...~**🐻❄️**~...
...*...
...*...
...*...
Aku masih duduk dalam diam dengan senyum kaku yang menghiasi wajah, meninggalkan Rama yang berkutat dengan dua lembar buku nikah yang harus aku dan Louis tanda tangani
dengan perasaan campur aduk aku membubuhkan tandatangan ku pada kertas putih yang kini tergores tinta hitam diatasnya
lengkap sudah perubahan status ku, baik secara agama ataupun secara negara Indonesia, kini aku bukan hanya menjadi seorang anak dari dua orang tua baru, namun juga menjadi istri dari seorang pemuda yang akan memikul tanggung jawab penuh atas diri ku
aku juga tidak tau bagaimana Louis bisa mengurus itu semua dalam waktu yang sangat singkat
Mommy menyerahkan sebuah cincin dengan empat permata Zamrud yang berjejer rapi terbingkai emas putih yang indah
di sana juga ada sebuah cincin dengan satu permata Zamrud yang cukup besar
aku menatap pada permata yang berkilau layaknya lensa mata Louis itu sebelum kemudian mengalihkan pandangan ku pada Louis yang tepat berada di depan ku
"Emerald....?"
aku mengatakan hal itu dengan nada bertanya yang jelas
aku hanya penasaran, mengapa Louis memberiku permata Zamrud dan bukannya emas seperti yang ia ucapkan saat akad tadi, walau cincin ini juga terbuat dari bingkai emas, hanya saja aku tidak menyangka jika dia akan memilihkan cincin yang sewarna dengan mata indahnya
"maharnya aku simpan di meja depan, dan ini tidak termasuk dalam mahar yang ku sebutkan, cincin ini mewakili diriku, hati ku, dan kehormatan ku yang aku titipkan kepada mu, jadi jangan menjualnya, ok"
dia mengatakan hal itu dengan senyum hangatnya yang mampu menghantarkan ketenangan dalam relung hati ku
"jadi ini hanya titipan...?, bukan hadiah....? pelit!"
aku memelankan suaraku saat mengucapkan kata terakhir, dengan bibir yang mengukir senyum malu-malu
aku tidak sungguh-sungguh saat mengatakan Louis itu pelit, karena mana ada orang pelit yang akan memberiku hadiah 100 gram emas sebagai mahar...?
"akan ku berikan cincin yang lain nanti, yang bisa Zu jual"
aku tau dia mengatakan hal itu dengan sungguh-sungguh dan aku tidak keberatan dengan itu, lumayan nanti bisa ku jual jika sedang butuh uang
pemikiran emak-emak
"tidak usah, Zu tidak terlalu suka perhiasan, uangnya di tabung saja untuk nanti-nanti, In sya Allah Zu akan selalu jaga hati dan kehormatan Louis dengan sepenuh hati dan ikhlas karena Allah, InsyaAllah"
"sekarang Louis pasangkan cincinnya di tangan Zu"
ibu menginterupsi percakapan kami dan kembali meminta Louis untuk menyematkan dua cincin itu di jari manis ku
dengan pelan tangan Louis terulur menyentuh tangan ku dengan hati-hati, tangan ku yang semula sudah mulai tenang kini kembali gemetar dan berkeringat dingin
saat kulit kami saling bersentuhan aku-pun dapat merasakan sensasi dingin dari tangan Louis yang sedikit bergetar, sama seperti nasib tangan ku
dengan pelan cincin itu terkunci dengan ukuran yang sesuai jari manis ku, entah darimana ia mengetahui ukuran itu, tidak mungkin dari ibu kan...? karena seingat ku, aku sudah tidak lagi memakai cincin sejak duduk di bangku sekolah menengah atas
"Alhamdulillah"
aku dengan samar mendengar ucapan syukur itu dari bibir Louis yang masih tersenyum lembut
selesai dengan pemasangan cincin, Rama meminta Louis untuk melaksanakan sholat Sunnah dua raka'at. sedangkan Rama, ibu dan orang tua Louis, kembali menemani para tamu dan berbincang dengan mereka. walau ada beberapa tamu yang sudah pulang lebih dulu
Louis berjalan di depan ku menuju dua permadani kecil yang terhampar menghadap kiblat. aku berdiri di belakangnya untuk berjumpa dengan kekasih kami, ini adalah kali pertama Louis mengimami sholat ku, seakan ini menjadi langkah awalnya dalam memimpin hidup ku. dia adalah pemimpin yang akan memimpin ku sampai ke surganya, InsyaAllah.
