Semalaman Layla tidak tidur sama sekali. Malam itu ia habiskan untuk melukis hingga pagi buta lukisan Layla baru selesai. Tiba tiba jendela kamar Layla ada yang mengetuk dari luar. Sesaat Layla terdiam dan mengabaikan suara ketukan dari jendela. Semakin lama ketukan jendela itu semakin kencang. Layla pun akhirnya bangun dari tempat duduknya dan mendekati jendela lalu membukanya. Nampak Kei di bawah jendela dengan tas ransel di punggungnya.
"Kei?" Ucap Layla terkejut.
"Layla, ayo kita pergi dari sini" ucap Kei sembari menengok kiri dan kanan khawatir ada yang melihat.
"Tapi Kei, bagaimana dengan Ayah dan Ibu?" tanya Layla menatap Kei.
"Layla, kapan kita punya kesempatan lagi!" seru Kei sudah tidak ada waktu lagi kalau harus diskusi.
"Baiklah Kei. " Tanpa pikir panjang Layla bergegas membereskan beberapa pakaian dan di masukkan ke dalam tas punggung berukuran kecil. Lalu ia bergegas keluar lewat jendela dan tidak lupa menutupnya kembali.
"Kita kemana Kei?" tanya Layla pada Kei.
"Nanti kita pikirkan sambil jalan" jawab Kei. Lalu mereka berdua mengendap endap meninggalkan rumah Layla. Mereka terus berjalan hingga di tepi jalan raya.
"Kita pergi ke kota lain Layla, dimana tidak ada orang yang menentang cinta kita." Kei tersenyum menatap Layla yang terlihat bahagia bisa bersama lagi dengan Kei kekasih hatinya.
"Terserah kau saja Kei." Layla menggelayut manja di lengan Kei.
Sepuluh menit berlalu mereka menunggu angkutan umum dengan cemas. Karena mereka khawatir akan di ketahui oleh orang tua masing masing. Tak lama kemudian sebuah angkutan umum berhenti tepat di hadapan mereka. Lalu mereka berdua pun naik ke dalam angkutan umum dengan perasaan lega. Sepanjang perjalanan Kei dan Layla berpagut tangan seakan tidak mau berpisah. Tak lama kemudian angkutan umum itu berhenti di sebuah terminal di Jakarta. Kei dan Layla turun dari angkutan umum setelah membayarnya pada supir.
"Kita cari kontrakan di sekitar kota ini, Layla." Kei menatap Layla. Layla hanya menganggukkan kepala.
Kemudian Kei dan Layla kembali melangkahkan kakinya dan bertanya pada orang orang sekitar gang sempit di kota Jakarta. "Bu, saya mau tanya. Apakah di daerah sekitar sini ada kontrakan?" tanya Kei pada seorang wanita paruh baya penjual kopi di sebuah warung kecil.
"Kebetulan sekali, saya ada kontrakan kosong dek" jawab wanita itu pada Kei.
"Boleh kami melihatnya?" tanya Kei lagi.
"Tentu, mari dek." Wanita itu beranjak keluar dari warungnya lalu menunjukkan letak kontrakan yang dia maksud.
"Ini kontrakannya dek."
Kei dan Layla menatap tiga buah rumah berukuran sedang berjajar dengan cat berwarna biru. Terlihat sedikit kotor dari luar tapi Kei dan Layla tidak punya pilihan karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk menyewa rumah yang lebih bagus.
"Bagaimana dek?" tanya wanita itu.
"Baik Bu, saya ambil satu" jawab Kei.
Wanita itu langsung membuka pintu rumah itu dan mempersilahkan Kei dan Layla masuk. Setelah sepakat dengan harganya Kei langsung membayar untuk dua bulan ke depan. Kemudian wanita itu menyerahkan kunci rumah pada Kei tanpa bertanya apa apa lagi.
"Terima kasih Bu."
"Iya sama sama, saya pergi dulu. Kalau ada apa apa datang saja ke warung saya" imbuh wanita itu lalu meninggalkan Layla dan Kei.
"Layla, tidak apa apa bukan kita tinggal di kontrakan ini?" tanya Kei pada Layla.
"Tidak apa apa Kei, asalkan bersamamu di manapun aku mau." Mata Layla berbinar.
