Kei Dan Layla
Anisa York dan Surya Alvin adalah sepasang suami istri yang sudah berusia empat puluh tahun. Mereka pengusaha terkenal dari Indonesia dalam bidang Game Theory. Pernikahan mereka sudah memasuki yang ke dua puluh tahun, namun sampai hari ini mereka belum juga di karunia seorang anak. Mereka sudah sangat merindukan terdengar suara tangisan bayi di dalam rumah mereka yang sangat megah. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan keturunan. Tapi sampai detik ini mereka belum mendapatkannya.
"Kita sudah melakukan banyak cara tapi belum ada tanda tanda akan ada si kecil di rumah ini" ucap Anisa pada suaminya yang tengah berbaring di atas tempat tidur.
"Berdoa, itu satu satunya jalan" jawab Surya Alvin sembari memejamkan matanya. Hatinya serasa di iris setiap kali sang istri mempertanyakan kapan dia akan hamil seperti wanita lain.
"Hmm.." Anita hanya menghela napas dalam mendengar jawaban suaminya, ia pun naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Surya.
Sesaat hening dan sunyi di kamar itu, hanya terdengar suara cicak seakan mentertawakan mereka, yang tiada lelah berusaha dan berdoa pada sang Ilahi. Jam dinding terus berbunyi waktu terus bergulir tanpa terasa mereka pun terlelap tidur pulas karena kelelahan setelah seharian bekerja.
***
Pagi yang cerah bagi Anita. Anita sudah bangun dan seperti biasanya ia lakukan tiap hari mempersiapkan semua keperluan Surya. Tiba tiba dia merasakan pusing dan mual mual serasa pahit di lidah.
"Hoekk!!
Anita memegang perut dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya mencengkram kursi meja makan, Surya yang tengah duduk menikmati sarapannya menoleh menatap Anita. Surya berdiri dan melangkahkan kakinya menghampiri Anita.
" Kau kenapa?" tanya Surya pada Anita sembari memegang pundak Anita dengan raut wajah cemas.
"Sepertinya aku masuk angin Pak" jawab Anita melirik sesaat ke arah Surya lalu ia bergegas setengah berlari ke kamar mandi. karena Anita merasakan perutnya mual dan ingin memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya.
Surya berdiri terpaku menatap Anita yang berlari ke kamar mandi. Surya mendengar Anita muntah muntah akhirnya ia pun menyusul Anita ke kamar mandi yang tak jauh dari ruang makan.
Surya menatap Anita dan memijit tengkuk Anita. "Bu, kau baik baik saja? bagaimana kalau aku panggil dokter?" tanya Surya pada Anita.
Anita menganggukkan kepala. "Iya Pak."
Kemudian Surya merogoh saku celana dan mengambil ponselnya. Surya membuka layar ponsel dan menekan satu nama. Ia dekatkan ponsel di telinganya. Saat panggilan sudah terhubung Surya langsung menyapa Dokter.
"Halo Dok? bisa ke rumah saya sekarang?" tanya Surya dengan perasaan cemas.
"Baik Pak, tunggu dalam 15 menit saya sampai" jawab Dokter di ponsel.
"Baik." Surya memutus panggilan ponselnya dan memasukkan kembali ponsel ke saku celananya.
"Bagaimana Pak?" tanya Anita pada Surya sambil memijit pelipisnya yang terasa pusing.
"Dia akan datang, ayo aku antar kau ke kamar, Bu."
Surya memapah Anita berjalan menuju kamarnya. Lalu ia membaringkan tubuh Anita di atas tempat tidur. Dan menarik sebuah selimut untuk menutupi tubuh Anita. Kemudian ia kembali ke luar kamar dan menunggu Dokter di teras depan rumahnya.
Lima belas menit berlalu, Surya menunggu akhirnya Dokter itu telah tiba di halaman rumahnya. Nampak sebuah mobil Avanza berwarna putih menepi. Surya langsung bangkit dari duduknya dan menyambut kedatangan Dokter Adrian. "Pagi Dok." Sembari mengulurkan tangan.
"Pagi Pak Surya." Dokter mengulurkan tangan menyambut uluran tangan Surya.
Surya kemudian mempersilahkan Dokter masuk ke dalam rumah langsung menuju kamar pribadinya. Disela sela langkahnya Surya menceritakan apa yang terjadi pada Anita baru saja.
Sesampainya di kamar, Dokter meminta Surya untuk menunggu di luar kamar. Lalu Surya pun mengikuti apa yang di katakan Dokter. Ia menunggu di luar kamar dengan cemas. Karena ini baru pertama kali terjadi pada Anita.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya Dokter Adrian memanggil Surya untuk masuk ke dalam kamar.
Dengan wajah cemas karena mengkhawatirkan Anita. Surya langsung bertanya pada Dokter Adrian. "Apa yang terjadi dengan istriku dok? apa dia baik baik saja?" tanya Surya pada Dokter.
Dokter Adrian tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Surya, ia menoleh ke arah Anita yang tengah tersenyum membuat Surya bingung.
"Bapak tidak perlu khawatir. Sebentar lagi Pak Surya akan menjadi seorang ayah" jawab Dokter merasakan ikut bahagia. Karena selama ini Dokter Adrian ikut membantu dalam pengobatan Anita supaya bisa hamil. "Selamat ya Pak."
"Aku akan jadi Ayah?" ucapnya, mata melebar menatap Anita. Mencoba meyakinkan pendengarannya bahwa ia tidak salah mendengar. Anita mengangguk mengiyakan ucapan Dokter.
"Bu Anita sudah hamil, dan usia kandungan menginjak tiga minggu" ucap Dokter Adrian sembari menuliskan beberapa resep untuk di beli Surya.
"Kita punya anak Bu, terima kasih Tuhan" ucapnya lirih. Lalu ia memeluk Anita dengan segenap perasaan yang ia miliki. Betapa bahagianya Surya. Setelah sekian lama menunggu. Akhirnya Anita memberikannya seorang keturunan.
"Ini resep yang harus di beli, dan Bu Anita harus banyak istirahat jangan terlalu capek." Dokter memberikan secarik kertas pada Surya yang berisi catatan resep obat yang harus di beli. Surya menerima kertas itu dengan wajah sumringah.
"Terima kasih Dok" ucapnya dengan tersenyum lebar.
"Sama sama Pak, saya permisi dulu harus ke rumah sakit." Jawab Dokter sembari menundukkan kepala sesaat. " Mari Bu."
"Mari aku antar ke depan." Surya mempersilahkan Dokter untuk berjalan lebih dulu. Di ikuti Surya berjalan sejajar dengan Dokter. Di sela sela langkah Dokter Adrian memberikan beberapa tips untuk menjaga kehamilan Anita.Hingga tak terasa mereka pun sampai di halaman rumah.
"Mari Pak" ucap Dokter Adrian menatap Surya sesaat lalu ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan halaman rumah Surya. Surya menganggukkan kepala dan tersenyum menatap Dokter Adrian. Selepas mengantar Dokter Adrian Surya kembali masuk ke dalam rumah dan meminta asisten rumah tangganya mbok Darmi untuk membawakan susu hangat ke kamar Anita.
"Terima kasih, akhirnya kau memberikan aku seorang anak" ucap Surya sembari duduk di tepi tempat tidur.
"Puji Tuhan Pak, aku sangat bahagia sekali. Aku akan menjaga bayi dalam kandunganku dengan baik." Jawab Anita tersenyum lebar.
"Cup!"
Surya mencium kening Anita sesaat, lalu terdengar suara langkah mbok Darmi membawakan susu hangat dan di letakkan di atas meja di samping tempat tidur.
"Selamat ya Pak, Bu. Saya ikut bahagia dengan kabar ini" ucap mbok Darmi. Dia sempat mendengar perbincangan Dokter dan Surya tadi.
"Terima kasih mbok."
"Mbok, aku harus ke kantor. Tolong kau jaga Ibu. Kalau ada apa apa hubungi aku secepatnya" ucap Surya pada mbok Darmi. Mbok Darmi menganggukkan kepala menatap Surya.
"Aku pergi dulu, kau baik baik di rumah dengan mbok."
