Sudah 2 jam Emy duduk di bangku taman yang ada didepan Sanatorium Gonghwa. Ia masih mengumpulkan keberanian untuk masuk dan menjenguk mama angkatnya, Han In Na.
Emy masih ingat masa kecilnya ketika mama In Na dan papanya Sie Jee Jung mengangkatnya sebagai anak dan membawanya ke Seoul.
14 tahun lalu...
Saat itu Emy sudah berumur 6 tahun, tapi masih belum bersekolah. Bukannya orang tua Emy tak mau menyekolahkannya, tapi sejak Emy ikut tes masuk sekolah, tak ada satu sekolahpun yang bersedia menerimanya sebagai murid.
Padahal di Desa Meranti, tempat kelahiran Emilia Yolanda Lumanauw, nama asli Emy Sie, ada 3 sekolah negeri dan 1 swasta milik PGRI.
Setiap kali Emilia ikut tes, hasilnya selalu gagal. Dan itu menyebabkan papa Emilia terus saja emosi jika melihat Emilia kecil.
Papa Emilia adalah seorang guru berasal dari ujung pulau Celebes yaitu Manado, Sulawesi Utara. Sedangkan istrinya, yaitu mama Emilia, adalah seorang bidan asal Surabaya yang berdarah Belanda-Chinese.
Yason, demikian nama papa Emilia, malu karena anaknya seperti tidak menuruni kepintarannya ataupun sang istri. Hanya kakak Emilia saja yang memiliki otak yang cerdas.
Yason yang memang seorang guru SMP di kota kecamatan Sidomakmur, dan berjarak 3km dari desa Meranti itu, adalah seorang guru yang pintar.
Ia bersedia bekerja sebagai guru SMP di desa ini, karena pada awalnya, istrinya yang seorang bidan ditugaskan disini selama 3 tahun. Tapi, karena Lienda suka dengan udara di desa ini, ia bersedia untuk menetap di desa Meranti.
Merupakan tujuan mutlak ayah Emilia, bahwa anak-anaknya harus pintar. Jadi, saat Emilia memperlihatkan hasil yang berbeda dari harapannya dan tidak secerdas kakaknya, Denis, pak Yason seperti kehilangan akal jika melihat Emilia.
Ia akan marah walau Emilia tak ada melakukan kesalahan dan pasti segera memukulnya jika ada sedikit saja kesalahan.
Mama Emilia, Lienda Djiksma sendiri hanya berdiam diri saat itu terjadi. Ia hanya memeluk dan mencium putri kecilnya setelah mendapat amukan dari papanya. Namun begitu, masih terlihat pancaran kesedihan dan kelembutan di mata Lienda.
Emilia kecil masih tak mengerti akan sikap ayahnya dan kenapa ia tidak sekolah. Setiap kali ia bertanya pada papa mamanya, jawaban mereka sama, " Kau belum bisa! Belajar lagi!"
Jengah dengan jawaban yang sama setiap kali bertanya, Emilia memutuskan meminjam buku-buku kakaknya bahkan ia meminjam buku papa mamanya secara sembunyi-sembunyi karena takut kena marah lagi.
2 tahun berlalu, kini Emilia berusia 8 tahun. Desanya kedatangan sekelompok sukarelawan dokter-dokter dari Korea, Taiwan dan Polandia untuk memberikan pemeriksaan dan pengobatan gratis.
Karena masih sangat desa, maka para dokter sukarelawan pun dititipkan kepala desa, ke rumah-rumah yang terbilang layak huni.
Salah satunya rumah Emilia kecil. Pasangan dokter asal Korea, Sie Jee Jung dan Han In Na disambut baik oleh Yason dan Lienda.
Tinggal beberapa hari dirumah Emilia kecil, membuat dr. Sie dan dr. Han menaruh iba pada Emilia. Mereka melihat bagaimana Yason tidak begitu peduli dengan putrinya itu.