"Terima kasih." Kei memeluk Layla sesaat lalu mencium puncak kepala Layla dan menghirup aroma wangi rambut Layla. Setelah itu mereka mulai membereskan pakaian setelah membersihkan rumah itu terlebih dahulu. Rumah sederhana yang hanya memiliki satu kamar, ruang tamu dan kamar mandi. Kei membagi tempat untuk tidur nanti malam. Layla tidur di kamar sementara Kei tidur di kursi ruang tamu yang sudah tersedia dari si pemilik kontrakan.
Mereka tidak tahu, jika kepergiannya menggegerkan dua keluarga. Yaitu keluarga Abdul dan Surya. Mereka juga tidak tahu kalau dua keluarga itu tengah mencari mereka dengan perasaan sedih dan kecewa.
***
"Pak, cepat lapor polisi." Anita tidak berhenti menangis meratapi kepergian Layla.
"Sabar Bu, Aku juga sedang mengerahkan orang orang untuk mencari Layla. Jika siang nanti mereka tidak dapatkan kabar Layla. Kita lapor polisi." Surya sama bingung dan sama sedihnya seperti Anita.
Surya terus mengerahkan semua orang orang bayarannya untuk mencari Layla ke pelosok kota Jakarta. Surya orang terpandang dan di segani bukan hal yang sulit untuk membayar orang orang untuk mencari putri satu satunya.
Waktu terus berlalu, akhirnya sampai siang belum ada kabarnya. Lalu Surya melaporkan hal ini pada pihak kepolisian.
"Jika dalam 24 jam putri Bapak tidak kembali, maka kami akan mengusut tuntas keberadaan putri Bapak." ucap salah satu anggota Polisi yang bertugas.
"Baik Pak" jawab Surya, lalu ia kembali pulang ke rumah setelah melaporkan ke pada pihak Polisi tentang putrinya yang pergi dari rumah pagi tadi.
Begitu pula yang terjadi dengan keluarga Abdul dan Alya. Mereka kebingungan mencari Kei. Semua teman sekolah nya di hubungi oleh Abdul, tapi tak seorang pun tahu akan keberadaan Kei. Abdul dan Alya meminta bantuan Yuda untuk mencari Kei.
***
Satu minggu berlalu masa pencarian. Akhirnya Abdul dan Alya terlebih dahulu menemukan Kei dan Layla. Dengan sangat geram Abdul dan Alya mendatangi kontrakan di mana Layla dan Kei berada. Kesalah pahaman pun terjadi saat Abdul dan Alya tahu jika Kei dan Layla tinggal satu rumah tanpa ada ikatan pernikahan.
"Plakkk!"
Abdul menampar keras pipi Kei hingga oleng ke samping. Kei menahan rasa sakit di pipinya sembari menatap tajam Abdul.
"Memalukan! begini kelakuanmu Kei!" seru Abdul dengan nada tinggi, "sekarang juga kau pulang!"
"Tidak! tidak akan pernah Ayah!" Kei balik badan memeluk Layla dengan erat.
"Kalian benar benar kotor dan tidak terpuji!" Alya menimpali kata kata Abdul.
"Tutup mulutmu Tante! Kau sama sekali tidak boleh bicara seperti itu kepada kami!" Layla merasa harus meluruskan apa yang sebenarnya. Mereka tidak sekotor apa yang di pikirkan Abdul dan Alya.
"Anak kecil diam kau!" Abdul berjalan mendekat dan langsung menarik tangan Kei supaya menjauh dari Alya.
"Kau gadis murahan! kau tidak pantas untuk putraku Kei!"
"Plakkk!
Alya menampar Layla. Tapi Layla tidak bergeming sedikitpun bahkan dia tidak merasakan sakit di pipinya. Lebih sakit tuduhan Alya kepadanya.
"Kau boleh menghinaku sesuka hatimu Tante, tapi kau tidak bisa memisahkan kami. Kau tidak bisa menghina ke agungan cinta!" seru Layla menatap tajam Alya.
"Oho, beraninya kau menggurui kami anak ingusan!"
"Cukup Ibu! Jangan sakiti Layla! aku tidak sanggup melihatnya" ucap Kei dengan nada bergetar.