Anita menganggukkan kepala. "hati hati di jalan Pak."
Surya menganggukkan kepala. Lalu ia melangkahkan kakinya meninggalkan rumah menuju kantor tempat ia bekerja.
Sesampainya di kantor. Surya memberitahu kabar bahagia ini pada seluruh karyawannya dan memberikan hadiah pada seluruh karyawan dengan membagikan buah buahan pada seluruh jajaran pegawainya.
***
Hari berganti, bulan pun berganti. Kehamilan Anita semakin besar dan menginjak usia sembilan bulan. Hari hari ia habiskan di rumah. Selain periksa ke Dokter kandungan ia juga rajin senam khusus untuk wanita hamil. Tentu saja apapun kegiatan Anita selalu di dampingi Surya. Untuk pertama kali selama bertahun tahun menunggu kehadiran seorang anak akan segera terwujud.
Hingga di sore hari, saat Surya baru saja sampai di halaman rumahnya dan menepikan mobil. Ia mendengar suara Anita tengah meringis kesakitan. Lalu ia bergegas masuk ke dalam rumah dengan perasaan takut dan panik. Surya melihat Anita tengah memegang perutnya. "Ada apa Bu?" tanya Surya sembari mengangkat tubuh Anita yang melorok ke bawah kursi.
"Sepertinya aku mau melahirkan Pak" jawabnya sembari menahan sakit yang hebat di perut.
"Mbok! mbok!" Surya memanggil mbok Darmi. Tak lama kemudian mbok Darmi dan mang Usman datang dari arah dapur dengan tergopoh gopoh. "Ya Pak" jawab mereka serempak.
"Mang Usman cepat siapkan mobil, Ibu mau melahirkan!" Seru Surya dengan panik.
Pak Usman langsung berlari keluar setelah mengambil kunci mobil lain di dalam lemari di dapur. Lalu Surya memapah Anita di bantu mbok Darmi untuk keluar rumah menuju mobil yang sudah di persiapkan Pak Usman.
"Mbok, nanti mbok menyusul dan membawa keperluan Ibu. Mbok naik taksi online saja." Ucap Surya sembari menutup pintu.
"Baik Pak." Saut mbok Darmi lalu masuk ke dalam rumah dengan tergesa gesa mempersiapkan semua keperluan Anita. Bagi mbok Darmi dan Pak Usman, Surya dan Anita adalah majikan mereka yang paling baik. Tak pernah membedakan status. Itulah yang membuat mbok Darmi dan Usman betah bekerja di rumah Surya.
Sementara itu Anita terus meringis kesakitan di dalam mobil. "Aduh Pak, sakit Pak" ucapnya berkali kali sembari tangannya mencengkram lengan Surya.
"Sabar Bu, sebentar lagi kita sampai" jawabnya sembari mengusap keringat di wajah Anita menggunakan tisu basah.
Tak lama kemudian Surya telah sampai di halaman rumah sakit Kasih Bunda. Usman menepikan mobilnya dan langsung keluar dari pintu mobil lalu membukakan pintu mobil belakang untuk Surya dan Anita. Surya langsung memapah Anita memasuki rumah sakit. Dan di bawa ke ruang persalinan oleh para suster. Sesampainya di ruang persalinan suster meminta Surya untuk menunggu di luar ruangan. Dengan wajah cemas dan takut, Surya terlihat mondar mandir menunggu di luar. Sementara Usman hanya duduk diam di kursi memperhatikan Surya yang terlihat panik. Jantungnya berdegup kencang tidak karuan. Dengan harap harap cemas menanti sang buah hati.
Tak lama kemudian Surya mendengar suara tangis bayi dari dalam ruang persalinan. Dengan membelalakkan matanya ia memanjatkan puji sukur pada Tuhan.
"Terima kasih Tuhan." Surya tengadah sembari kedua tangan di angkat ke atas sebatas dada lalu ia usapkan berkali kali ke wajahnya. Lalu ia tertawa kecil menghampiri Usman yang tengah memanjatkan doa. Surya memeluk Usman dengan rasa bahagia yang tak dapat dia ungkapkan dengan kata kata. Tak terasa sebutir air mata menetes di sudut matanya. "Anakku sudah lahir, anakku sudah lahir" ucapnya berkali kali sembari memeluk Usman.
