Gosip di sekolah tentang Layla dan Kei pun terdengar oleh ke dua orang tua Layla. Tapi orang tua Layla masih menanggapi hal itu biasa dan bisa di atasi.
"Layla sayang, benarkah kabar yang Ibu dengar tentang kau dan pemuda itu di sekolah?" tanya Anita dengan lembut di suatu pagi.
"Benar Ibu, aku mencintainya" jawab Layla dengan sedih apabila mengingat Kei.
"Putri Ayah sudah dewasa tapi Layla sayang, kau masih bisa dapatkan pemuda lain selain dia." Surya ikut bicara.
"Tidak Ayah, aku tidak mau yang lain selain Kei."
Anita dan Surya saling tatap sesaat. Lalu mereka terdiam tidak melanjutkan pembicaraan karena melihat raut wajah Layla yang terlihat sedih. Anita maupun Surya sangat memanjakan keinginan Layla. Tapi Layla adalah anak yang mandiri dan tidak manja sedari kecil.
"Baiklah Layla, sudah siang. Ayah antar kau ke sekolah." Surya bangkit dari duduknya dan mengecup puncak kepala Anita terlebih dahulu sebelum meninggalkan rumah. Layla pun bangun dari tempat duduk dan menyusul Surya dari belakang. Anita menatap punggung putrinya sambil menggelengkan kepala.
"Apa yang harus Ibu lakukan supaya kau ceria lagi nak" gumam Anita pelan. Lalu ia kembali masuk ke dalam rumah. Ia berpikir kalau Layla sedang merasakan cinta monyet saat remaja. Suatu hari nanti juga akan normal kembali. Itu sudah biasa di kalangan remaja. Anita tersenyum mengingat ucapan Layla tadi.
***
Sesampainya di gerbang sekolah seperti biasa, Surya menurunkan Layla lalu ia kembali ke kantornya. Layla berjalan tergesa gesa memasuki gerbang sekolah lalu ia mencari Kei di setiap sudut ruangan sekolah. Tapi Kei tidak ada di mana mana.
"Kei, kau di mana?" ucap Layla dengan mata berkaca kaca.
"Layla?" sapa Valeri dari arah belakang.
Layla menoleh menatap ketiga temannya yang sudah berdiri di hadapannya.
"Asha, Valeri, Stela, Dimana Kei?" tanya nya sambil mengguncang lengan temannya satu persatu.
"Aku tidak tahu, Layla." Stela menatap sekitar halaman sekolah. Mencari keberadaan Kei, tapi Kei tidak ada di sekitar halaman. Bahkan mereka menunggu Kei di gerbang sekolah sampai bel berbunyi.
"Jika hari ini Kei tidak masuk sekolah, nanti siang kita kerumahnya, bagaimana?" kata Asha.
"Aku setuju, bagaimana dengan kau Layla?" tanya Valeri.
"Iya, aku mau."
Asha, Valeri dan Stela tersenyum menganggukkan kepala. "Jadi kau tidak perlu khawatir ya?"
Layla menganggukkan kepala dan tersenyum tipis, "terima kasih."
"Ayo kita masuk ke dalam kelas, bel sudah berbunyi." Asha menarik tangan Layla membawanya masuk ke dalam kelas.
Selama jam pelajaran di mulai Layla hanya melamun memikirkan Kei. Dia sama sekali tidak memperhatikan pelajaran. Dia lebih banyak menuliskan sebuah syair untuk Kei. Dia sama sekali tidak memperhatikan pelajaran yang di berikan Hana. Hana sebagai Guru kelas, menyadari akan hal itu. Tapi ia belum berencana untuk menegur Layla. Tapi Hana akan melaporkannya kepada pemilik sekolah ini, yaitu Surya.
Waktu terus berlalu, bel tanda jam belajar telah habis pun mulai terdengar. Semua siswa berhamburan keluar kelas dan pulang ke rumah masing masing. Sementara Layla belum mau pulang. Karena ia dan temannya akan berencana pergi ke rumah Kei.
Valeri, Asha, Stela dan Layla bergegas menuju halaman sekolah. Mereka menggunakan mobil Valeri untuk pergi kerumah Kei.
