Abdul dan Alya sudah sampai di halaman rumah Yuda, Abdul menepikan mobilnya dan keluar dari pintu mobil langsung menuju pintu rumah Abdul di susul Alya dari belakang. Baru saja Abdul hendak mengulurkan tangannya untuk mengetuk pintu. Dari dalam rumah Kei tengah membuka pintu.
Begitu pintu terbuka Kei melihat kedua orang tuanya tengah berdiri di depan pintu.
"Ayah? Ibu?"
"Kei? " ucap Alya pelan menatap Kei matanya sembab. "Apa kau baik baik saja Nak?" Tanya Alya mengusap lembut pipi Kei.
"Sejak aku menikah, aku tidak baik baik saj, bukankah Ibu tahu itu?" jawab Kei
Alya menurunkan tangannya dan menundukkan kepala sesaat. " Kei, kami mau bicara."
"Apa lagi yang hendak Ibu katakan padaku?"
Kei melangkahkan kakinya hendak pergi, tapi Abdul menahan Kei dengan menarik lenfan Kei. "Kami mau bicara, duduklah sebentar!"
Kei menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya menatap wajah ke dua orang tuanya. "Katakan," ucap Kei datar.
Alya dan Abdul duduk di kursi teras rumah lalu di ikuti Kei juga ikut duduk saling berhadapan.
"Kei, Ibu ingin segera menimang cucu, Ibu dan Ayahmu sudah tua, apakah kau tidak ingin lihat kami bahagia di usia senja?" ucap Alya membujuk Kei.
"Apakah aku kurang berbakti pada Ayah dan Ibu? apakah aku kurang membuat Ayah san Ibu bahagia? lalu kapan aku bahagia Ibu?" jawab Kei dengan dingin.
"Kei!" Abdul mulai naik emosinya mendengar jawaban Kei, namun Alya mengusap tangan Abdul supaya menurunkan emosinya.
Abdul menatap Alya sesaat lalu menarik napas panjang dan ia hembuskan perlahan. Setelah itu Abdul kembali berkata. "Kei, Ayah mohon sama kamu, lakukan kewajibanmu sebagai seorang suami. Apa kau tidak kasihan dengan istrimu?"
"Lalu siapa yang perduli denganku? tidak ada bukan?" jawab Kei datar. "Aku lelah dengan semua ini." Kei bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya.
"Kei!" Abdul menahan tangan Kei.
"Lepas Yah."
Kei menepis tangan Abdul dari tangannya hingga terlepas, lalu ia melanjutkan langkah kakinya meninggalkan rumah.
"Kei, tunggu!" Abdul bangkit dari duduknya hendak menyusul Kei. Tapi langkah Abdul di tahan Alya dengan mencengkram tangan Abdul.
"Pak, sudah Pak!"
"Ahhh!" Abdul geram karena usahanya gagal lagi membujuk Kei, membuat dia putus asa.
"Kita pulang." Alya menarik tangan Abdul dan memaksanya untuk kembali pulang ke rumah. Akhirnya Abdul dan Alya meninggalkan rumah Tuda dengan hasil yang sama, nihil.
***
Sementara itu Kei tengah duduk di tepi jalan persimpangan di mana dulu, ia dan Layla bertemu. Kei duduk dengan menundukkan kepala. "Layla," ucapnya lirih.
"Kei? sedang apa kau di sini?" Sapa seseorang dari belakang menyentuh pundak Kei. Kei menoleh ke belakang dan melihat Anita juga Surya telah berdiri di belakangnya.
"Tante? Om?" jawab Kei berdiri dan menatap ke dua orang tua Layla.
"Kau baik baik saja?" tanya Surya menatap wajah Kei yang terlihat sedih.
Tiba tiba saja Kei langsung menubruk tubuh Surya dan memeluknya sembari menangis. Surya perlahan membalas pelukan Kei dan mengusap punggung Kei untuk menenangkan. "Ada apa nak?" tanya Surya.
"Om, aku sudah tidak sanggup lagi Om. Aku tidak sanggup berpisah dengan Layla." Ucap Kei di sela sela tangisnya.
"Kei, kau sudah punya istri. Tidak seharusnya kau memikirkan Layla lagi" jawab Surya.
"Om, Dinda memang istriku, tapi aku tidak akan pernah menjadi suaminya." Jawab Kei.
"Kei?" Surya melepaskan pelukan Kei dan mencengkram kedua lengan Kei.
Kei menganggukkan kepala sesaat. " Benar Om."
"Tapi kenapa Kei? tanya Surya dan Anita.
" Aku tidak bisa Om, tidak bisa,"
"Kei, jangan siksa dirimu, lupakan Layla. Dan kau harus memikirkan perasaan Dinda juga."
Kei menggelengkan kepala. "Tidak bisa Om."
Surya menatap getir Kei, dia teringat akan Layla, jika Kei saja tidak sanggup melupakan. Bagaimana dengan Layla?
Surya melepaskan cengkraman tangannya dan memeluk Kei sesaat. "Kita ngobrol di rumah Yuk."
Kei menganggukkan kepala sesaat, lalu mengikuti langkah kaki Surya dan Anita dari belakang menuju rumahnya. Belum sampai Surya, Anita dan Kei di halaman rumahnya. Dari belakang sebuah mobil mendahului mereka dan memasuki halaman rumah Surya. Surya mengerutkan dahi menatap mobil yang terparkir di rumahnya. Surya langsung menghampiri seseorang yang baru saja keluar dari pintu mobil.