Hingga suatu malam, dr. Sie dan dr. Han meminta pada Yason dan Lienda untuk bisa mengasuh Emilia. Mereka beralasan sudah 10 tahun menikah, tapi belum dikaruniai anak dan memang begitu faktanya.
Awalnya Yason dan Lienda keberatan karena biar bagaimanapun Emilia adalah putri kandungnya. Tapi, setelah mendengar penjelasan dr. Sie, akhirnya Yason dan Lienda menyetujuinya dan Emilia pun dengan polosnya mengiyakan untuk ikut dengan dr. Sie dan dr. Han sebagai anaknya, karena mereka berjanji akan menyekolahkan Emilia yang merupakan keinginan terbesar Emilia.
6 hari kemudian, Emilia diboyong ke Seoul, setelah persiapan surat-surat selesai di Indonesia. Emilia berganti nama menjadi Emy Sie dan nama Korea, Sie Yin Young.
Emy menikmati sekolahnya di Korea. Karena Emy belum lancar bahasa Korea dan hanya bisa bahasa Inggris hasil belajar dari Film di TV dan buku-buku kakaknya, maka Emy disekolahkan di Seoul Internasional Elementary School.
3 bulan Emy bersekolah disitu sampai seorang guru BK memanggil dr. Sie dan dr. Han untuk datang ke sekolah dan sekaligus merupakan jawaban atas keragu-raguan mereka selama ini.
Emy ternyata memiliki IQ diatas rata-rata anak-anak seusianya.
Dokter Sie adalah dokter mata sedangkan istrinya seorang dokter gigi. Pada bulan pertama Emy bersama mereka, mereka sudah menduga bahwa Emy memiliki IQ diatas rata-rata.
Tapi, mereka masih mau mengobservasi dahulu karena tak ingin membuat Emy salah paham akan maksud mereka untuk membuatnya menjalani tes, mereka tahu Emy mengalami trauma akan hal itu.
Kini, setelah hasil itu datang dari guru Emy, dr. Sie dan dr. Han tercengang, mereka tak menduga Emy memiliki IQ setinggi itu.. Bukan hanya itu, ternyata Emy juga memiliki ingatan fotografik (kemampuan untuk mengingat peristiwa, gambar, angka, suara, bau, dan hal-hal lainnya dengan sangat rinci. Ingatan yang sudah terekam dalam otak kemudian bisa dengan mudah ditarik kembali kapanpun informasinya dibutuhkan.).
Pantas saja Emy mampu menguasai setiap mata pelajaran dengan mudah dan cepat. Sewaktu di Indonesia, Emy mampu menguasai bahasa Inggris hanya dengan melihat film berbahasa inggris dan membaca buku-buku milik kakak dan ayahnya.
Bukan hanya itu, Emy mampu menguasai matematika yang adalah mata pelajaran yang diajarkan papa kandung Emy di sekolah menengah pertama
Saat ini pun, Emy sudah mulai lancar berbahasa dan menulis dalam bahasa Korea. Tapi, entah kenapa Yason dan Lienda tidak mengetahui hal itu. Apa mereka memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?
Ketika dr. Sie memberanikan bertanya kepada Emy, barulah pasangan itu mengerti kenapa Emy selalu gagal dalam tes di Indonesia.
Emy berkata tesnya terlalu mudah dan tidak menyenangkan buatnya. Karena Emy hanya disuruh mewarna, menulis dan menghafal abjad A-Z, menghitung 1-10. Dan itu, membuat Emy jengkel dan hanya terdiam tanpa menjawab.
Emy kecil menganggap itu hanya untuk mempermainkannya dan ia tidak suka itu. Guru-guru yang mengetespun tak ada yang ramah menurutnya. Dr. Sie dan dr. Han hanya tertawa atas jawaban Emy.
Selang beberapa hari dari pertemuan di sekolah Emy, eomma dan appa Emy, demikian dr. Sie dan dr. Han kini dipanggil Emy, mendaftarkan Emy untuk ikut ujian loncat kelas (kelas akselerasi), dan kepala sekolah juga guru guru setuju akan hal itu.