Dan tak butih waktu lama, akhirnya mereka sampai di halaman rumah Kei. Valeri, Stela dan Asha keluar dari pintu. Sementara Layla harus menunggu dulu di dalam mobil.
"Tok tok tok!"
Asha mengetuk rumah Kei berkali kali. Beberapa detik kemudian suara langkah kaki dari dalam rumah dan membuka pintu.
"Cari siapa? hei kalian?" Sapa Alya begitu keluar dari pintu menatap Asha dan yang lain.
"Siang Tante." Ucap mereka serempak.
"Iya anak anak? kalian ada apa?" Tanya Alya sembari matanya menatap mobil yang terparkir di halaman rumah. Alya sama sekali tidak melihat Layla ada di dalam mobil.
"Kei ada Tante? kami mau menengok ke adaannya Kei" ucap Stela hati hati supaya tidak ketahuan.
Sesaat Alya terdiam. Ia mencoba berpikir ulang baik dan buruknya membiarkan teman Kei untuk bertemu. Tapi ada baiknya juga Kei bertemu temannya supaya dia tidak sedih lagi, pikir Alya, "boleh, silahkan kalian masuk."
"Terima kasih tante" jawab Valeri. Lalu Alya mengantarkan ke tiga temannya ke dalam kamar Kei. Dan memberikan ruang untuk mereka berbincang bincang.
"Kei.." sapa Stela menatap Kei yang terlihat murung.
"Kalian?" Kei terkejut melihat tiga temannya sudah ada di kamarnya, "dimana Layla?"
"Hufffttt" Asha memutar bola matanya saat mendengar Kei bertanya keberadaan Layla ketimbang menyambut kedatangan mereka.
"Hihihi, kau tidak perlu khawatir, Layla ikut bersama kami. Tapi kami juga butuh kerjasama kau."
"Boleh, apa?" tanya Kei dengan antusias.
"Bagaimana kalau kau bujuk Ibumu supaya kita ngobrol di taman?" Asha mulai menjelaskan rencananya pada Kei.
"Tentu, ayo," ucap Kei, dia langsung berdiri dan bergegas keluar kamar di ikuti ke tiga temannya. Sesampai di ruang tamu mereka berpas pasan dengan Alya yang hendak pergi meninggalkan rumah.
"Eh, eh kalian mau kemana!" seru Alya langsung menarik tangan Kei.
"Bu, aku hanya ingin ngobrol di taman saja. Aku bosan di kamar terus" ucap Kei dengan manja membuat hati Alya luluh.
"Benar hanya itu? tidak ada niat kabur?" tanya Alya pada Kei.
"Aku janji." Kei mengangkat tangannya sembari tersenyum
"Baiklah, Ibu ijinkan. Tapi jangan lama lama ya."
"Baik Bu." Kei bersikap santai supaya tidak di curigai. Kemudian Kei dan yang lain bergegas ke luar rumah menuju taman yang ada di samping rumah. Sementara Alya pergi keluar rumah karena ada urusan.
Setelah di rasa aman, kemudian Valeri, Asha dan Stela memanggil Layla dan mengajaknya ke taman. Dan mereka sendiri berjaga jaga di samping rumah.
"Layla?"
"Kei!" seru Layla.
Layla langsung memeluk Kei dengan erat. Mereka saling mengucapkan kata rindu karena sudah beberapa hari tidak bertemu.
"Layla berjanjilah pada ke agungan cinta, bahwa kau akan tetap setia dan menungguku sampai ajal menjemput" ucap Kei meminta Layla untuk tidak meninggalkannya.
"Aku berjanji demi ke agungan cinta, aku tidak akan selalu setia sampai ajal menjemputku." Layla mengulang perkataan Kei. Lalu mereka kembali berpelukan seakan akan tidak akan terpisahkan lagi. Tak ada kata yang terucap dari bibir mereka masing masing. Hanya detak jantung yang terdengar karena tidak ada kata lagi yang mampu mewakili betapa besar cinta mereka berdua. Cinta datang masuk kedalam sanubari tanpa di undang. Bertahta dan saling tertawan, cinta datang bagai anak panah melesat dari atas langit bagaikan ilham dari sang maha hidup dan bersemayam di dalam jiwa.
"Kei, apa kau dilarang sekolah lagi?" tanya Layla.
