Serpihan Hati: Cukuplah Sudah
" Panggilan untuk dokter Sie . .panggilan untuk dokter Sie . . harap segera ke IGD . ." suara operator kembali terdengar dipengeras suara ruangan
Di sebuah tempat tidur, tempat istirahat para dokter, tampak seorang wanita berbaju biru dan memakai jas dokter menggeliat dari dalam selimut lalu menghempaskan ke sisi kanannya dan duduk dengan cepat.
Di tepuk-tepuknya penyangga kepala berbentuk kotak nan empuk itu.
" Hhhooaammm . .aduh . . bantalku sayang, seperti nya waktu kita telah habis . ."
Dengan terburu - buru dipakai nya sepatu crocs putih, sepatu wajib selama ia sedang bertugas didalam rumah sakit ini dan membuka pintu didepan nya lalu berlari sambil merapikan rambut dan pakaian nya
IGD
" Laporkan!" tegasnya pada seorang perawat dan mengambil cardboard dari tangan si perawat
" Laki laki, 79 tahun, jatuh dari tangga dan mengalami Hemorrhagia cerebral (pendarahan otak)," jawab si perawat dengan cepat dan mengikuti dokter wanita itu menuju bangsal pasiennya
" Hmm . .riwayat? " lanjutnya
" Kanker paru paru NSCLC ( kanker paru di luar sel kecil) stadium 2, 2x radiologi, dan PCI (Prophylactic cranial irradiation)." Dokter wanita itu memeriksa mata dan mulut lelaki tua yang tak sadarkan diri itu, lalu memeriksa dadanya dengan stetoskop
" Lakukan Mediastinoskopi (teknik membuat sayatan untuk mengambil sampel untuk biopsi pada kanker paru - paru) dan tes darah," perintahnya kepada si perawat tanpa melihat ke arah perawat yang ada didepannya. Tepatnya, di sebelah kiri tempat tidur pasien
" Dokter, apa anda," si perawat bertanya dan membelalakkan matanya ke arah dokter wanita itu
" Ya, cepatlah!"
Dokter wanita itu hanya menjawabnya singkatdan berlalu menuju pasien lainnya .Namun, sebelum ia melanjutkan langkahnya, seseorang menghadangnya dan membuatnyaberhenti. Ia menatap laki - laki setengah baya yang tiba-tiba ada di hadapannya itu .
" Ya? " tanyanya datar .
" Dokter, apakah Anda dokter Emy Sie?" tanya laki-laki paruh baya itu dengan tatapan penuh harap .
" Ya .Jawabnya singkat .
" Benarkah? Kalau begitu, tolong Tuan Besar kami. Kami sengaja kemari untuk bertemu anda dan berharap Anda dapat menolong Tuan Besar kami ini," jawab laki-laki itu dengan senyum melebar.
Dari ucapannya, tampak ia sangat senang bertemu dengan dokter wanita yang ternyata bernama dr. Emy Sie itu .
" Tuan Besar? " dr. Sie mengernyitkan alisnya .
" Ah . . iya itu . .kakek - kakek yang barusan anda periksa, " tunjuk laki-laki itu ke arah kakek yang baru saja diperiksa Emy
" Dan Anda adalah?" selidik Emy
" Ah, maaf saya lupa mengenalkan diri. Saya, Man Ho, asisten pribadi Tuan Besar Kim," jawab laki-laki itu, sembari mengulurkan tangannya .
" Baiklah, saya masih menunggu hasil laporan lab.Saya akan berusaha semampu saya. Permisi, saya harus memeriksa pasien lainnya,"jelas Emy, ia sedikit menundukkan kepalanya dan berlalu melanjutkan pemeriksaan ke pasien lainnya .
Senyum mengembang di bibir pak Man Ho. Ia begitu senang, karena pada akhirnya ia bisa bertemu dokter Emy Sie, seorang dokter yang ia harapkan dapat menolong menyembuhkan Tuan Besar Kim dari penyakitnya .