"Ada apa Pak? Ibu baik baik saja?" tanya mbok Darmi tiba tiba sudah berdiri di belakang mereka dengan raut wajah cemas.
Surya melepaskan pelukannya lalu beralih menatap mbok Darmi. "Anak ku sudah lahir mbok " jawab Surya dengan nada bahagia. Dia tak dapat membendung kebahagiaannya. Lalu memeluk mbok Darmi.
Usman, Darmi dan Surya tertawa bahagia menyambut kehadiran sang buah hati. Dari arah pintu suara seseorang menyapa mereka. "Selamat ya Pak, Bapak memiliki seorang putri" ucap Dokter Adrian dari arah pintu.
"Putri?" ucap Surya melebarkan matanya, lalu Kembali Surya panjatkan doa pada Tuhan. Surya berterima kasih pada Tuhan karena telah mengabulkan doanya.
"Terima kasih Dok" jawab Surya. "Apa aku boleh masuk Dok?" tanya Surya pada Dokter.
"Silahkan."
Setelah Dokter memberikan ijin, Surya, Usman dan Mbok Darmi langsung masuk ke dalam ruangan untuk menemui Anita dan bayinya.
Nampak Anita tersenyum bahagia, meskipun tubuhnya masih lemas. Surya memeluk dan mencium puncak kepala Anita. Dan berkali kali mengatakan terima kasih pada Anita.
Tak lama seorang suster datang membawa seorang bayi yang masih merah di pangkuannya. Dengan berbalut kain warna merah jambu, bayi itu di serahkan pada Surya. Surya menerima bayi itu ke dalam pelukannya. Ia tatap bayi itu dalam dalam dan mengecup keningnya. Kemudian Surya mengadzani kuping si bayi. Setelah selesai lalu bayi itu ia serahkan pada Anita ke pangkuannya. Dengan meneteskan air mata Anita dekap erat sang bayi dan mencium pipinya dengan lembut. Kebahagian dan haru biru yang di rasakan Surya dan Anita tidak dapat di wakilkan dengan apapun. Kini rumah megahnya tidak akan sepi lagi. Akan terdengar suara tangis di pagi hari dan malam hari dari si bayi. Akan terdengar suara celotehan dan kenakalan yang akan mewarnai hidup Surya dan Anita.
****
Seminggu sudah Anita dan bayi nya dalam perawatan. Akhirnya Anita di ijinkan pulang membawa putrinya ke rumah. Setelah Surya menyelesaikan semua administrasi dan lain lain. Surya pun meninggalkan rumah sakit bersama Anita dan bayinya. Sesampainya di rumah mereka di sambut meriah oleh sanak keluarga dan Usman juga mbok Darmi.
"Selamat ya Surya, atas kelahiran putrimu." Ucap salah satu kerabat sambil memeluk Surya. Acara sukuran yang sudah di siapkan Darmi, Usman dan kerabatnya untuk menyambut kehadiran sang buah hatj Surya yang telah lama di nanti berlangsung meriah dan penuh kebahagiaan. Seolah olah alam semestapun ikut bahagia menyambut kehadiran putri Surya dan Anita. Nampak siang itu terlihat cerah dan angin berhembus sepoi sepoi memasuki rumah Surya.
Dua jam berlalu, akhirnya pesta penyambutan sang bayi pun telah selesai. Anita meletakkan bayinya di atas tempat tidur yang sudah di beri pernak pernik oleh mbok Darmi dan kerabatnya.
Hari hari berikutnya. Anita akan di sibukkan merawat si kecil. Karena dia berniat akan merawatnya sendiri tanpa bantuan baby sister. Kini Anita dan Surya tidak akan kesepian lagi. Hari hari sepi dan menjemukan sudah berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Grenny
semangat kak
2023-08-25
0
Tatik Pkl
Harusnya mama papa panggilannya
2020-11-19
0
Unyu Unyu 😍
nyimak
2020-11-14
0