yang harus ku tanyakan lebih dulu
hingga terlintas dua pertanyaan yang menurutku adalah pertanyaan yang sangat penting, dengan harap-harap cemas aku bertanya padanya
"dengan apa akhi akan membimbing Zu dalam rumah tangga kita kelak, dan apa yang akan akhi berikan untuk Zu dan anak Zu nanti..?"
harap-harap cemas aku menanti jawabannya, bagaimana jika jawabannya tidak sesuai....? tidak mungkinkan pernikahannya Zu batalkan, apa Zu batalkan saja ya, ya Allah keraguan itu kembali membelit dengan sangat kuat di benak dan hati ku
inikah yang dinamakan cobaan sebelum menikah.....?
...~**TBC**~...
......**......
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ul
So what the answer?
2021-06-14
6
Zuhrufah.A.
press like and comment before leav
2021-06-10
5