L'amour memiliki 3 cabang besar di New York, Milan dan Singapura. Sedang untuk butik besar ada di Boston, New York, Paris, Milan, Shanghai, Seoul, Singapura, Bangkok, New Delhi dan Jakarta.
Sungguh pencapaian yang luar biasa, hanya dalam 4 tahun.
Tapi kini, apakah semua kejayaan itu masih tetap akan ada? Adanya tuduhan plagiat, masalah defisit, berpindahnya beberapa supervisor handal ke pesaing L'amour, belum lagi harus membayar kompensasi ke pihak De Ma Vie jika terbukti bersalah.
Sungguh, sepertinya L'amour tak akan bertahan. Kali ini Marie hanya bisa menyerahkan semua ke Emy dan divisi legal L'amour.
Seoul
Setelah menerima telepon dari Marie, Emy tak bisa menggambarkan bagaimana semuanya ini bisa terjadi. Air mata menetes membasahi kedua pipi mulusnya.
Bukan menangis karena usaha yang ia rintis sejak remaja akan berakhir begitu saja, tapi bagaimana nasib anak-anak dalam panti asuhan kesayangannya, dan juga orang-orang tua dan terlantar yang tinggal di rumah singgah?
Mengingat itu, air mata Emy semakin deras mengalir seakan tak bisa berhenti. Entah berapa lama Emy terduduk di lantai, didepan ranjang periksa di kantornya.
Langit mulai gelap, cahaya matahari telah berganti dengan lampu-lampu, yang membuat malam tampak begitu cantik menerangi setiap sudut kota ini.
"Ah, hmmm ... oh, Tuhan. Apa aku tertidur tadi?" Emy terbangun, setelah tadi dia tertidur karena lelah menangis.
Ia berdiri dan berjalan untuk menyalakan lampu ruangannya.
" Ya, Tuhan aku tertidur 3 jam. Sekarang sebaiknya aku pulang ke villa. Jika nona itu masih ada, berarti aku harus kerumah eomma," gumamnya.
Emy mencuci wajahnya yang sembab dan penuh air mata yang telah kering, dan mengelapnya kering dengan handuk kecil.
Dipakainya sedikit bedak agar tak terlalu pucat dan terlihat cerah. Dibereskannya semua berkas-berkas dimejanya, mengambil ponsel dan tasnya, lalu beranjak pergi.
Disebuah kantor didalam sebuah gedung pencakar langit, tampak seorang lelaki gagah dengan rahang tegas dan wajah yang tampan, masih berkutat dengan laptop dan map ditangannya. Sesekali ia melihat penunjuk waktu ditangannya.
" Sudah waktunya," gumamnya.
Ia mengambil benda pipih yang dibelinya dengan harga fantastis dan memencet nomor disana.
" Hyuk, siapkan mobilku, sekarang!" perintahnya dan langsung menutup panggilan.
Dengan langkah besar Tae Sang berjalan keluar kantornya dan menuju lift. Selang beberapa menit, ia sudah ada di parkiran khusus untuknya. Disana, Byun Hyuk sudah menunggu dan membuka pintu mobil.
" Aku yang akan menyetir. Kau pulanglah!" Perintahnya lagi pada Byun Hyuk, lalu meminta kunci mobil pada asisten yang setia padanya itu.
Byun Hyuk mengangguk lalu menunduk hormat. Setelah mobil mewah itu menjauh, Byun Hyuk berlari kembali ke Lobby dan memesan taxi.
Setelah menjemput Helena, Tae Sang langsung membawa kekasihnya itu ke sebuah restaurant mahal di lantai 52 Cooex Trade Center, yang bernama Marco Polo. Restaurant dengan view sungai Han. Sungguh romantis.
Berbanding terbalik dengan Helena yang mendapatkan perlakuan romantis, Emy saat ini duduk dalam balutan dinginnya hawa musim dingin, didepan gerbang villa Tae Sang.
Sudah 1 jam ia menunggu disana. Emy ingin kembali kerumahnya sendiri, tapi laptop yang ia butuhkan ada didalam kamarnya di Villa Tae Sang.