. . .
" Ya . ." Emy memencet interkom di sampingnya tanpa melepas pandangannya ke arah komputer didepannya .
" Dokter Sie . . . hasil laboratorium pasien Kim Tae San sudah selesai," terdengar suara perawat lewat interkom
" Ok . .trims,"
" Sama-sama dokter."
Setelah melihat beberapa waktu Emy membaca hasil tes pasiennya, Kim Tae San, di layar monitor di hadapannya, Emy memencet interkom yang terhubung dengan ruang perawat .
. . .
" Ya, dokter? "
" Tolong panggilkan Tuan Man Ho ke ruangan saya."
" Baik, dokter .
Tak berapa lama kemudian ada suara ketokan di pintu ruangan Emy .
" Masuk!" serunya, namun tetap saja matanya terarah ke layar monitor didepannya .
" Dokter Sie . . .bagaimana dengan hasil Tuan Besar? " kekhawatiran tampak di wajah Pak Man Ho .
" Pak Man Ho, begini . . . sel kanker Tuan Besar Kim sudah menyebar hingga ke limfa, dan sekarang kanker Tuan Besar sudah masuk stadium 4 . Sepertinya, kemoterapi adalah satu satunya upaya kita yang terakhir. Dan untuk pendarahan otaknya, tidak begitu parah jadi tindakan operasi tidak diperlukan.Hanya saja untuk kankernya . . ."
" Dokter . . .tolong beritahu berapa kans Tuan Besar jika bersedia untuk Kemoterapi?" potong pak Man Ho dengan wajah sendu dan sepertinya ia berusaha menahan air matanya
Emy melihatnya dengan dengan simpatik, karena ia tahu bahwa harapan hidup Tuan Kim tidak lama lagi dan ia tidak dapat melakukan apapun untuk membantunya .
Emy menarik nafasnya dalam-dalam dan berkata,
" Kurang lebih 1,5 tahun jika ia melakukan kemoterapi, dan 4 - 7 bulan jika beliau tidak bersedia melakukannya. Emy tak sanggup lagi melihat wajah pak Man Ho dan mengalihkan pandangannya ke monitor .
Mata pak Man Ho membulat.Ia memejamkan matanya dengan rapat. Ia tak tahu harus berkata atau bertanya apalagi
" Dokter, tolong lakukan sesuatu, bisakah Anda menolong Tuan Besar? Saya mohon dokter, saya mohon . . berapapun biaya tidak masalah asal Anda . ."
" Pak Man Ho, saya akan berusaha sebaik mungkin, bukan masalah biaya yang saya kuatirkan, Pak. Tapi, saya akan tetap cari solusi terbaik untuk pasien - pasien saya. Pak, mohon bersabar dan banyaklah berdoa, saya yakin mujizat masih ada," potong Emy dan memegang tangan pak Man Ho, kemudian menaruhnya di atas mejanya saat ia melihat pak Man Ho memohon dengan melipat kedua telapak tangannya di hadapan Emy. Emy menepuk - nepuk tangannya pelan untuk menghiburnya.
Pak Man Ho pamit dan berdiri, iamembuka pintu ruangan Emy, menutupnya dan mendesah. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan pada Tuan Muda.
Tak terasa air mata sudah menetes dikedua pipinya. Pak Man Ho hanya bisa menarik nafas dalam -dalam, menyeka air matanya dan beranjak dari depan ruangan dr. Sie
Tuan Besar masih belum sadarkan diri saat pak Man Ho kembali ke ruang rawat. Ya, Tuan Besar sudah dipindahkan ke ruang rawat karena sudah melewati masa kritisnya akibat terjatuh dari tangga .
