Bincang-bincang diantara ketiganya berlangsung hingga larut. Canda tawa mengiringi obrolan mereka. Mahendra pamit pulang saat waktu menunjuk pukul 12 malam.
Emy dan Hannah memutuskan untuk mengakhiri obrolan mereka juga dan beristirahat.
Esoknya, Emy dan Hannah pergi bersenang-senang dengan berburu makanan jalanan alias street food, seperti masa kecil mereka dulu.
Emy dan Hannah walau hanya sebentar saja bersama di SD Seoul Internasional, tapi mereka sudah seperti saudara kandung. Suka duka mereka bagi bersama.
Mereka begitu bahagia hanya dengan hal-hal kecil, seperti makan jajanan di gerobak-gerobak itu. Emy menyadari, saat bersama Hannah lah, ia bisa-benar benar merasa bahagia dan bisa melupakan segala beban hidupnya.
Selama ini, dia selalu menggunakan senyum sebagai tameng, agar tak seorangpun melihat betapa rapuh dan pahitnya kehidupan yang harus ia jalani.
Tapi, bersama Hannah senyuman yang tulus dari dalam hati benar-benar tampak diwajahnya. Namun begitulah, pasti ada ketenangan sebelum badai itu datang.
Emy sudah kembali bekerja seperti biasa walaupun masih dibatasi, karena dr.Lee Kyong selalu datang dan mengontrol pekerjaan Emy, yang sebenarnya adalah atasannya di RS itu.
Tapi, dr.Lee Kyong ingat kondisi Emy. Ia tak ingin Emy sakit seperti minggu lalu.
" Dokter Lee Kyong ... maaf, tapi Nona Seo adalah pasien saya, dan saya juga yang mengharuskan dia operasi malam ini .. .jadi .."
" Jadi saya yang akan mengambil alih tugas itu Prof. Sie. Karena Anda tidak boleh terlalu lelah. Hari ini Anda sudah melakukan konsul dengan 30 orang pasien dan visite. Kemudian sudah melakukan tindakan operasi 2 kali.
Jadi, SAYA SEBAGAI DOKTER PRIBADI ANDA, MELARANG ANDA UNTUK TERLALU MEMFORSIR TENAGA ANDA. MENGERTI?!" ujar dr.Lee Kyong sambil menekankan kata-katanya yang terakhir.
Emy begitu kesal mendengar larangan sahabat sekaligus dokternya itu. Dia merasa masih mampu untuk mengoperasi 2-3 orang lagi. Toh, operasinya hanya kisaran 1 atau 2 jam saja.
" Aarrghhh!! Baiklah DOKTER CEREWET!" ucap Emy kesal dan berlalu ke kantornya.
Dokter Lee Kyong senang, karena Emy mau menuruti kata-katanya. Ya walaupun membuat rekan juniornya menjadikesal.
Setelah melihat Emy pergi, dr.Lee bersiap-siap untuk ke ruang operasi menggantikan Emy.
Boston, Massachussets, USA
Ruangan luas bercat putih dengan lampu hias berwarna gold, dan jendela-jendela kaca besar terlihat begitu nyaman dan damai seperti makna dari warna putih.
Namun, tidak dengan manusia-manusia didalamnya. Semua tampak sibuk melihat layar komputer mereka.
Tak terkecuali didalam ruangan tersendiri. Dimana, banyak rak file yang tertata rapi dibelakang sebuah kursi besar berwarna putih, dan seorang wanita berambut pirang duduk memakai kemeja putih bergaris-garis biru.
Dengan jeli, ia memperhatikan yang ada dilayar monitor berlogo apel tak utuh itu. Sesekali ia harus mengerutkan kening atau menyatukan alis, bahkan mengurut pangkal hidungnya.
Marie, begitu wanita itu biasa disapa. Ia adalah CEO L'amour Home of Fashion di kantor pusat Boston.
Sebelumnya, memang kantor awal L'amour terletak di Cambridgeside tergabung dengan mini butiknya. Namun, setelah berkembangnya brand clothing ini di industri fashion, maka L'amour memindahkan kantornya ke Boston.
" Diana, ke ruangan saya sekarang!" titah Marie pada asistennya lewat interkom.
tok...tok...tok...
"Masuk!" seru Marie tanpa mengalihkan pandangannya pada monitor.
" Ya, bu?"
" Bagaimana? Apakah sudah ada kabar dari tim pengacara?"