"Jika kau tidak ingin kami menyakitinya, turuti apa mau kami! sekarang juga kau pulang dan jangan pernah menemui gadis murahan ini!" Alya semakin membenci Layla dan dari bibirnya terus mengeluarkan kata kata penghinaan.
"Baik Ibu, aku ikut" jawab Kei dengan terpaksa. Lalu mengalihkan pandangan pada Layla dengan mata berkaca kaca.
"Kei!" seru Layla tidak setuju dengan keputusan Kei.
"Layla, percayalah, aku akan kembali menjemputmu!" seru Kei di sela sela langkahnya, dengan tatapan terus ke arah Layla.
"Kei!"
"Diam kau, jangan bermimpi untuk menikah dengan Kei. Lihat dirimu sendiri, kau terlihat menjijikkan dan seperti seorang gila." Alya menatap tajam Layla. Lalu ia balik badan meninggalkan kontrakan itu.
"Kei!"
Layla terus berlari mengejar Kei sampai ke halaman rumah kontrakan. Tapi Sayang, Abdul dan Alya sudah membawa Kei pergi meninggalkan Layla sendirian. Layla menjatuhkan tubuhnya di tanah dan terduduk. Ia menangis sekeras kerasnya sembari memanggil Kei. Dia tidak perduli orang sekitar memperhatikannya dan mentertawakan di belakang Layla.
"Hatiku lebih sakit jika jauh dari sisimu Kei, Aku tidak sanggup lagi untuk menanggung beban ini Kei" ucap Layla lirih di sertai isak tangis yang menyayat hati. Tapi siapa yang perduli?
Lima belas menit berlalu setelah kepergian Kei. Layla masih tetap duduk di tanah halaman rumah kontrakan dan terus menangis tersedu sedu. Tiba tiba sebuah mobil putih milik Surya dan Anita berhenti tepat di hadapan Layla. Surya dan Anita langsung turun dari mobil dan mendekati Layla lalu memeluknya erat. Mereka tidak percaya melihat keadaan Layla yang mengenaskan. Terlihat kurus dan tak terawat, rambutnya panjang tak beraturan.
"Layla, kenapa kau jadi seperti ini nak" ucap Anita dengan nada bergetar. Ia sangat tidak tega melihat putrinya memilih hidup sengsara demi orang yang di cintainya.
"Kita pulang sayang." Anita membelai rambut Layla, matanya melihat orang orang yang mentertawakan Layla. Ia berdiri dan menatap kesal pada warga sekitar.
"Apa yang kalian lihat! pergi!" Anita menyeka air matanya, lalu ia kembali jongkok di hadapan Layla.
"Ibu, maafkan Layla." Layla memeluk erat Anita dan menangis di pelukan Anita.
Surya hanya bisa diam memperhatikan Putrinya, sambil berpikir keras dan mencoba mencarikan jalan keluar untuk putri kesayangannya itu.
Melihat putrinya menderita, Surya tak sampai hati, akhirnya hati Sang Ayah pun melunak. Surya berniat untuk melamar Kei supaya menjadi pasangan hidup Layla.
"Layla kita pulang, Ayah akan coba melamar Kei untuk kamu nak" ucap Surya dengan lembut. Akhirnya atas bujukan Surya, Layla pun mau kembali ikut bersama Ayah dan Ibunya.
"Ayo sayang." Anita membantu Layla berdiri dan memapahnya masuk ke dalam mobil. Di susul Surya dari belakang. Hari itu juga pelarian Kei dan Layla berakhir. Cinta yang mereka miliki terus di uji entah sampai kapan.
***
Sejak peristiwa itu, Abdul menempatkan penjagaan di setiap sudut rumahnya. Dia tidak ingin kecolongan untuk yang ke dua kali. Dan dia berpikir hanya dengan cara itu akan mampu merubah perasaan Kei terhadap Layla. Namun apa yang di pikirkan Abdul itu salah besar.
Saat Abdul dan Alya tengah duduk di teras rumahnya, dia di kejutkan dengan kedatangan Surya dan Anita. Kedatangan mereka berdua pun di sambut baik Alya dan Abdul. Tanpa basa basi Abdul dan Alya mempersilahkan Surya dan Anita masuk ke dalam rumah dan langsung bertanya apa maksud kedatangan mereka berdua.
