...~**🦨**~...
...**...
...*...
semilir dingin pendingin ruangan menghantarkan rasa kantuk yang mulai bergelayut manja di pelupuk mata, sepertinya tidur bukanlah pilihan yang buruk. dan satu jam masih sangat lama untuk dilalui tanpa melakukan apa-apa, sebaiknya aku tidur sebentar
aku yakin aku tengah terlelap di sofa empuk yang sangat nyaman, dengan pendingin ruangan yang menghantarkan semilir angin dingin sepoi-sepoi berselimut syahdu-nya lagu Nina Bobo yang memanjakan kelopak mata ku untuk tetap terlelap.
namun rasa nyaman itu harus menghilang saat sebuah guncangan yang cukup kencang mengguncang badan ku. aku sudah hendak membuka mata saat sebuah tepukan menenangkan hinggap di lengan kiri ku. mau tak mau aku kembali mengurungkan niat ku untuk terbangun, apa lagi di tambah dengan rasa nyaman yang kembali datang, bahkan tidak hanya nyaman namun juga hangat, rasa hangat yang membuat ku tidak lagi merasakan semilir hawa dingin dari pendingin ruangan, walau sebelumnya kulit ku sudah tertutup rapat dengan jilbab berwarna Hitam.
tapi tak bisa di pungkiri dengan perut kosong, energi yang sudah berada di titik hampir mencapai nol, sedikit banyak hawa dingin itu sukses membuat bulu kuduk ku berdiri dan ujung kaki ku menjadi sangat dingin. padahal kaki ku tertutup dengan sangat rapat
aku bahkan berfikir jika rasa kantuk ku datang bukan karena aku memang sedang mengantuk, tapi karena energi ku yang sudah terkuras habis. jadi untuk menghemat energi yang tersisa, tidur merupakan pilihan yang tepat
walau aku merasa nyaman saat ini, anehnya aku merasa ada yang berbeda dengan sebelumnya, aku merasa punggungku tidak tersangga dengan benar, aku bahkan masih bisa mendengar suara bising percakapan orang-orang disekitar ku,
hanya saja mataku terlalu berat untuk terbuka atau terlalu malas lebih tepatnya. dan aku tidak mau ambil pusing dengan itu, yang ada di benak ku saat ini adalah, kapan rapatnya akan berakhir.....?
walau aku sudah mencoba mengabaikan suara-suara di sekitar ku, entah karena suaranya yang terlalu keras atau jaraknya dengan ku yang terlalu dekat, aku bahkan masih bisa mendengarnya walau sedikit samar
"Sam, lain kali jika dia datang untuk menemui ku, langsung antarkan dia ke kantor ku, dan jika aku sedang rapat jangan biarkan dia menunggu diluar seperti tadi, aku harap ini terakhir kalinya aku melihat dia menunggu di luar. dan jangan pernah membuat ku melihatnya sampai menggigil seperti tadi. dan tolong sampaikan ini pada yang lain juga"
aku mendengarnya dengan cukup jelas. entah siapa yang mengatakan hal itu, aku hanya merasa simpati pada orang yang bernama Sam itu, aku yakin dia sangat ketakutan saat ini, jangankan si Sam, aku saja yang mendengarnya bergidik ngeri dengan nada dinginnya saat mengatakan hal itu, mungkin orang itu sedang marah.
semoga Sam bisa menghadapi orang itu dengan tabah, dan jika orang itu adalah atasannya, aku sedikit prihatin bagaimana nasib Sam saat bekerja, dia harus menghadapi atasan yang dingin dan sedikit mengerikan menurut ku
entahlah sepertinya aku harus lebih mengkhawatirkan nasib suami baru ku, Louis. bukankah dia juga bekerja di lantai ini, bagaimana jika orang yang tengah berbicara dengan Sam adalah atasan Louis juga....?
semoga saja bukan.....? ya Allah semoga Louis mendapatkan atasan yang baik dan tidak sedingin atasan Sam, aamiin
aku kembali menyamankan posisi yang semakin membuat ku tidak nyaman, aku bahkan merasakan gerakan aneh yang seakan mengayun tubuh ku, dan itu sedikit membuat ku was-was.