Pak Man Ho melihat wajah Tuan Besar dan tersenyum getir, " Tuan Besar, tolong bangunlah, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan . . .apa yang harus saya katakan pada Tuan Muda. Hanya Anda yang Tuan Muda miliki saat ini, Tuan Besar . .hu hu hu . . " Pak Man Ho tak dapat lagi menahan tangisnya.
Ia menangis tersedu dan menghempaskan tubuhnya di sofa yang berada disamping tempat tidur rawat Tuan Besarnya .
" Selamat pagi," sapa Emy pada pak Man Ho pagi itu.
Mata merah dan sembab serta wajah kelelahan tampak jelas terlihat di wajah pak Man Ho .
" Selamat pagi dokter Sie," sambut pak Man Ho dengan sedikit senyuman .
Emy langsung memeriksa keadaan Tuan Besar dengan seksama, dan memberi sedikit instruksi pada perawat yang mengikutinya.
"Vital Tuan Kim sudah membaik, dan dalam beberapa jam beliau akan sadar, tolong segera hubungi saya jika sudah sadar ya, pak Man Ho," kata Emy dengan tersenyum.
Pak Man Ho membeku melihat senyum Emy. Senyum yang begitu menawan. Menambah kecantikan alami Emy lebih terpancar .
" Hmm . . pak . . pak . . pak Man Ho . . . Anda tidak apa-apa? " perawat melambai -lambaikan tangannya didepan wajah Pak Man Ho, karena Pak Man Ho tiba - tiba saja tak ada reaksi alias membeku.
Matanya membelalak dan mulut menganga sampai - sampai kalau ada lalat masuk, pasti pak Man Ho tak akan menyadarinya .
" Ah . . ah . . he he he . . i -iya . . iya . . saya tidak apa apa," jawab pak Man Ho terbata -bata, wajahnya berubah menjadi merah karena malu.
Si perawat hanya tersenyum melihat tingkah pak Man Ho dan wajahnya yang memerah seperti tomat .
" Baiklah, Pak . . saya permisi untuk visite ke pasien lainnya. Emy pamit dan pergi keluar ruangan Tuan Besar dengan langkah cepat seperti biasa. .
Emy sudah biasa dengan model wajah orang yang mengaguminya .Ya, dia adalah wanita muda yang sangat cantik dengan senyum yang sangat menawan hati.
Walau banyak juga yang melihatnya dengan wajah seperti pantat panci .Semuanya Emy tanggapi dengan biasa.
Tampak lampu warna putih menyala di ruangan perawat. Perawat pun segera menghubungi Emy, karena itu adalah ruanganTuan Besar. Tak berapa lama Emy dan beberapa perawat tampak berlari ke arah ruangan Tuan Besar .
Emy segera melakukan pemeriksaan dan melihat monitor yang ada disisi tempat tidur Tuan Besar,
" Dokter bagaimana keadaan Tuan Besar? Saya baru saja dari kamar mandi,dan saya lihat jari tangan Tuan Besar bergerak, "jelas Pak Man Ho sambil berdiri melihat ke arah Emy dan Tuan Besar bergantian .
" Hmm . . .Tuan Besar, bangun . . . . .Tuan . . .Anda mendengar saya, Tuan Besar?" Emy berusaha memanggil Tuan Besar yang terlihat berusaha membuka matanya, dan mengedip ngedipkan matanya karena silau lampu .
" Aarrghhh . . Oh . . suara Tuan Besar mulaiterdengar. Sakit di bagian kepala membuatnya meringis .
" Tuan Besar . . . syukurlah, Tuan . . . Anda sudah sadar. Senyum mengembang dibibir pak Man Ho yang sedari tadi begitu gugup antara senang dan kuatir.Tapi, melihat Tuan Besarnya membuka mata, perasaan itu hilang berganti sukacita .
" Tuan Besar, apa Anda bisa mendengar saya," tanya Emy setelah ia memeriksa mata Tuan Besar dan dadanya .