"Kami datang ke sini bermaksud melamar Kei untuk putriku Layla" kata Surya dengan sangat sopan.
"Melamar?" sela Alya dengan nada sinis menatap Surya dan Anita.
"Apalagi di kehidupan ini yang di butuhkan selain cinta dan kekayaan, dan kami memiliki ke duanya untuk putra anda yang bernama Kei." Surya menjelaskan panjang lebar pada Abdul dan Alya, supaya lamarannya di tetima oleh kedua orangtua Kei. Namun di luar dugaan Surya dan Anita. Bukannya lamaran mereka di terima, justru sebaliknya mereka mendapat hinaan.
"Kami sangat berterima kasih dan menghargai niat Pak Surya melamar putra kami. Tapi-?"
"Tapi apa? kami memiliki ke duanya?" Surya mengerutkan dahi menatap Abdul.
"Tapi maaf, kami tidak akan memberikan putra kami untuk Layla" jawab Abdul dingin.
"Tapi kenapa?" tanya Anita pada Abdul.
"Coba anda lihat penampilan putri anda? kotor tak terawat dan seperti orang abnormal."
Ucapan Abdul seakan menampar wajahnya. Dan Surya tidak membantah apa yang di ucapkan Abdul. Tapi Ayah mana yang kuat mendengar putri kesayangannya di hina.
"Baiklah jika kau menolak tidak mengapa, tapi apa yang putriku tampilkan belum tentu seburuk yang kalian katakan. Bisa saja di mata Sang Pencipta putriku lebih tinggi derajatnya di banding anda Tuan Abdul. Surya mendengus kesal. Giginya gemeletuk menahan amarah. Selesai bicara seperti itu Surya dan Anita kembali pulang dengan tangan hampa.
"Mulut mereka lebih kotor dari pada penampilan putri kita." Anita masih terasa sakit atas penghinaan Abdul dan Alya. Tapi apa daya mereka tidak bisa berbuat apa apa. Layla memang telah jauh berubah, bahkan Surya pun hampir tidak mengenali putrinya sendiri. Layla yang dahulu selalu rapih dan manis kini penampilan Layla mirip anak anak jalanan.
"Sudahlah Bu, hak orang lain menilai putri kita seperti apa, kita jangan sampai terpancing emosi dan ikut berkata kurang baik terhadap orang lain" jawab Surya menenangkan hati istrinya.
"Apa yang harus kita katakan pada Layla, Pak?" tanya Anita.
Surya menggelengkan kepala, ia sendiri tidak tahu harus bicara apa lagi.
Sesampainya di rumah, Layla langsung menghampiri Anita dan Surya yang baru saja masuk dari arah pintu.
"Ibu, Ayah, kalian sudah pulang," Layla tersenyum. "Bagaimana Bu, Yah?" tanya Layla.
Anita dan Surya saling pandang sesaat, "sebaiknya kau lupakan Kei." Surya melangkahkan kakinya dan duduk di kursi.
Layla berjalan menyusul Surya, "Tapi kenapa Yah?" tanya Layla.
"Mereka menolaknya, Nak." Anita merangkul pundak Layla dan memeluknya.
Bagaikan di sambar petir, perasaan Layla hancur. Harapannya seakan sirna, "Ya Rabb, Engkau uji lagi cinta kami."
Layla melepas pelukan Anita, wajahnya tengadah menatap ke arah Ibunya.
"Apa salahku, Bu?" tanya Layla.
Anita terdiam menatap Layla, lalu beralih menatap Surya. Ia memberi kode pada Surya meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan Layla
Surya bangun dari duduknya, lalu mendekati Layla. "Kau tidak salah Nak, kau hanya masih anak anak" jawab Surya menundukkan kepala.
"Benar hanya itu?" tanya Layla. Ia menatap wajah Ayahnya.
Surya menganggukkan kepala, saat ini ia tidak ingin menambah susah hati Layla, hanya jawaban itu yang Surya miliki saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
rhien90
Kabur ajah key...bawa layla ke planet mars hihihi
2020-09-30
0
ristanto Prayogi
sombong amat jadi orang
2020-05-09
0
Tina subianto
kawin lari?
2020-05-09
0