Dengan spontan aku memaksa membuka kelopak mata ku yang terasa berat, dan hal pertama yang aku lihat adalah, gambaran rahang kokoh seorang laki-laki. dan hal itu sukses membangunkan kesadaran ku yang semula terbuai rasa kantuk
"Astaghfirullah, ya Allah turunin" aku meronta , berusaha untuk loncat, turun dari dekapan laki-laki yang saat ini tengah mendekap ku dengan erat. sayangnya usahaku gagal, cengkeramannya luar biasa kuat menahan tubuh ku agar tidak terlepas
"Allahu Akbar, Zu. jangan bergerak, nanti jatuh" Louis kembali mempererat dekapannya agar aku tidak terjatuh karna pergerakan ku yang tidak stabil sebelumnya
dan saat aku mengetahui bahwa yang mendekap ku saat ini adalah Louis, itu sedikit membuat ku tenang, aku bahkan kembali menyamankan posisi ku dengan menopangkan seluruh beban tubuhku padanya
"ya Allah, Zu kira siapa, maaf Zu tidak tau" aku masih dalam dekapannya, membiarkan Louis membawa ku entah kemana. beruntung lorong di bagian ini sangat sepi, jadi aku tidak terlalu malu saat di gendong layaknya bayi oleh Louis
"kenapa tidak bilang kalau mau ke kantor...?" Louis bertanya dengan nada suaranya yang lembut dan tenang, walau ekspresi wajahnya tampak datar
"mau antar makan siang, dan Zu kira tadi hanya akan mengantarkan makan siang terus pulang" aku menjelaskan dengan disertai senyum kikuk, dalam hati aku menyesali sikap masa bodohku yang dengan sengaja tidak mencatat nomor telepon Louis saat mencatat alamat tadi
siapa yang akan mengira jika pak security tadi akan mengarahkan langsung menuju ruangan kantor Louis, padahal rencananya tadi aku mau menitipkan di post security dan membawa bagian ku untuk dimakan di cafe dekat kampus yang biasa ku datangi untuk mengisi kajian, jaraknya lumayan dekat dari kantor ini
"lain kali, jangan menunggu di luar, mengerti...?" entah mengapa aku dapat mendengar nada jengkel dalam suaranya, walaupun Louis mengatakan hal itu dengan suaranya yang lembut dan tenang
"em" aku tidak menanggapi lebih lanjut, ditambah suara perutku yang sedikit mengganggu membuat ku malu, bahkan hanya untuk menatap pada Louis seperti sebelumnya. dan aku yakin Louis dapat mendengar suara memalukan itu dengan sangat jelas
"Zu lapar...?" entah Louis mengatakan hal itu hanya untuk menggodaku atau dia benar-benar ingin tau bahwa saat ini cacing-cacing di perutku tengah berdemo untuk diberi asupan
aku tidak menjawab dan malah menyembunyikan wajahku di dalam selimut yang sejak tadi membungkus tubuh ku
aku tidak mendengar tawanya, tapi aku mampu melihat bibirnya melengkung tipis membentuk lekukan kecil samar yang indah. kadang aku berfikir, semahal itukah senyumnya....?
Louis menurunkan aku dari dekapannya dengan hati-hati. dia membantuku untuk duduk di sofa panjang di tengah ruangan
mataku dengan tak tau malunya mengedar meneliti dengan seksama ruangan kerja yang cukup luas ini, atau tidak hanya cukup dikatakan "cukup luas" ini bahkan sangat luas,
aku bahkan dapat melihat tumpukan buku yang tertata rapi di bagian dindingnya, dan bahkan disini juga terdapat beberapa pintu yang aku perkirakan salah satunya adalah kamar mandi
Louis dengan cekatan menata makan yang aku bawa, meninggalkan aku yang masih fokus menatap pada rak buku yang tertata rapi dengan rak menyentuh langit-langit nya
satu hal yang terlintas di benakku, bagaimana dia mengambil buku yang berada di rak paling atas....? atau itu hanya pajangan....?
"tunggu sebentar" Louis menyentuh dan mengelus kepalaku yang terbungkus kerudung dengan warna senada jilbab ku, sebelum kemudian menuju meja kerjanya dan menghubungi entah siapa melalui telefon kantor
"ke kantor saya, sekarang!" nadanya yang tegas membuat ku sedikit bergidik, aku tau jika sifat Louis sedikit kaku dari kebanyakan orang dan wajahnya yang tanpa ekspresi itu sedikit memperburuk kesannya, tapi aku tidak pernah berfikir jika Louis akan setegas itu saat bekerja, tidak hanya ekspresinya yang datar, bahkan nada suaranya saat berbicara dengan rekan kerjanya butuh di masukkan ke sekolah khusus agar sedikit lebih lembut dan lebih friendly, dan entah mengapa aku malah berfikir jika cara Louis berbicara hampir mirip atasannya Sam yang aku dengar saat aku sedang tidur tadi
tok
tok
tok
terdengar suara ketukan di pintu, seorang laki-laki berpakaian rapi dengan rambut klimis yang di buat tegak berdiri masuk setelah mendapat persetujuan dari Louis
" ada apa pak....?" dia bertanya dengan sopan sesaat setelah dia kembali menutup pintu yang tepat berada di belakangnya
"Sam, tolong minta orang pantry untuk panaskan makanan ini dan juga minta mereka untuk siapkan 2 gelas jus jeruk"
Sam mengambil kotak makanan yang butuh di panaskan, dan menyisakan yang lainnya, saat aku mendengar Louis memanggil laki-laki tadi dengan nama Sam, hal itu membuatku berfikir ulang tentang atasan Sam yang aku dengar dalam tidur ku tadi
bahwa atasan yang tadi aku maksud itu adalah Louis.....? yang tak lain merupakan suamiku sendiri. yang saat ini sedang duduk di sampingku dan menatap ku dengan sorot matanya yang lembut, sangat berbeda dengan ekspresi wajahnya yang datar
"kenapa...? ada yang salah?" dia bertanya dengan bingung, bagaimana tidak aku melihatnya dengan tatapan yang belum pernah ku berikan sebelumnya, aku menatapnya dengan tatapan ngeri. bahkan aku menggelengkan kepala ku untuk menghilangkan bayangan wajah Louis yang datar dan tanpa ekspresi saat berkata dengan nada yang taja pada Sam yang tampak penurut dan sopan
"tidak, tidak ada. hanya kalau bisa saat ngomong sama orang jangan terlalu dingin dan tegas begitu, kasian Sam nanti kalau dia shock bagaimana....?" aku berkata dengan selembut yang aku bisa, disertai senyum secerah mentari pagi yang menyejukkan
"InsyaAllah, akan ku coba, tapi tidak janji bisa langsung berubah" aku sangat bersyukur setidaknya Louis sangat terbuka dengan diskusi terbuka seperti ini, dan ini akan memudahkan kami dalam berkomunikasi nantinya
saat pasangan bisa menerima masukan dan mau bersabar satu dengan yang lainnya, mau berubah kearah yang lebih baik, fa InsyaAllah tidak akan ada masalah yang tidak dapat di selesaikan nantinya
di dalam Islam kita juga di anjurkan untuk saling menasehati, baik pada anggota keluarga atau pada teman kita, bahkan pada orang lain yang tidak kita kenal sekalipun, karena dengan saling menasehati kita bisa menemukan kebenaran, bukannya malah mencari pembenaran
“Demi masa, sesungguhnya seluruh manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman, dan beramal shalih, dan saling menasihati dalam kebenaran, dan (saling menasihati) dalam kesabaran.”
tidak ada salahnya kita mendengarkan nasehat untuk kita agar kita menjadi pribadi yang lebih baik, kadang kita harus mengorbankan dan menurunkan ego kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
apalagi di dalam kehidupan suami istri yang membutuhkan rasa saling memahami dan kasih sayang untuk mencapai keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. dan bukannya nasehat yang kita berikan untuk pasangan merupakan bentuk kasih sayang kita pada mereka....?
...~**TBC**~...
...**...
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ul
So romantic Louis ❣️
2021-06-16
7
Zuhrufah.A.
don't forget to give me thumb's up, comments and share this story to the others
2021-06-16
6