"Allahu Akbar!"
kalimat takbir itu berkumandang dengan merdu, menyusup pada setiap Indra ku, hingga menggerakkan tangan ku dalam lantunan takbiratul ihram dalam sholat pertama kami
dalam setiap ruku' dan sujud aku memuji Allah atas segala nikmat dan cintanya, dan aku memohon pengampunan dan bimbingannya dalam setiap langkah dalam rumah tangga kami nantinya
Louis berbalik menghadap ku sesaat setelah kami selesai melaksanakan sholat. tangannya terulur dengan hati-hati, dan dengan perlahan aku menyambutnya, walau kami sudah pernah melakukan sebelumnya akan tetapi hati ku masih ber-desir dengan kencang saat kulit kami saling bersentuhan
aku sudah hendak berdiri, namun gerakan ku terhenti saat mendengar suara ribut di pelataran Masjid. entah apa yang sedang terjadi di luar sana...? sayup-sayup aku mendengar suara seorang wanita memanggil nama "Leo"
dengan perasaan tak menentu aku memberanikan diri untuk keluar melihat ada apa gerangan di luar sana, tidak bisa di pungkiri jika aku masih sedikit trauma dengan kejadian terakhir kali yang menimpa kami
'ya Allah semoga tidak ada suprise susulan yang lain, aamiin'
dengan badan yang sedikit bergetar aku menemui ibu yang sudah berada di pelataran Masjid, sedangkan Mommy tengah mencoba menenangkan wanita yang saat ini sedang mengamuk
"Leo, kamu nggak boleh nikah sama perempuan itu, Leo keluar, Leo"
dia terus berteriak meminta seseorang yang ia panggil "Leo" untuk keluar
Dan apa tadi katanya....? menikah...?
yang aku tahu hari ini adalah hari pernikahan ku dengan Louis. dan laki-laki yang menikah dengan ku adalah Louis dan bukan Leo, seperti yang wanita ini sebutkan
apa laki-laki yang dia panggil Leo itu Louis...?
dengan cepat aku mengedarkan mata ku dan mencari keberadaan Louis yang sayangnya tidak aku jumpai di manapun, sedangkan wanita di depan ku masih meraung memanggil "Leo" yang entah siapa si Leo ini....?
"Zu, masuk ke dalam Masjid dulu ya"
Rama mencoba menuntun ku masuk ke dalam Masjid sebelum suara perempuan itu menghentikan langkah ku
"berhenti!, kamu perempuan itu kan....?, kamu yang sudah mengambil Leo dari ku, kembalikan dia pada ku!"
aku dengan tubuh bergetar hebat berpaling menghadap kepadanya, dada ku bergemuruh, perasaan marah, kecewa dan yang pasti sedih itu bercampur menjadi satu. sampai aku bingung bagaimana aku harus menanggapi dan memulai
apa aku harus marah....?
pergi...?
atau menangis....?
yang pasti yang terakhir bukan pilihan yang akan aku ambil untuk menghadapi masalah ini, walau air mata ku sudah menggedor dinding kelopak ku untuk meluncur bebas membasahi pipi ku
ya Allah, begini amat ya, baru juga nikah, kejutannya itu loh....? luar biasa sekali!
Allah ya Karim, pasti ada ibrah yang bisa di petik dalam setiap peristiwa, In sya Allah
ini yang paling aku bingungkan saat ada orang yang dengan berani berpacaran sebelum menikah, sudahlah melanggar perintah Allah, di tambah lagi masalah yang ditimbulkan, seperti ini contohnya, ia kalau pacaran endingnya menikah...? nah kalau seperti ini....?
enggak lucu kan, ini sudah seperti film FTV yang judulnya "ngamuk di nikahan mantan"
bukan berarti juga boleh berpacaran asal endingnya menikah, yang namanya sesuatu yang haram mau diolah bagaimanapun juga, haram ya tetap haram. mau beralibi bagaimanapun juga pacaran haram ya tetap haram hukumnya, entah endingnya menikah atau endingnya berpisah
aku mengambil nafas dalam, sebelum memulai, mencoba menahan setiap gejolak yang tengah bergemuruh hebat. tidak, aku tidak akan kalah oleh amarah, aku tidak ingin membuat api amarah membakar ku begitu saja, tidak. sampai kapanpun!