Lelah menunggu hingga 2 jam lebih, Emy memutuskan akan kembali esok hari. Emy memanggil taksi dan pulang dengan sedih.
Dirumah, Emy langsung berkutat dengan ponselnya dan mencari informasi tentang L'amour.
Betapa kagetnya ketika ia menemukan artikel dan berita yang menghancurkan nama L'amour. Ia tak habis pikir dengan berita yang tiba-tiba ini.
Plagiat dan defisit, bagaimana mungkin? Dia selalu mengecek setiap laporan keuangan yang masuk ke e-mailnya dan ia sudah teliti dengan baik, tak ada masalah disana.
Jadi, mengapa sekarang terjadi defisit hingga tak bisa membayar gaji para karyawan selama 2 bulan? Emy mengecek setiap E-mail yang ia dapat, dan tetap tak ada masalah didalamnya. tapi apa mungkin Marie mengkhianatinya?
Aarghhh ... Emy tak ingin berlarut-larut disana. Ia harus mencari pekerjaan, untuk bisa menebus tanah panti asuhan dan rumah singgah secepatnya.
Sebetulnya cara cepat adalah hacking tapi dia sudah berjanji pada Keanan untuk tak menggunakan ilmu hackingnya sebagai mata pencaharian karena itu ilegal.
Keanan juga tak mengijinkan keahliannya itu untuk menyerang pemerintah atau membocorkan informasi penting milik pemerintah dan institusi penting lainnya.
adi, sekarang Emy terpaksa harus mencari uang dengan keahliannya yang lain.
Hari berganti hari, kini seminggu sudah Emy bekerja di 2 tempat sekaligus. Seminggu yang lalu ia mendapat pekerjaan di perusahaan ibu Hannah sebagai programer.
Emy diijinkan Hannah untuk mengerjakannya dirumah. Awalnya, Hannah mau membantu memberi Emy uang, dia tak mau membuat Emy terlalu lelah.
Tapi, Emy memaksa dan mengancam akan mencari pekerjaan ditempat lain jika tak diijinkan bekerja untuk mendapatkan uang. Jadi, Hannah terpaksa mengijinkannya.
Hari-hari, Emy seakan tak memiliki waktu untuk beristirahat. Pagi ia harus bekerja di Rumah Sakit, dan malam harus bergelut dengan komputer, serta mencari cara agar Helena mau kembali pada Tae Sang.
Flashback on
Seminggu yang lalu, setelah tak mendapat pintu di Villa Tae Sang, ia kembali kerumahnya. Esoknya, sebelum ke rumah sakit, ia pergi pagi-pagi sekali ke Villa Tae Sang.
Disana, yang membukakan pintu adalah Helena karena pagi itu dia haus dan ingin minum.
Ketika Emy kembali dari kamar sambil membawa laptop kesayangannya, Helena yang juga kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi gelas dan teko kristal yang baru dia beli Swiss saat berlibur dengan Tae Sang 2 minggu lalu. Keduanya berpapasan didepan tangga, dan...
pyarrrr....
Awww...
Emy terkaget dan segera menolong Helena yang kakinya terkena pecahan beling.
Saat Emy membantu Helena, tiba-tiba Helena terjatuh kembali ke lantai yang penuh pecahan kaca. Disaat yang sama Tae Sang datang, dan begitu marah melihat darah di kaki jenjang kekasihnya itu.
plak...
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Emy yang putih dan halus, hingga membuat dengungan di telinga Emy.
Seketika, warna merah bergambar tangan tercetak disana. Emy melihat Tae Sang tak percaya. Cairan bening mulai turun menetes dan membuat bekas tamparan itu terasa perih.
Setelah menggendong Helena, Tae Sang menatap tajam Emy seperti singa hendak menerkam dan mendekatkan wajah mengerikannya pada Emy.
" Kau memang mengerikan!" Kata Tae Sang lalu menggendong Helena ke kamarnya.
" Sayang, jangan marah ya. Aku sungguh tidak apa-apa ..." lirih Helen.
Tak ada jawaban, yang ada hanya Tae Sang sibuk membersihkan luka dan mengobati kaki Helena dengan hati hati.
tok...tok...tok...
ceklek...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Dian Novita
salah paham
2020-09-26
0