tok tok...
" Masuk!"
Emy sedang merapikan berkas berkasnya ketika suara ketokan pintu terdengar.
" Emy!" seorang laki -laki muda masuk keruangan Emy dan meninggikan suaranya memanggil Emy,
yang seakan tak mempedulikannya setelah sejenak Emy melihatnya dan kembali dengan aktifitasnya.
" Oh, my God. Jangan teriak! Aku tidak tuli!" jawab Emy kesal.
" Are you sure, you gonna do that? I mean, marry that old man grandson?! " lanjut laki-laki itu dan hanya acuh
akan nada kesal Emy akibat suara baritone nya yang keras.
" Yeah ... " jawab Emy singkat.
" Aarrghhh ... " Laki-laki itu meremas rambut di kepalanya, lalu memejamkan matanya sembari mengeluarkan
nafasnya dari mulut dengan kasar.
" Sooo ... kamu bakal menikah dengan cucu orang itu, yang bahkan kamu belum lihat dan kenal orangnya?? EMY!!!...ARE YOU CRAZY?!! "
" Mike, don't worry. Aku hanya akan menikahinya diatas kertas saja, bukan menikah sebenarnya. Kau tahu, aku
juga belum siap untuk itu." Jawab Emy dengan tenang.
Emy tahu Mike sangat mengkhawatirkannya. Mike selalu mencintainya seperti adiknya sendiri. Bahkan istri
Mike pun juga begitu mencintai Emy. Sepasang suami istri inilah yang dulu membuatnya bangkit dari
keterpurukan setelah kematian ayah angkatnya yang tiba-tiba itu dan berbagai peristiwa kelam yang
dialami Emy dulu.
" I DON'T CARE! YOU ARE NOT GOING TO KOREA AND DO THOSE SILLY THING!!! " Seru Mike geram.
" Mike! Pelankan suaramu! Ini rumah sakit! "
" Aku tidak mau tahu Emy, aku dan Marie tidak akan pernah mengizinkanmu pergi melakukan hal bodoh itu!"
" Mike, kau tahu aku sangat mencintai pekerjaanku dan pasien - pasienku. Aku akan lakukan sebisaku
untuk kesembuhan mereka dan membuat mereka kembali tersenyum. Jadi, tolonglah Mike ... Tolong ... "
" Cukup, Emy. Cukup. Aku dan Marie tidak akan mengizinkanmu. Itu adalah hal konyol! Dan itu bukan
tanggung jawabmu! Kalau masalah pengobatan, oke, kamu ke Korea. Tapi, kalau ke sana untuk menikah
hanya demi janji konyolmu, supaya orang tua itu bersedia kemoterapi, AKU DAN MARIE TIDAK AKAN
MENGIZINKANMU! Titik. " Mike membalikkan badannya dan melangkah pergi, membuka dan menutup pintu
ruangan Emy dengan kasar.
Emy hanya bisa terdiam dan menghela nafas. Dilema yang tak tahu bagaimana ia dapat mengatasinya. Di satu sisi,ia ingin pasiennya tersenyum dan melewati sisa hidupnya dengan memenuhi harapan terakhirnya serta bersedia melakukan kemoterapi, tapi disatu sisi ia tak ingin menyakiti hati kedua kakak angkatnya yang begitu mencintainya.
" Man Ho, bagaimana keadaan rumah? Apa Tae Sang sudah pulang? " Tuan Besar tampak kembali cerah setelah tinggal seminggu di Rumah Sakit Memorial Chicago ini. Tampaknya, pilihan Man Ho tak salah tentang rumah sakit ini.
"Ah, Tuan Muda sudah kembali, Tuan Besar. Dan sekarang, sedang mengurus proyek perumahan di Jeju,"
jawab Man Ho tak kalah cerianya.
Mereka berdua tampak senang, karena untuk Tuan Besar, akhirnya ia dapat mencarikan pendamping untuk
cucu satu-satunya itu.
Jadi, jika ia harus pergi menghadap Sang Khalik nanti, cucunya itu tidak akan sendirian. Sedang untuk pak Man Ho,
ia senang karena Tuan Besar bersedia kemoterapi, walaupun dia juga merasa kasihan dengan dokter Emy karena
harus menikah dengan orang yang tak dikenalnya, bahkan Tae Sang adalah seperti bongkahan es yang tak pernah tersenyum dan sangat kaku.
" Man Ho ... Apa nanti nya Tae Sang akan menerima Emy, ya?" Tanya Tuan Besar, ia kuatir dengan cucunya itu.
" Tae Sang sangat keras kepala dan ..." Dahi keriput itu kembali berkerut, hembusan nafas panjang Tuan Besar pun terdengar di telinga Man Ho dengan sangat jelas.
" Tuan Besar, dokter Emy sangat cantik dan baik. Saya yakin Tuan Muda akan menyukainya," jawab pak Man Ho
sembari membayangkan Tuan Mudanya menggandeng mesra dokter Emy yang membuat pak Man Ho tersenyum
sendiri.
Tuan Besar tertegun melihat pak Man Ho tersenyum sendiri dan akhirnya ikut tersenyum pula.
" Dokter Emy ... dokter! " seorang perawat berlari kecil ke arah Emy dan memanggilnya.
Emy yang sedang berjalan dan membaca report yg ada ditangannya pun berhenti dan mencari asal suara yang
memanggilnya.
"Ah, Rita. Ada apa?" tanya Emy
" Ehmm, apa kau sungguh akan pergi ke Korea?" bisik Rita.
Emy membelalakan matanya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu bertanya dengan berbisik di kuping perawat
Rita,
" Kau dengar dari mana, Rita? " kembali Emy melihat ke kanan kiri.
" Ha ha ha ... Emy ... kau tahu, 'kan, apa julukanku? 'Detektif Rita' jadi, aku tahu segalanya. He he he ..." Jawab Rita bangga dan menepuk dadanya sendiri.
" Jadi, benar kau mau pindah ke Rumah Sakit Seoul University?" bisik Rita lagi.
" Hehh ... iyaa. Aku akan pindah, tapi Mike dan Marie marah besar. Mereka tidak memberiku izin." Jawab Emy
tertunduk lesu dan tak lagi membaca report yang ada di tangannya.
" Emy, Aku tahu kau ingin pasienmu sembuh, dan kau mau lakukan apapun supaya mereka bersedia diobati.
Tapi, kamu juga harus memikirkan dirimu sendiri. Seoul itu berbeda sama Chicago. Disini, biarpun usiamu
masih kecil, asal kamu benar-benar bisa, kami pasti terima dengan tangan terbuka. Tapi, kalau orang asia,
mereka lihat ke-senioritas pada lamanya kamu bekerja dan usia. Walaupun kau pintar, kamu tidak akan dianggap di
sana," terang Rita panjang lebar.
" Eh, Rita. Kok ... kamu tahu soal itu? Emang kamu pernah ke sana?" tanya Emy penasaran.
" He he he ... dulu, anak tetangga ku kerja di sana, di perusahaan software. Dia anaknya pintar dan dapat gelar S2 padahal dia masih umur 22 tahun di bidang IT. Karena mamanya orang Korea, jadi dia ingin melihat
negara mamanya sambil kerja disana. Dia diterima jadi pegawai magang, tapi orang di sana tidak ada yang mau
memberi tugas sesuai keahliannya. Malah, mereka tidak percaya sama dia. Akhirnya, dia jadi stress dan balik ke
sini lagi."
" Oh, ya? Terus sekarang di mana dia kerja? "
" Kalau tidak salah, di Google ... eh, Emy lebih baik kamu pikirkan lagi, ya. Mike sama Marie benar, kamu jangan
ke sana," saran Rita sambil memegang lengan Emy dan melihat lurus ke mata Emy sebagai pertanda dia serius
dengan semua yang dikatakannya.
" Rita ... nasib semua orang itu berbeda. Aku ke sana, karena aku mau Tuan Kim bersedia kemoterapi dan pulih.
Aku kerja di Rumah Sakit Universitas Seoul juga belum pasti. Karena, aku juga sedang menunggu info Tuan Kim.
Dia yang akan mengatur semuanya." Emy menjawab Rita dengan lembut agar Rita tenang dan tidak khawatir
tentangnya lagi.
Drrtt ... drrt..
" Ah, Rita. Aku harus ke IGD, dah ..." dengan lambaian tangan Emy berlari meninggalkan Rita yang berdecak
kecewa, karena Emy tak mau membatalkan kepergiannya.
Rita sudah dekat dengan Emy dan menyukai Emy, walau awalnya dia sangat membenci Emy karena iri dengan apayang Emy miliki, yakni otak, wajah dan body. Tapi, kebaikan dan tanggung jawab yang diperlihatkan Emy membuat Rita kagum dan akhirnya berbalik menjadi menyukai Emy.
Setelah menangani Operasi darurat selama 6 jam, akhirnya Emy bisa beristirahat dan menikmati makan siangnya. Oopss bukan ... makan sore ... begitulah dokter di rumah sakit ini.
Mereka hanya bisa makan dengan mencuri - curi waktu yang ada, karena tak bisa ditebak kapan pasien akan
berhenti datang dan membutuhkan mereka.
Kode biru selalu saja muncul disetiap jam yang tak pasti. Tak ayal, banyak dokter di tempat ini yang tak betah berlama-lama untuk praktek bekerja di sini. Tapi, Emy justru memilih bekerja disini setelah selesai menempuh
masa residensi-nya di Harvard University Hospital.
Emy suka tantangan dan dia juga suka bekerja dalam tekanan, karena dapat memacu kinerja otaknya dengan
cepat dan menambah kecekatan tangannya bekerja.
triiing ... triiing..
" Hallo, iya, Pak Man Ho ... ah, iya. Saya akan ke sana 5 menit lagi. Iya, baik. Terima kasih." Emy mempercepatnya
makannya dan berlari mengembalikan nampan makannya ke counter, lalu berlari kecil dan menyambar botol
minuman yang tersedia didekat pintu keluar.
Emy berdiri dan menunggu didepan lift setelah ia memencet tombol naik.
ding...
Pintu lift terbuka dan Emy segera masuk. Ia bertemu Mike didalam Lift. Emy menekan tombol 12 di mana ruang
VIP berada.
" Kau sudah makan?" tanya Mike
" Hmm..." Emy menoleh ke arah Mike dan mengangguk.
" Apa kau mau bertemu orang tua itu?" Mike melihat Emy dengan kedua alisnya yang menyatu.
" Hmm ..."
" Katakan pada orang tua itu, kalau kamu tidak jadi ke Seoul, oke? " perintah Mike.
" Mike ... kita bicarakan ini nanti ya, Oke? " pinta Emy.
" Fine! " Mike beranjak keluar dengan geram dari lift saat pintu lift terbuka tanpa menyadari jika itu bukanlah
lantai yang ia tuju.
Emy yang melihat itu heran dan berpikir, ' kenapa Mike kesana? itu 'kan ... Departemen Bersalin. '
Tak lama, Emy terpingkal menyadari kesalahan Mike hingga mengeluarkan air mata di sudut mata nya.
Emy telah berada di depan ruang VIP tempat Tuan Besar dirawat.
tok ... tok ...
" Permisi, Tuan Besar. Bagaimana keadaan Anda hari ini? " sapa Emy, tak lupa senyum menawan ikut menghias
wajah cantiknya.
" Oh, ha ha ha ... hei! Kau lupa ya, panggil aku Kakek dan pakai bahasa informal saja ya, he he he ... kau 'kan
calon cucu menantuku..." Sahut kakek Kim, ia begitu senang setiap kali melihat Emy.
" Ah, iya maaf, Kakek. Emy lupa ... hehehe ... " Emy menjawab Kakek Kim dengan sungkan.
" Emy ... Kakek sudah atur supaya kamu kerja di Rumah Sakit Emerald di Seoul, jadi nantinya kamu bisa terus
merawatku. Kalau soal tinggal, kamu bisa tinggal di tempat Tae Yang setelah kamu dan Tae Yang menikah. Tapi,
sebelumnya kamu tinggal dengan Kakek, ya? Bagaimana?"
" Ehmm, Kakek. Begini ... bolehkah aku tinggal di rumah Mama angkatku sebelum menikah?"
" Mama angkatmu ada di Seoul juga? "
" Iya, Kek. Orang tua angkatku tinggal di Seoul. "
" Baiklah, kalau begitu, kita akan ke Seoul 1 minggu lagi. Bagaimana? "
Emy terkejut, dia tak menyangka akan secepat ini.
" Ah ... ah ... Kakek... aku belum mempersiapkan apapun, dan jadwal operasi juga masih sampai minggu depan.
Tidak mungkin aku limpahkan ke dokter lain, karena semuanya di sini sangat sibuk. Jadwal mereka juga sama
padatnya seperti Emy. Lagi pula, Emy juga harus tunggu pengganti Emy, Kek. "
Kakek Kim terdiam dan tampak berpikir.
" Kapan penggantimu datang? Kalau terlalu lama, bagaimana dengan kemoterapi? Karena, aku hanya akan
kemoterapi setelah melihat kau menikah." Ancam kakek dengan nada tenang dan datar.
Emy begitu bingung dan menatap Kakek Kim dengan sayu. Ia tak ingin menunda terapi kakek Kim karena
akan sangat berbahaya. Tapi, dia juga tak bisa meninggalkan pasien - pasien lainnya.
" Baiklah, kek. Aku akan telepon calon penggantiku supaya cepat datang." jawab Emy dengan senyum yang
sedikit dipaksakan.
" Hmm, oke. Sekarang, pergilah. Kakek tunggu ya," setelah mengatakan itu, kakek Kim berbaring dan memejamkan
matanya seolah -olah tak pernah mengancam Emy dengan kesehatannya.
Kadang, Kakek Kim juga tak habis pikir, kenapa Emy begitu berdedikasi terhadap pekerjaannya ini. Tapi, itu sangat
menguntungkannya, jadi kakek Kim tidak lagi mau ambil pusing.