" Mereka masih mencari bukti-bukti, bu. Tapi bu, saya rasa kita harus mengkonfirmasi semua tuduhan dengan designernya supaya bisa dikroscek."
Mata Marie berubah tajam mendengar perkataan sekretarisnya itu.
"Apa kau mau mendikteku sekarang?" bentaknya.
" Maaf bu, saya hanya merasa itu cara paling cepat dan efisien. Jika menggunakan file dan data kita saja, maka ..."
" Cukup! Keluar sekarang!"
" Baik, bu"
Marie mendesah panjang. Setelah sekian lama memegang L'amour, baru kali ini ia mendapat tuntutan, yang membuat reputasi apik perusahaan yang ia jalankan memburuk.
Jika terus-terusan, maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan karena beratnya dampak yang dihasilkan dari tuntutan ini.
kriiiinggg...kriiingg....
" hallo, dengan Marie disini," sahut Marie
" ......."
" Apa?"
"......."
" Bagaimana dengan profit bulan lalu?"
"......"
" Baiklah .. .aku akan lakukan sesuatu."
"........"
" Emy sedang di Korea ... dia harus bekerja disana selama 2 tahun."
"......."
" Baiklah, aku akan menguhubunginya."
"......"
" Oke, bye"
Marie memijit pelipisnya, kepalanya terasa pusing.
Tak lama...
kriiingg....kriiiiingg...
" Hallo, dengan Marie disini," sapa Marie
"........."
" Hah? Digusur?"
".........."
" Bukankah kontraknya masih ada 2 tahun lagi?"
"........."
" Baiklah, aku akan menghubungi Emy."
"....."
" Oke, bye."
Belum ada setengah jam, 2 telepon membawa kabar buruk. Marie menyambar air mineral diatas mejanya dan menegaknya habis.
Ia berpikir, bagaimana cara memberitahukan semuanya pada Emy. Apa yang akan dilakukan gadis kecil itu mendengar kabar ini. Tapi ia harus melakukannya.
Keadaan sudah bertambah parah. Dari perhitungannya, L'amour hanya bisa bertahan paling lama 3-4 bulan sebelum benar-benar kolaps.
Profit perusahaan semakin lama semakin menurun, sejak adanya tuntutan dari pihak La Mode de Ma Vie.
Dengan ragu Marie meraih ponsel mahalnya di meja. Ia mencari kontak yang akan dia hubungi. Dan..
" Hallo, Marie...hai..."
Terdengar suara dari seberang telepon
" Hai nona cantik, apa kabarmu disana?"
" Ah, aku baik aja. Bagaimana dengan calon keponakanku? "
" Oh, dia baik-baik saja didalam sana. Hahaha .. .mmm ... Emy ..."
" Ya, Marie. Ada apa? Apa ada masalah?"
" Emy, aku ... ada kabar buruk tentang perusahaan kita. Dan..."
" Ada apa, Marie? Katakan saja..."
" Emy, kita mendapat tuntuan plagiat dari de Ma Vie dan juga ..."
Hening
" Dan juga apa, Marie? "
" Panti asuhanmu di China akan ditutup, karena lahan panti asuhan akan dibangun perumahan Elit ... lalu ... rumah singgah di Alabama akan digusur dalam 3 bulan, karena akan dibangun mall. Tapi kompensasinya tidak sebanding dengan harga tanah sebenarnya. Bagaimana ini Emy, apa yang harus kita lakukan?"
"........."
"Emy ... Emy ... apa kau mendengarku? Emy ...."
" I-iya Marie, aku ... aku dengar. Terima kasih infonya Marie. Aku ... aku akan pikirkan jalan keluarnya, ya. Tolong beri aku waktu ... aku ... aku ... hiks ... hiks ..."
" Emy ... Emy ... tolong jangan menangis, aku ... aku bantu sebisaku. Tapi, kau tahu batasanku Emy .... Emy..."
" I-iya. Makasih Marie. Aku ... tutup dulu, ya teleponnya, bye"
tut tut tut
Layar ponsel Marie kembali menghitam. Ia menarik nafas panjang dan menghempaskan dirinya di sofa yang ada didepan meja kerjanya.
Ia sudah bekerja selama 6 tahun untuk perusahaan ini, yaitu dari awal berdirinya L'amour hingga menjadi brand mendunia dalam 4 tahun terakhir, dan memiliki 3 cabang besar serta butik di 10 kota di beberapa negara dengan profit yang luar biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments