Pipi putih nan halus itu basah oleh deraian air mata. Semua kenangan perjalanan hidupnya tergambar jelas di benaknya.
Emy selalu menyalahkan dirinya. Kata-kata "seandainya.." tak pernah lepas dari pikirannya.
Bahkan saat ia memejamkan mata, semua kenangan dan kejadian terpampang jelas bagai sebuah roll film yang terus berputar.
Dadanya terasa sesak, hingga tanpa sadar, Emy memukul-mukul dadanya sendiri dan sedikit membungkuk. Tak ada suara terdengar hanya suara isak dan tangis yang tertahan.
Wajah ayu dan cerianya kini berubah pucat tak berseri.
Hari semakin gelap tapi Emy masih tak bergeming dari tempatnya. Sekian lama pula sepasang mata memperhatikannya dari kejauhan.
Menatap sendu penuh kekhawatiran. Ingin rasanya dia berlari dan memeluk wanita yang merebut hatinya itu. Tapi ia tahu, ia harus menahan rasa itu.
Ia mengerti jika Emy masih menutup rapat pintu hatinya. Keanan tak akan bisa ia gantikan, laki-laki itu segala galanya untuk Emy yang rapuh.
Ia sadar, ia tak kan bisa menyaingi Keanan dalam kehidupan Emy. Yang bisa ia lakukan saat ini, hanya berdiri melihat sang pujaan hati dari kejauhan. Menahan segala rasa yang ia miliki.
Perlahan tapi pasti, ia berbalik dan berjalan masuk kedalam mobil sewaannya, setelah melihat Emy sudah masuk kedalam taxi dan berlalu pergi melewatinya, yang tak sadar akan kehadirannya.
" Emy ... kumohon jangan menangis lagi ... aku tahu betapa perihnya hatimu karena dr. Han begitu membencimu. Tapi, aku berjanji padamu sayang, aku akan memperbaiki semuanya. Jadi, jangan menangis lagi...aku mohon..." Lirih laki-laki tampan khas kaukasia itu didalam mobilnya.
Tangannya mencengkeram setir mobil dan membiarkan air bening itu keluar dari pelupuk matanya. Matanya yang hijau tak lepas menatap taxi yang diikutinya sejak dari sanatarium.
drrt...drrt...
Laki-laki itu terkejut, ketika handphone yang ia letakkan di jok penumpang disampingnya berbunyi. Diraihnya benda pipih itu dan menjawab panggilan itu.
" Hallo?"
"......."
" I know"
"..........."
" Ok, aku tahu, aku ke bandara sekarang. Jangan hubungi aku lagi!" ketus Laki-laki itu dan melempar benda pipih itu ke jok disampingnya, sedang pandangan matanya tetap pada taxi yang ada didepannya. Taxi yang membawa cintanya pergi.
Emy meraih telepon genggamnya. Ia ingin melihat bila ada panggilan atau pesan yang belum ia jawab. Ternyata ada 12 panggilan dan banyak sekali pesan yang masuk.
Tangan mungil nan lentik itu menggeser-nggeser layar di handphonenya. Semua panggilan berasal dari rumah sakit, Emy menyentuh nomor itu dan mendekatkan telpon genggamnya di telinga.
" Hallo .. .ini dr. Sie.." Kata Emy datar
" Prof! Akhirnya anda menelepon. Ada pasien emergensi!" terdengar suara panik diseberang telepon.
" Kemana dr. Cho? Bukannya dia yang bertugas hari ini?" tanya Emy dan mengeryitkan dahinya.
" Dr. Cho sudah saya hubungi, tapi tidak ada jawaban Prof! Saya sudah menelepon Kepala bagian bedah dan meminta saya untuk memanggil anda," jelas perawat itu.
" Hmm ... baiklah aku akan sampai 15 menit lagi. Siapkan laporannya dan kirim ke emailku," jawab Emy dengan tenang.
" Baik, prof! Ini ada 5 pasien keseluruhannya yang butuh penaganan cepat," buru si perawat memberi info pada Emy, takut Emy memutuskan sambungan telponnya.
" Hubungi lagi dr. Cho, dr. Ahn. Pastikan kau mengirimku laporannya. Aku tutup telponnya, ya. Trims," tanpa menunggu jawaban dari sang empunya suara diseberang, Emy langsung memutus sambungan teleponnya, memijit pelipisnya serta memejamkan matanya.
Sopir taxi sepertinya mengerti dengan keadaan Emy dan berdiam diri, lalu mempercepat laju taxinya.
" Prof!" Sambut seorang perawat dengan berbinar, " Syukurlah, prof. kau datang. Dokter Ahn sudah datang dan memeriksa pasien hanya ... dr. Cho masih belum bisa dihubungi," lanjut perawat itu dan sedikit tersendat memberi informasi soal dr.Cho.
Ia takut Emy akan marah karena langkah cepat Emy sempat terhenti ketika perawat itu menjeda kalimatnya.
" Baiklah..." tanggapan Emy sungguh diluar dugaannya.
Emy mempercepat langkahnya dan mulai memeriksa pasien emergensinya dan memberi perintah kepada para perawat. Dari satu brankar ke brankar lainnya, Emy dengan sabar dan cepat melakukan tugasnya.
" Prof. Sie...ini hasil lab dan CT," seorang perawat mengulurkan sebuah cardboard, berisi lembaran informasi pasien dan sebuah plastik bening kaku berukuran melebihi cardboard ditangannya.
" Prof.Sie, bagaimana menurut anda?" tanpa melihat Emy, dr.Ahn bertanya dan memperhatikan hasil rekam CT dihadapannya.
Tak ada jawaban dari pihak yang ditanya, dr. Ahn mengalihkan perhatiannya dan melihat Emy yang masih melihat hasil CT itu dengan mata indahnya sambil menepuk-nepuk dagunya dengan bolpoint.
Dr. Ahn menghela nafas dengan kesal, setiap kali ia berusaha berinteraksi dengan Emy, ia seperti dianggap angin lalu.
Dengan sedikit menghentakkan kakinya, dr. Ahn mengambil posisi duduk yang disediakan diruang observasi, tempat mereka sekarang berada.
" Nona Min, tolong siapkan ruang OP (ruang operasi) untuk pasien bed 3. minta keluarganya menandatangani formnya...."
" Apa maksudmu? Aku sudah memeriksa dia. Dia mengalami cedera otot serius, tak ada gunanya di operasi!" Potong dr. Ahn dengan nada meninggi, Emy menoleh dan menatap lekat mata dr. Ahn
" Dokter Ahn apa anda sudah memeriksa pasien Anda dengan benar? Nona Yoo masih remaja dengan banyak mimpi. Apa anda mau mematahkan mimpinya itu?" ucap Emy tanpa melepas pandangannya kearah dr.Ahn
" Apa maksudmu? Dia mengalami kecelakaan yang menyebabkan cedera otot serius pada kakinya, yang tidak bisa disembuhkan selain meminum obat anti nyeri. Dan itu bukan kesalahanku!" Jawab dr. Ahn kalap. Ia marah atas perkataan Emy
" Nona Yoo hanya mengalami kerusakan syaraf dan itu bisa disembuhkan dengan operasi dan terapi, apa kasus sederhana seperti ini anda tidak bisa membedakannya, dr.Ahn?" ujar Emy sambil memicingkan matanya.
Duh .. kalo dia boleh menjambak rambut pria didepannya ini, mungkin sudah ia lakukan . Sayang, dr. Ahn tak punya rambut alias plontos.
" Apa kau bilang?!" Bentak dr. Ahn.
Mata dr.Ahn melotot, telinganya memerah, bukan karena malu, tapi marah atas ucapan Emy. Ia sudah tidak suka dengan Emy dari awal, karena dianggapnya, Emy hanyalah anak ingusan yang mengandalkan koneksi untuk bisa bekerja di rumah sakit bertaraf internasional seperti ini.
Dokter Ahn membanting cardboard yang ada ditangannya ke lantai dan melangkah pergi.
" Ahhh ... hari yang luar biasa ... Nona Min, tolong hubungi keluarganya, ya. Dan, siapkan ruang OPE.." Kata Emy setelah mengambil nafas dan membuangnya dengan kasar.
" Baik, prof!" dengan itu perawat Min berbalik badan dan pergi.
Emy masih berkutat dengan laporan laporan hasil tes darah dan CT para pasiennya untuk beberapa saat, lalu pergi bersiap untuk operasi...yang ke 2 di hari ini...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Yunia Abdullah
knp crita y bnyk y d rmah skit az s emy kpan khidupan y SM s taesang y serta komplik y
2021-11-19
0
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
aq mampir 3 bab lagi thor 😍😍👍
2020-06-25
0