Tak terasa sudah 5 bulan Emy berada di Negeri Ginseng. Hari-harinya dilalui dengan kesibukan sebagai seorang dokter bedah.
Masih seperti awal ia menjalani profesinya di negeri ini, banyak rekan sejawat yang masih saja meremehkan kemampuannya. Bahkan, beberapa pasien menolak untuk dia tangani. Tapi, Emy tetap menjalankan tugasnya tanpa mengeluh.
Hanya beberapa orang saja dari antara dokter dan perawat yang mulai mengakui kemampuan Emy, setelah beberapa kali Emy bekerjasama dengan mereka dalam operasi sulit.
Emy selalu membuat operasi sulit itu seakan operasi biasa karena kecepatan, ketepatan dan keakuratan Emy dalam bekerja, juga kesopanan serta keramahan yang selalu Emy tunjukkan kepada setiap orang.
Emy juga selalu mengontrol kesehatan Kakek Kim setiap hari lewat telepon dan sesekali datang ke kediaman Kakek Kim. Emy juga memberikan terapi Kemo pada kakek tiap 3 hari sekali, mengingat tubuh kakek yang semakin lemah, karena mual muntah yang dialami sebagai efek samping kemo.
Emy juga sudah memberitahu Tae Sang tentang kondisi kakek melalui pesan singkat, karena Emy sudah 5 bulan tidak pernah bertemu dengan Tae Sang.
Emy sengaja mengambil shift malam atau kadang tidak pulang agar membuat Tae Sang nyaman, karena ia tahu kalau suami kontraknya itu sangat membencinya.
Pernah suatu kali saat Emy belum mengambil shift malam, Emy yang terasa lapar berjalan ke dapur bersih Tae Sang dan memasak mi instan.
Saat ia selesai memasak dan mulai menikmati mi kesukaannya itu, Tae Sang datang dan membawa seorang wanita cantik, tak ada sapaan atau apapun hanya tatapan aneh dari wanita itu.
" Oppa...siapa dia?" tanya wanita itu manja.
Tae Sang hanya melirik tajam kearah Emy, lalu menjawab dengan suara keras agar Emy mendengarnya.
" *****!"
Seketika titik-titik air menetes membasahi pipi mulusnya. Betapa sakitnya hati Emy mendengar itu, tak pernah sekalipun ia meminta sesuatu pada laki laki kejam itu, bahkan merayunya pun tak pernah ia lakukan, ia juga tak meminta untuk berada disini.
Ia sudah memohon pada Tae Sang untuk membiarkannya tinggal dirumahnya sendiri, yang ia beli ketika mama angkatnya menjualnya, tapi Tae Sang mengancam Emy dengan lisensinya yang membuat Emy tak berkutik.
Sejak kejadian itu, Emy mulai menukar jadwalnya dengan rekan, sekaligus satu-satunya teman di rumah sakit internasional itu.
Setiap kali ia harus shift siang, ia akan bertukar dengan Dr. Lee Kyong, dokter tampan yang selalu mengisi hari-hari Emy dengan tawa.
Emy dan dr. Lee Kyong selalu makan siang di balkon yang ada dilantai 5 karena disana sangat sepi dan teduh.
Dr. Lee Kyong selalu membawakan bento untuk Emy, karena ia sangat tidak suka dengan kebiasaan Emy yang memakan mi gelas atau kimbap, yang dibeli di mini market.
" Mau dapat nutrisi dari mana kalau perutmu diisi junk food!" Itulah kata-kata dr. Lee Kyong ketika beberapa kali memergoki Emy makan makanan siap saji itu.
Seperti biasa, mereka berdua makan dan bersenda gurau bahkan tak jarang membicarakan pasien mereka. Bibir Emy selalu mengembang dengan senyuman yang menawan setiap kali mendengar Sunbae Lee bercerita.
" Sunbae, aku kirim 1 pasien lagi tadi malam ke jadwalmu, Nona Lim di kamar 321," kata Emy sambil mengedipkan satu matanya dan berlalu pergi setelah menepuk pundak dr. Lee Kyong.
" Kau!" dengan cepat dr. Lee berbalik, tapi disambut dengan punggung dan lambaian tangan Emy.
Setelah menghela nafas, dr. Lee tersenyum lebar dan meminum bir tanpa alkohol yang ada ditangannya.
Tanpa disadari kedua dokter itu, ada 2 pasang mata yang melihat keakraban keduanya. Pandangan tajam dan kertakan gigi tiap kali keduanya tertawa.
Kepalan tangan yang membuat buku-buku tangannya memutih. Sementara seorang laki-laki kurus yang berada di belakangnya, hanya bisa menunduk ketika melihat gelagat tuannya itu.
Sesekali ia terlihat mengusap wajah dan tengkuknya yang basah akan keringat walaupun saat ini sedang musim dingin.