sabar, sabar adalah kuncinya, 'hadapi dengan tenang, dan lakukan itu dengan anggun Zu'
aku berbisik dalam hati mencoba mengubur setiap api yang terpercik
"Zu, tidak apa-apa Ma, Zu tidak salah kan...? jadi Zu tidak harus bersembunyi"
setelah mengatakan hal itu, aku melepas dengan lembut tangan Rama dan melangkah pelan mendekati wanita itu
"kakak panggil Zu....?"
aku bertanya dengan tenang, sedikit banyak aku berharap agar wanita di depan ku itu juga tenang, walau demikian aku tetap menyiapkan antisipasi, takut jika sewaktu-waktu dia akan melakukan gerakan yang tak terduga, menjambak atau menampar, mungkin....?
wanita yang sedang marah bukan hal yang mudah untuk di hadapi, kadang tindakannya lebih mengerikan daripada banteng yang tengah mengamuk
"jangan sok baik kamu, mana Leo....? suruh dia keluar!"
wajahnya masih memerah karena amarah dan tangannya masih terkepal dengan kuat
"Leo siapa yang kakak maksud...?"
aku masih menjaga nada suara ku agar tidak bergetar, dan mencoba tetap bersikap tenang, walau dalam hati istighfar tak henti-hentinya ku ucapkan
"Jang pura-pura tidak tahu kamu, laki-laki yang mau kamu nikahi, dia kekasih saya, dan gara-gara kamu dia memutuskan hubungan kami!"
dia mengarahkan tangannya untuk menunjuk tepat di wajah ku
Allah ya Rabbi, memang benar jika orang sedang marah itu kesopanannya merosot hingga ke titik nol
ya Allah, semoga engkau menjauhkan Zu dari sikap yang demikian, aamiin
"maaf kak, laki-laki yang Zu nikahi buka Leo, tapi Louis"
aku tidak tau apakah Louis menggunakan nama lain di luar sana, atau wanita ini hanya salah mengira, beruntung aku tidak memutuskan untuk pergi tadi
kadang, masalah itu harus di hadapi dengan berani, walau hasilnya akan menoreh luka, tapi setidaknya kita bisa menyelesaikan masalah itu dan tidak menjadikan masalah itu berlarut-larut
"jangan bohong kamu, Leo!, keluar kamu Leo!, lepas!"
wanita itu meronta meminta dua orang yang sejak tadi memegang tangannya untuk melepaskannya
"Leo!"
aku memijat lembut pangkat hidung ku yang berdenyut nyeri, entah bagaimana aku harus menjelaskan kepada wanita di depan ku, karena sejatinya aku juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi di sini
Louis datang dengan seorang laki-laki yang lehernya terjepit di antara tangan dan badannya, aku memandang ngeri pada laki-laki yang sedang Louis piting itu
bagaimana nasib lehernya....?
aku bisa menjamin jika hal itu sedikit menyakitkan, terbukti dengan wajahnya yang memerah dan tangannya yang mencoba melepaskan tangan Louis yang tengah memiting kepalanya
Louis baru melepaskan pitingannya saat mereka sudah berada di depan wanita itu
"jelaskan!"
suara Louis yang tegas terdengar sedikit mengerikan di telinga ku, walaupun hal itu tidak di tujukan kepada ku secara langsung, tapi aura yang dia pancarkan, sikap dominan yang dia tampakkan mau tak mau sedikit membuat ku tidak nyaman
ini adalah kali pertama aku melihat Louis dengan nada suaranya yang tegas, aku tidak mengatakan jika saat ini Louis sedang marah, tidak.
hanya saja aku selalu melihat Louis dengan sikap tenangnya, bahkan saat besarnya masalah yang menimpa kami tadi malam
ok. aku beru mengenalnya tadi malam dan aku belum lama mengenalnya, tapi kurang besar apa masalah dan kesalahpahaman yang menimpa kami tadi malam....?
aku yakin hal itu cukup menguras kesabaran dan ketenangannya, tapi toh dia tetap tenang dan tetap berwajah datar, walau kali ini-pun Louis tetap berwajah datar, tapi nada suaranya sedikit naik dari biasanya dan ketegasan dalam nada suaranya tidak bisa di abaikan.....?
hal itu cukup membuat ku yakin jika saat ini Louis sedang jengkel...?
entah lah
...~**TBC**~...
...**...
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ul
Leo, you are a good boy, don't be sad
2021-06-14
5
Zuhrufah.A.
ok
2021-06-14
5
Zuhrufah.A.
don't forget to give me thumb's up, comments and share this story to the others
thank you ❤️💞💞💞
2021-06-14
5