Hasilnya, Emy hanya menempuh pendidikan dasarnya selama 8 bulan saja. Emy juga masuk ke salah satu sekolah SMP terbaik di Seoul.
Disini, Emy hanya menempuh selama 5 bulan dan langsung ikut tes SMA. Jadi, total masa sekolah Emy dari SD hingga SMP hanya 1 tahun 3 bulan.
Emy sempat menikmati masa SMA selama 9 bulan, sebelum akhirnya eomma dan appa Emy membawanya ke Amerika.
Proposal permohonan beasiswa mereka disetujui oleh pihak Universitas Harvard, untuk menerima Emy sebagai mahasiswa kedokteran di unversitas bergengsi itu, setelah interview yang Emy lakukan secara Live melalui Skype, dinyatakan lolos dengan high score (nilai tinggi).
Emy melalui masa-masa kuliahnya dengan bahagia, ia menempuh masa kuliah kedokterannya selama 3th dan melanjutkan kuliahnya dibarengi menjalani masa residensi di Harvard University Hospital, Cambridge, Massachusetts.
Setelah menyelesaikan program Magister di Universitas yang sama selama 3 tahun, Emy juga berhasil menyelesaikan masa residensinya dan mendapatkan ijin praktek.
Emy memutuskan hijrah ke Inggris, setelah ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat MD dan lagi-lagi menyelesaikannya dalam waktu 2,6 tahun di Universitas Oxford, Inggris.
Kala itu, setelah Emy menyelesaikan pendidikan MD nya, Emy kembali ke Amerika dan bekerja di Harvard University Hospital kembali, saat ia berusia 18 tahun dan sebagai dosen tamu di fakultas kedokteran Universitas Harvard.
Tak ada hal yang berarti terjadi di kehidupan Emy dalam 3 bulan ia bekerja di rumah sakit itu. Hingga suatu saat, Emy menghilang karena penculikan oleh seorang teman kuliah Emy yang terobsesi dengannya.
Memaksa Emy untuk menikahinya dan menyekap Emy dalam kamar tanpa jendela selama 3 hari. Beruntung, Keanan Howland, sahabat sekaligus kekasih Emy yang mengajari Emy tentang Coding, menemukannya dan menolong Emy dengan mengorbankan nyawanya sendiri. Emy mengalami koma selama 1 minggu.
Dokter Sie mendengar kabar via telepon, tentang apa yang Emy alami. Ia meminta pihak rumah sakit merahasiakan ini dari media, karena Emy masih belum menikah dan takut merusak reputasinya.
Ia juga takut istrinya sakit jika mendengar itu. Namun, tak lama setelah panggilan telpon itu, dr. Sie harus dirawat di rumah sakit di Korea karena serangan jantung. Dokter Han terus menghubungi Emy, tapi tak pernah bisa hingga dr. Sie menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Dokter Han menjadi sakit hati dan membenci Emy, karena ia mengaggap Emy anak yang tidak berbakti.
Dokter Han bahkan mengeluarkan nama Emy dari kartu keluarganya, dan tidak bersedia menerima Emy kembali ketika Emy menelepon, setelah tersadar dari koma.
Emy berusaha memberi penjelasan dan menelepon berulang-ulang tapi tak ada jawaban, sepertinya mama angkatnya itu sudah mengganti nomornya.
Belakangan Emy mengetahui kalau dr. Han mengidap kanker rahim dan dirawat di sanatorium, setelah menjual rumahnya karena tak memiliki kerabat yang bersedia merawatnya.
Emy hanya bisa mendesah dan menitikkan cairan bening di pipinya. Ia ingin melihat senyum manis mama angkatnya itu.
Yang memanjakan dan membuatkan makanan kesukaannya. Hahaha .. .makanan ... ya .. .eomma sangat suka membuatkan Emy pizza dan spagheti. Mengingat itu ... bibir Emy sedikit terangkat namun dengan mata yang berlinang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Dian Novita
sedih thor
2020-09-24
0
Zienna Hara
sangt sedih thor
2020-06-09
1