"Iya Layla, Ibu dan Ayah juga mengurung aku di kamar." Mata Kei berkaca kaca.
Sesaat mereka terdiam dengan pikiran masing masing. "Bagaimana kalau aku rindu, Kei?" tanya Layla.
"Aku belum tahu, Layla. Akan aku pikirkan jalan keluarnya, kau tidak perlu khawatir." Kei kembali memeluk Layla erat.
Sementara itu, Valeri dan dua temannya yang menunggu, terlihat khawatir. Mereka berjalan mondar mandir karena melihat pembantu di rumah Kei, tengah memperhatikan.
"Sebaiknya kita pulang, sebelum Ibunya Kei datang." Stela menatap Kei dan Layla yang tengah berpelukan.
"Kau benar, sebaiknya kau datangi Layla dan ajak pulang." Valeri meminta Asha untuk menemui Layla di taman.
Asha menganggukkan kepala, lalu ia melangkahkan kakinya dengan tergesa gesa.
"Layla, ayo kita pulang" ucap Asha pelan.
"Tapi Asha-? Layla melepaskan pelukannya. Ia belum mau pisah dari Kei.
"Dengar Layla, Kei, masih ada hari esok untuk bertemu. Aku janji akan selalu membantu kalian." Asha matanya melirik kiri dan kanan.
Akhirnya Layla menuruti perkataan Asha walau dengan berat hati. Layla pun harus rela kembali berpisah dengan Kei.
"Layla, bersabarlah." Kei menggenggam erat tangan Layla. Layla menganggukkan kepala lalu balik badan menyusul Asha yang sudah lebih dulu melangkahkan kakinya.
"Layla..." gumam Kei sedih, dia tidak menyangka jika cintanya akan di tentang ke dua orang tuanya hanya karena bisnis.
Kei melangkahkan kakinya dengan gontai, lalu kembali masuk ke dalam. Ada terbersit di pikiran Kei untuk melarikan diri dan hidup bersama dengan Layla. Keinginan itu semakin kuat setelah bertemu dengan Layla.
"Aku akan mencari cara untuk pergi dari rumah ini." Pikir Kei.
Sementara itu Layla, dan yang lain sudah masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan Asha dan ke tiganya coba menghibur Layla supaya tidak sedih dan tetap semangat memperjuangkan cintanya pada Kei.
Dan benar saja, beberapa menit kemudian, Alya dan Abdul kembali pulang berbarengan dan langsung masuk ke dalam rumah.
Alya sendiri langsung masuk ke dalam kamar Kei untuk memastikan Kei ada di dalam kamarnya. Alya nampak lega melihat Kei masih ada di dalam kamarnya.
"Syukurlah Kei sudah mau nurut. Mungkin dengan mengijinkan teman teman wanitanya, Kei akan berubah lagi seperti dulu menjadi anak yang penurut" gumam Alya pelan sembari menutup pintu. Lalu ia melangkahkan kakinya menemui Abdul yang tengah duduk di teras rumah.
"Bagaimana Kei?" Abdul menoleh ke arah pintu menatap Alya yang baru saja memeriksa Kei.
"Kei dikamarnya, dia baik baik saja." Alya duduk di sebelah Abdul.
"Batasi teman temannya yang datang, jangan sampai teledor." Abdul mengambil koran yang ada di atas meja.
"Aku tahu, kau juga harus membantuku mengawasi Kei." Alya melirik sesaat ke arah Abdul yang tengah membaca koran.
"Itu tanggung jawabmu, aku seharian bekerja. Bagaimana mungkin aku bisa mengawasi Kei." Abdul memiringkan wajahnya menatap Alya.
Alya hanya diam menatap Abdul, tanpa menjawab lagi ucapannya. Lalu ia bangun dan berdiri, "aku ke dapur dulu Pak." Alya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
***
Sementara itu di rumah Layla. Anita dan Surya nampak sedih melihat kondisi putrinya tidak seperti dulu lagi. Kini sikapnya menunjukkan ketidak wajaran. Sekarang Layla tidak serapi dulu, Layla terlihat berantakan dan sering berbicara sendiri. Tubuhnya terlihat lebih kurus dan penampilannya berantakan.
Anita dan Surya berusaha membujuk Layla untuk melupakan Kei dan berpaling pada pria lain. Tapi usaha Anita dan Surya selalu gagal. Sehingga membuat Surya dan Anita sakit hati dan sedikit kecewa terhadap putri yang di idam idamkannya dulu.
Surya dan Anita masih tetap berusaha dan bersikeras supaya Layla mau membuka hati untuk pria lain. Walau usahanya seringkali gagal. Apalagi akhir akhir ini Layla seringkali keluar rumah diam diam. Itu bukanlah perilaku Layla selama ini. Tapi Anita dan Surya tidak tahu lagi harus bersikap apa terhadap Layla putri semata wayangnya itu.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Anita pada Surya.
"Bersabarlah, semoga Tuhan memberikan kita jalan keluar" jawab Surya sambil memijit pelipisnya, "teruslah berdoa, supaya Yang Maha Kuasa membukakan hati Layla."
Anita terdiam mendengar perkataan suaminya. Dia ingat sewaktu dulu ia sangat menginginkan seorang anak. Betapa mereka berjuang keras dan segala cara mereka lakukan. Usaha dan doa mereka akhirnya berbuah manis. Mungkin untuk menghadapi Layla sekarangpun Anita harus bersikap sama seperti dulu, pikir Anita. Anita menghela napas dalam lalu ia hembuskan pelan, "Jangan putus asa Pak." ucap Anita. Mengelus punggung Surya.
"Kau benar." Surya tersenyum getir mengingat Layla.
"Sebaiknya kau istirahat." Anita menyentuh pundak Surya dan tersenyum.
"Baik Bu." Surya bangkit dari duduknya lalu beranjak pergi memasuki kamar pribadinya.
Anita bangun dari kursi lalu melangkahkan kaki menuju kamar Layla. Ia membuka pintu kamar dan melihat Layla tengan berbaring di atas tempat tidur, setelah memastikan Layla sudah tertidur. Kemudian dia menutup pintu kamar Layla.
Layla tidak benar benar tidur. Ia tidak berhenti memikirkan Kej. Layla tidak dapat memejamkan matanya barang sedetik. Dia sangat sedih karena harus terpisah dengan Kei. Mengapa orang dewasa tidak mengerti? mengapa mereka sebegitu egoisnya? bukankah mereka juga pernah jatuh cinta? pikir Layla.
Terbersit dalam benaknya untuk pergi dari rumah dan hidup bersama di kota lain bersama Kei. Tapi Layla masih bisa memikirkan bagaimana dengan ke dua orang tuanya. Pasti mereka berdua akan terasa sangat hancur hatinya bila Layla benar benar pergi dari rumah. Tapi bagaimana dengan cintanya?
Layla bangun dan turun dari tempat tidur lalu duduk di depan meja. Ia mengambil alat alat lukis dan memejamkan mata sesaat sebelum memulai untuk melukis. Ia bayangkan tentang Kei, senyumnya, candaannya dan semua hal tentang Kei. Layla membuka matanya perlahan lalu mulai melukiskan apa yang sedang dia rasakan. Dengan penuh penjiwaan jari jemarinya yang terlihat kurus dan lentik mulai melukiskan cat minyak ke kanvas. Dengan sepenuh hati dia ungkapkan semua perasaannya lewat lukisan tanpa terasa setiap bulir air mata jatuh dari sudut matanya. Layla menghentikan jari jemarinya lalu berucap.
"Ya Tuhan, apakah cintaku suatu dosa?" ucapnya lirih, "Jika ke agungan cinta dapat membebaskan jiwaku terbang ke hadiratMu ya Rabb, maka akan aku jalani dengan segenap jiwaku." Layla memejamkan matanya sesaat. Lalu ia kembali melukis, ditemani keheningan malam menambah suasana menjadi romantis bagi Layla. Suara burung hantu yang terdengar lewat jendela kamat yang terbuka, angin yang berhembus menyapa kulit Layla terasa sangat dingin menembus ke tulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Kapten Rajo Devi
bucin tingkat dewa ini mah, masih kecil-kecil
2020-11-27
0
Kapten Rajo Devi
bucin tingkat dewa ini mah, masih kecil-kecil
2020-11-27
0
Selviani
kls brp sih ini?
2020-04-08
0