Sebenarnya, Kakek Kim pernah mendengar dari salah satu koleganya, bahwa dokter Emy sangat memegang teguh janji yang sudah diucapkannya, jika dokter Emy sudah berjanji, ia pasti akan menepatinya.
Itu adalah kelemahan dan keunggulan dokter Emy. Tapi, karena itulah kakek Kim dapat memperoleh calon cucu
mantu.
Saat ini, Emy kembali disibukkan dengan pasien - pasien emerjensi hingga tak terasa jam sudah menunjukkan
pukul 9 malam, di mana waktu kerja nya telah usai. Emy sangat rindu kasur dan bantalnya yang empuk di apartemennya.
Sudah 3 hari ini dia belum pulang dan beristirahat dengan benar. Kali ini, ia ingin segera sampai di rumah, berendam dan menikmati kenyamanan kasurnya. Emy hanya tersenyum membayangkannya.
Keseharian Emy dijalaninya dengan kesederhanaan. Walau sebenarnya, jika Emy mau, dia dapat hidup
dengan mewah. Karena Emy juga seorang Designer Fashion terkenal dengan nama panggung Ease dengan
merk yang digandrungi mulai kelas menengah bawah hingga kelas atas, baik tua maupun muda yakni merk
"L'amour"
Tapi, tak banyak orang yang tahu tentang identitasnya yang kedua ini. Karena ia memilih untuk memperkerjakan
Marie sebagai CEO perusahaan fashionnya. Emy hanya akan memeriksa dan menandatangani setiap berkas
dan data keuangan setiap bulannya saat ia cuti.
Selain itu, Emy juga merupakan seorang hacker handal yang sering dicari pihak NASA ataupun Badan
Pertahanan agar bersedia bekerja dengan mereka. Tapi, untuk hancking, Emy hanya akan menggunakannya saat
ia membutuhkannya saja.
Emy bersedia membanting tulang dan bekerja dengan keras, karena ia juga harus
menafkahi orang tua kandung dan kakak kandungnya di Indonesia yang masih kuliah, tapi sudah memiliki
seorang anak, akibat pernah terjerumus seks bebas dengan kekasihnya, yang saat ini menjadi istrinya.
Selain itu, Emy juga harus menanggung biaya rawat ibu angkatnya yang sedang sakit di Seoul.
Tapi dari semua beban hidup itu, Emy bersyukur, karena dengan begitu, Emy dapat terpikir untuk mendirikan perusahaan dari hobi menggambar dan hacking. Dengan adanya 2 usaha pribadinya tersebut, bukan hanya
mencukupi kebutuhan pribadinya tetapi juga dapat membantu orang lain.
Sejak masa kecilnya dulu, orangtua kandung dan orang tua angkatnya mengajarkannya untuk senantiasa berbagi, hingga saat Emy kecil berumur 10 tahun, ia sudah memberanikan untuk berjualan hasil lukisannya dan membuat
software dan malware sederhana, untuk membantu 2 orang gelandangan dibawah jembatan yang dilihatnya saat
pulang sekolah sedang mengais makanan di tong sampah dan tampak kedinginan.
Emy menggunakan uang jajan dan hasil jualannya untuk membeli jaket dan selimut juga makanan untuk mereka.
Dan, hingga saat ini, Emy membiayai hidup 3 rumah singgah orang gelandangan dan eks tentara di negara adidaya
ini. Setiap rumah singgah terdiri dari 30 hingga 45 orang. Ia juga menanggung segala biaya hidup dan sekolah 2
panti asuhan yang ia dirikan di China, serta membiayai pendidikan untuk anak-anak di Indonesia Timur.
Sampai di apartemen bernuansa minimalis dengan dinding kaca disisi kanan yang menghadap ke kota, Emy
melempar tas ranselnya ke sofa dan berjalan menuju dapur untuk mengambil susu dan menegaknya.
Emy berjalan ke kamarnya dan membuka bajunya satu per satu lalu masuk ke kamar mandinya. Menyalakan air untuk mengisi bathtub-nya dan memberi minyak esensial lavender serta body foam kesukaannya.
Sementara menunggu bathtub terisi air sesuai keinginannya, Emy menyempatkan diri menggosok gigi dan mencuci mukanya lalu masuk ke dalam bathtub dan menggunakan masker Kiehl's Calendula.
" Ahh ... segarnya ... hmmm ... Seoul I'm coming!"
senyum indah kembali menghiasi wajah cantik dan manis seorang Emy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Sept September
like
2020-08-06
0
yulia ari
mampir lgi neh kk, feedback ya
2020-07-27
0
MyNameIs
interesting,,,
2020-07-11
0