" Ah , iya . . Anda . . dokter . . yang . . menolong . .saya?" tanya Tuan Besar. Nafasnya masih berat untuk berbicara .
Emy tersenyum dan menjawab Tuan Besar dengan lembut, " Yang menolong Anda adalah asisten Anda yang baik ini, saya hanya membantu saja disini . . "
Mata Tuan Besar berbinar saat melihat Emy .
Selang 2 hari kemudian, Emy kembali melihat hasil tes darah dan rontgen Tuan Besar kembali, yang membuatnya mengerutkan alisnya dan segera beranjak menuju ruangan Tuan Besar .
Emy memberi salam dan tersenyum pada Tuan Besar, saat dilihatnya Tuan Besar tengah duduk di tempat tidurnya,
" Selamat siang, Tuan Besar."
' Cantik sekali gadis ini, senyumnya luar biasa dan suaranya pun lembut . . hmm . . aku harus jadikan dia cucu menantuku . . . he he he. '
Lamunan Tuan Besar membuyar saat Emy mengguncang sedikit tangannya .
" Oh . . .ah . . .ya, dokter?"
Emy hanya menggeleng dan tersenyum, " Sepertinya Anda sudah membaik. Tapi, Anda harus dirawat beberapa hari disini. Dan, mengenai penyakit Anda . . .apakah Anda bersedia melakukan kemoterapi?" dengan hati-hati Emy bertanya pada Tuan Besar .
Ia tak ingin pasiennya tersebut syok atau langsung menolaknya melakukan pengobatan.Karena banyak penderita kanker menolak untuk melakukan kemoterapi karena efek samping yang di akibatkannya .
" Kemoterapi? He he he . . .dokter, saya sudah cukup baik dengan keadaan saya saat ini. Sewaktu diKorea saya sudah melakukan radiasi dan PCI (jenis radiologi untuk menghambat penyebaran sel kanker). Jadi, saya rasa sudah cukup. Saya lelah, dokter . . .Eh, dokter ini siapa namanya? Apa Anda dokter magan?"
" Saya dokter Emy Sie, Tuan Besar," jawab Emy lembut .
" Oh . .benarkah? Anda dokter Emy? Berapa umur Anda? Kenapa masih seperti anak sekolah?" tanya Tuan Besar antusias dan senyum yang terus merekah di tersemat di antara pipi keriputnya .
" Ha ha ha . . .iya, Tuan Besar. Saya, dokter Emy Sie .Saat ini, umur saya 20 tahun," jawab Emy .
Tuan Besar dan pak Man Ho mengangakan mulutnya tak percaya .Bagaimana mungkin,seorang dengan umur begitu muda sudah memiliki nama yang begitu besar di dunia kedokteran .
Selama ini mereka berdua memang tahu jika dokter Emy yang terkenal itu masih muda.Tapi, mereka tidak tahu pasti, berapa umur dokter Emy. Karena dokter ini sangat low profile. Bahkan, jika dicari di situs pencarian, hanya akan muncul nama, gelar, pendidikan, beberapa prestasinya dan tempat praktek.Foto dan tanggal lahir tidak pernah tertera. Itu sebabnya Tuan Besar begitu terheran-heran dengan Emy .
" Ha ha ha . .Tuan Besar dan pak Man ho . .awas ada lalat masuk, Tuan, Pak," gelak si perawat.Emy hanya diam dan tersenyum lebar melihat keduanya .
" Dokter Emy ini sudah profesor Tuan Besar. Dia juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Chicago. Beliau ini, lulusan terbaik dan termuda Fakultas Kedokteran Universitas Harvard."
Tak pelak penjelasan perawat itu menambah lebar mulut kedua orang tersebut .
" Oh . .Tuan . .Pak Man Ho . .awas itu liurnya sudah mau menetes," goda perawat bertubuh gembul dan ber ras hitam itu.
Karena godaan itu, Tuan Besar dan pak Man Ho salah tingkah dan wajah mereka memerah. Emy hanya bisa menahan tawanya melihat mereka .
" Ah, sudah . . sudah. Tuan Besar, mengenai penyakit Anda, saat ini solusi terakhir adalah kemoterapi. Perawatan Anda diKorea kemarin . .mohon maaf sepertinya tidak berhasil, Tuan . . dan sel kanker . .sudah menyebar ke 90% paru-paru Anda. Emy terpaksa menjelaskannya dengan detil. Pak Man Ho tampak kaget, namun Tuan Besar hanya mengangguk tenang .
" Dokter, terima kasih banyak atas keterangannya. Tapi, saya tidak ingin kemoterapi. Saya ingin menjalani sisa hidup saya dengan tenang, " jawab Tuan Besar .
" Tuan Besar, memang dengan kemoterapi ada beberapa efek samping, tapi setidaknya akan membantu kesembuhan anda juga . ."
"Tuan Besar, saya melihat kalau anda masih memiliki badan yang bugar selain dari paru-paru Anda, saya yakin, Anda pasti mampu melaluinya . . ." bujuk Emy, tak lepas mata indah Emy memandang penuh harap kearah Tuan Besar
Tuan Besar hanya tersenyum dan berkata,
" Apakah anda mau berjanji sesuatu pada saya jika saya bersedia melakukan kemoterapi?" pandangan simpati Emy berubah menjadi bingung. Tuan Besar hanya tersenyum dan melanjutkan memakan buburnya .
" Berjanji apa, Tuan Besar? Jika saya bisa dan tidak melanggar hukum, saya pasti berjanji pada Anda," jawab Emy dengan pasti .
" Tidak, ini tidak melanggar hukum sama sekali. Bagaimana, apa Anda mau berjanji? jika Anda berjanji pada saya, maka saya akan melakukan kemoterapi,"
Mendengar itu Emy dan perawat juga bingung, tapi Emy juga ingin menolong Tuan Besar untuk sembuh atau setidaknya, memperpanjang sedikit waktunya yang tersisa di dunia ini .
Akhirnya dengan mantap Emy menjawab, " Baik! Saya berjanji pada Anda! "
"Ha ha ha ha . . . baik . . . saya tahu dokter begitu peduli dengan pasien - pasien dokter . . ha ha ha . . Ok, deal?" Tuan Besar tersenyum mengulurkan tangannya dan mengangkat satu alisnya .
"Deal!"
Emy menyambut uluran tangan Tuan Besar dengan yakin .Dia yakin kalau Tuan Besar tidak akan membuatnya melakukan sesuatu yang ilegal .
Perawat gembul bernama Rita dan pak Man Ho hanya bisa terdiam, melihat percakapan kedua orang itu .
" . . Janji apa itu Tuan Besar? "
" Bisakah kita bicara secara pribadi?" tanya Tuan Besar dan melirik kearah perawat Rita. Perawat Rita melihat kearah Emy dan Emy menganggukan kepalanya, mengijinkan-nya meninggalkan ruangan
Sepeninggal perawat Rita, Emy melihat kearah Tuan Besar meminta penjelasan,
" Baiklah, dokter Emy. Bisakah saya bicara informal dengan Anda? " tanya Tuan Besar.
Emy hanya tersenyum dan mengangguk .
" Emy . . Kakek ingin kau berjanji untuk menikahi cucuku, Kim Tae Sang," ucap Tuan Besar penuh dengan keseriusan terlontar .
" Hah?? Me - menikah, Tuan Besar?" Emy begitu kaget dengan permintaan Tuan Besar .
***
notes: entah kenapa sudah bener nyusunnya, di upload kok berantakan tulisannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Tri Widayanti
menarikk
2020-12-30
0
iin lestari
awal y asik sepertinya
2020-09-06
0
Mayora 🌹
Jangan lupa untuk mampir 😁
2020-08-19
0