"Maaf, anda siapa dan mau cari siapa?" tanya Surya langsung pada pria yang berambut pirang berwajah tampan.
Pria itu menoleh menatap Anita, Surya dan Kei bergantian, lalu ia tersenyum dan menundukkan kepala sesaat sembari mengulurkan tangannya.
"Maaf, nama saya Raiden dan saya mencari Pak Surya dan Bu Anita." Jawab pria yang tak lain adalah Raiden teman Layla.
"Oh, saya sendiri Surya, dan ini istri saya Anita. Lalu ini Kei." Jawab Surya memperkenalkan diri.
"Kei?" Gumam Raiden pelan hingga tak terdengar oleh mereka semua. Dia ingat nama Kei sering di sebut sebut Layla.
"Mari masuk nak."
Anita dan Surya mempersilahkan Raiden untuk masuk ke dalam rumahnya, lalu Raiden mengikuti Anita dan Surya juga Kei yang terlebih dahulu berjalan masuk ke dalam rumah.
"Silahkan duduk." Anita meminta Raiden untul duduk, Raiden menganggukkan kepala lalu duduk dan disusul Surya dan Kei yang ikut duduk di kursi ruang tamu.
"Saya buatkan teh dulu ya." Anita melangkahkan kakinya memasuki ruang dapur.
"Kau mencari saya ada apa nak?" tanya Surya membuka percakapan.
"Maaf, sebelumnya saya tinggal di Jakarta timur. Dan saya teman Layla." jawab Raiden tersenyum.
"Layla?" Ucap Surya dan Kei serempak.
"Benar, saya teman Layla dan saya tahu tempat di mana Layla tinggal sekarang.
" Layla?" ucap Kei pelan. Ada rasa ingin tahu Kei tentang keadaan Layla, tapi ia ragu untuk menyampaikan. Kei menatap Raiden dan sempat berpikir apakah Layla sudah melupakannya? Tapi Kei mematahkan apa yang dia pikirkan sendiri dan percaya bahwa Layla akan selalu setia seperti apa yang sudah dia lakukan untuk cintanya.
"Apakah Layla yang memberitahumu di mana kami tinggal?" tanya Surya pada Raiden.
"Benar Om." jawab Raiden.
Surya langsung pindah duduknya di samping Raiden dan berkata. "Bagaimana kabar Layla? apakah dia sehat? apakah dia rindukan kami?" Tanya Surya dengan mencengkram lengan Raiden dengan kuat.
"Layla baik baik saja Pak." Jawab Raiden tersenyum.
"Layla? dimana dia sekarang nak? apakah dia baik baik saja?" Tanya Anita yang baru saja datang membawakan teh. dan langsung di letakkan di atas meja.
"Layla baik Bu."
"Apakah Layla tidak merindukan Ibu dan Ayahnya?" Tanya Anita menatap Raiden menunggu jawaban Raiden.
"Ibu rindu dengan Layla, apakah kau bisa antarkan kami untuk bertemu Layla?" Tanya Anita lagi dengan mata berkaca kaca menatap Raiden.
"Tentu Bu, aku akan mengantarkan kalian." Jawab Kei.
"Kalau kau tidak keberatan, bagaimana kalau kita berangkat sekarang?" Tanya Surya penuh harap.
"Tentu Pak, Bu."
"Boleh aku ikut?" Ucap Kei dengan ragu ragu.
Anita, Surya dan Raiden menatap Kei dengan wajah penuh harap.
"Kei, bukan Bapak tidak mau mengajakmu, tapi jika Mertuamu tahu, Ayah Ibumu tahu, dan Dinda tahu. Maka kau sendiri yang susah Kei." Jawab Surya sebenarnya tidak tega berucap seperti itu pada Kei.
"Aku mengerti Pak, Bu. Tidak apa apa Pak, tapi tolong sampaikan salam rindu saya pada Layla, aku mohon Pak, Bu." Kei melipat kedua tangannya menatap Surya dan yang lain.
"Akan Ibu sampaikan nak, percayalah." Anita menyentuh pundak Kei dan tersenyum.
Benar Bu? terima kasih, terima kasih." Kei menundukkan kepala berkali kali dan tersenyum senang.
"Kalau begitu, kau langsung pulang dan jangan membuat Ayah dan Ibumu khawatir."
"Baik Bu." Jawab Kei.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Surya pada Raiden. Raiden menganggukkan kepala. Lalu ia berdiri dan melangkahkan kakinya keluar rumah di ikuti yang lain.
"Kei, Bapak sama Ibu pergi dulu ya, dan kau cepat pulang."
"Baik."
Setelah berbicara dengan Kei, Anita dan Surya masuk ke dalam mobil, sementara Raiden sudah lebih dulu menunggu mereka di dalam mobil. Lalu Raiden mulai menjalankan mobilnya dan meninggalkan halaman rumah Surya.
Kei hanya bisa menatap kepergian mereka dengan sedih, dadanya sesak merasakan sakit yang luar biasa serasa di pukul pakai palu godam. "Layla," gumamnya lirih, lalu dengan langkah gontai, Kei berjalan meninggalkan rumah Layla dengan perasaan hancur.
"Layla."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Rini susanti
betul itu thor
2020-04-08
0
Abdurrohman
sebel banget sama abdul
2020-04-07
0
rusmiati rusmiati
layla baik banget sih
2020-03-10
0