Tak lama laki-laki bertubuh tegap dan atletis itu berjalan dengan langkah lebar. Auranya masih bisa membuat orang disekelilingnya menjauh ketakutan walau wajahnya tetap saja tampan dengan rahang tegasnya itu.
Emy tertidur diruangannya, wajah lelahnya tak bisa lagi ditutupi. Sudah 5 hari Emy mengambil 2 shift. Badannya terasa remuk, karena selama 5 hari ini pula, ia mengoperasi 10 pasien dan mengambil jeda hanya 2 jam untuk beristirahat, lalu melakukan tugasnya sebagai dokter konsul dan visit pasien.
Suara ponsel dan panggilan interkom dilewatkan Emy karena kepalanya yang terasa sakit dan matanya yang berat untuk terbuka.
tok...tok...
ceklek
Seorang wanita berbaju perawat mendekati Emy yang tertidur dimejanya dengan berbantal kedua lengannya.
" Prof. Sie!" panggilnya
" Prof!"
Tetap tak ada jawaban dari Emy. Perawat Na mengernyitkan dahinya dan berjalan perlahan mendekati Emy.
" Prof.Sie...prof,"
Emy sedikit membuka matanya mendengar namanya dipanggil, tapi tak ada kekuatan untuknya menjawab. Perawat Na meletakkan telapaknya di kening Emy, ia terkejut karena badan Emy sangat panas.
" Oh, Tuhan Prof.Sie! Badanmu panas. Tunggu sebentar ya, Prof."
Perawat Na panik dan segera memijit interkom disebelahnya.
" Bawa brankar ke ruangan Prof. Sie, sekarang! Cepat! Dan hubungi dr. Lee Kyong!" Perawat Na memutuskan komunikasi interkomnya dengan segera, dan meraih badan Emy lalu menyandarkannya di kursi kebesaran Emy.
tok...tok..
2 perawat laki-laki datang dan mendekati perawat Na.
" Ada ap..."
" Mana brankarnya?!" seru perawat Na memotong pertanyaan perawat itu.
Kedua perawat itu langsung berbalik dan menyeret brankar yang mereka biarkan didepan ruangan Emy. Tak lama sesudah Emy berbaring di brankar, dr.Lee Kyong datang dan berhenti didepan pintu ruangan Emy dan membelalakkan matanya. Ia terkejut melihat Emy ada diposisi seorang pasien.
Dokter Lee berlari mendekati Emy dan memakai stetoskop untuk memeriksa Emy dan terperangah ketika ia merasakan panas pada tangan Emy, ketika ia sentuh.
Dokter Lee Kyong menggeram dan bernafas cepat menahan marah karena sesuai dengan perkiraannya, Emy pasti akan ambruk jika terus memforsir dirinya, tapi begitulah Emy, keras kepala. Tak menghiraukan peringatan dr.Lee Kyong dan terus bekerja mengabaikan kesehatannya.
Emy masih menutup matanya ketika ia dipindahkan ke ruang VIP rumah sakit internasional itu. Dokter Lee Kyong selalu menelepon perawat Na yang menjaga Emy, untuk mengecek keadaannya.
Sudah seharian penuh Emy masih betah tertidur. Dokter Lee Kyong mengambil alih tugas perawat Na menjaga Emy, walaupun ia juga merasakan lelah setelah menangani pasien-pasiennya.
Dilain tempat, Tae Sang masih berkutat dengan alkohol disebuah bar elit. Ia tak mengerti kenapa ia begitu panas melihat kedekatan Emy yang notabene istri kontraknya, bersenda gurau dan tertawa lepas dengan laki-laki lain.
" Apa aku jatuh cinta pada wanita gila harta itu?" gumamnya.
" Ah .. .hahahaha .. .tidak mungkin! Aku tidak mungkin begitu rendah menyukai wanita seperti dia!"
Tae Sang masih saja menegak seteguk demi seteguk vodka yang ia pesan hingga tak terasa 10 gelas sudah ia habiskan.
Kepalanya terasa berputar-putar. Dengan susah payah dicarinya benda pipih miliknya dan menelepon asistennya untuk menjemput.
Ponsel dengan harga selangit itu dihempaskan begitu saja ke meja bar, lalu menunduk sembari masih memegang gelas vodkanya.
" Hai ... apa kau sendiri, handsome?" seorang wanita dengan pakaian yang seksi dan terlihat belahan dada serta pahanya yang mulus, mendekati Tae Sang.
Tae Sang merasakan tangan wanita itu membelai lembut bahu lebarnya yang sudah tak tertutup jas dan hanya berbalut kemeja putih, yang bagian lengannya sudah dilipat hingga ke siku, menunjukan otot-otot tangannya itu.
Perlahan Tae Sang mengangkat kepalanya dan melirik kearah wanita seksi yang sudah berdiri didekatnya sangat lekat, sehingga pandangan pertama Tae Yang adalah 2 gundukan indah selera para lelaki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
ayudya
suami koq gitu sih.
2020-07-08
0