NovelToon NovelToon

Kei Dan Layla

Chapter 1: Awal mula.

Anisa York dan Surya Alvin adalah sepasang suami istri yang sudah berusia empat puluh tahun. Mereka pengusaha terkenal dari Indonesia dalam bidang Game Theory. Pernikahan mereka sudah memasuki yang ke dua puluh tahun, namun sampai hari ini mereka belum juga di karunia seorang anak. Mereka sudah sangat merindukan terdengar suara tangisan bayi di dalam rumah mereka yang sangat megah. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan keturunan. Tapi sampai detik ini mereka belum mendapatkannya.

"Kita sudah melakukan banyak cara tapi belum ada tanda tanda akan ada si kecil di rumah ini" ucap Anisa pada suaminya yang tengah berbaring di atas tempat tidur.

"Berdoa, itu satu satunya jalan" jawab Surya Alvin sembari memejamkan matanya. Hatinya serasa di iris setiap kali sang istri mempertanyakan kapan dia akan hamil seperti wanita lain.

"Hmm.." Anita hanya menghela napas dalam mendengar jawaban suaminya, ia pun naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Surya.

Sesaat hening dan sunyi di kamar itu, hanya terdengar suara cicak seakan mentertawakan mereka, yang tiada lelah berusaha dan berdoa pada sang Ilahi. Jam dinding terus berbunyi waktu terus bergulir tanpa terasa mereka pun terlelap tidur pulas karena kelelahan setelah seharian bekerja.

***

Pagi yang cerah bagi Anita. Anita sudah bangun dan seperti biasanya ia lakukan tiap hari mempersiapkan semua keperluan Surya. Tiba tiba dia merasakan pusing dan mual mual serasa pahit di lidah.

"Hoekk!!

Anita memegang perut dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya mencengkram kursi meja makan, Surya yang tengah duduk menikmati sarapannya menoleh menatap Anita. Surya berdiri dan melangkahkan kakinya menghampiri Anita.

" Kau kenapa?" tanya Surya pada Anita sembari memegang pundak Anita dengan raut wajah cemas.

"Sepertinya aku masuk angin Pak" jawab Anita melirik sesaat ke arah Surya lalu ia bergegas setengah berlari ke kamar mandi. karena Anita merasakan perutnya mual dan ingin memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya.

Surya berdiri terpaku menatap Anita yang berlari ke kamar mandi. Surya mendengar Anita muntah muntah akhirnya ia pun menyusul Anita ke kamar mandi yang tak jauh dari ruang makan.

Surya menatap Anita dan memijit tengkuk Anita. "Bu, kau baik baik saja? bagaimana kalau aku panggil dokter?" tanya Surya pada Anita.

Anita menganggukkan kepala. "Iya Pak."

Kemudian Surya merogoh saku celana dan mengambil ponselnya. Surya membuka layar ponsel dan menekan satu nama. Ia dekatkan ponsel di telinganya. Saat panggilan sudah terhubung Surya langsung menyapa Dokter.

"Halo Dok? bisa ke rumah saya sekarang?" tanya Surya dengan perasaan cemas.

"Baik Pak, tunggu dalam 15 menit saya sampai" jawab Dokter di ponsel.

"Baik." Surya memutus panggilan ponselnya dan memasukkan kembali ponsel ke saku celananya.

"Bagaimana Pak?" tanya Anita pada Surya sambil memijit pelipisnya yang terasa pusing.

"Dia akan datang, ayo aku antar kau ke kamar, Bu."

Surya memapah Anita berjalan menuju kamarnya. Lalu ia membaringkan tubuh Anita di atas tempat tidur. Dan menarik sebuah selimut untuk menutupi tubuh Anita. Kemudian ia kembali ke luar kamar dan menunggu Dokter di teras depan rumahnya.

Lima belas menit berlalu, Surya menunggu akhirnya Dokter itu telah tiba di halaman rumahnya. Nampak sebuah mobil Avanza berwarna putih menepi. Surya langsung bangkit dari duduknya dan menyambut kedatangan Dokter Adrian. "Pagi Dok." Sembari mengulurkan tangan.

"Pagi Pak Surya." Dokter mengulurkan tangan menyambut uluran tangan Surya.

Surya kemudian mempersilahkan Dokter masuk ke dalam rumah langsung menuju kamar pribadinya. Disela sela langkahnya Surya menceritakan apa yang terjadi pada Anita baru saja.

Sesampainya di kamar, Dokter meminta Surya untuk menunggu di luar kamar. Lalu Surya pun mengikuti apa yang di katakan Dokter. Ia menunggu di luar kamar dengan cemas. Karena ini baru pertama kali terjadi pada Anita.

Sepuluh menit berlalu, akhirnya Dokter Adrian memanggil Surya untuk masuk ke dalam kamar.

Dengan wajah cemas karena mengkhawatirkan Anita. Surya langsung bertanya pada Dokter Adrian. "Apa yang terjadi dengan istriku dok? apa dia baik baik saja?" tanya Surya pada Dokter.

Dokter Adrian tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Surya, ia menoleh ke arah Anita yang tengah tersenyum membuat Surya bingung.

"Bapak tidak perlu khawatir. Sebentar lagi Pak Surya akan menjadi seorang ayah" jawab Dokter merasakan ikut bahagia. Karena selama ini Dokter Adrian ikut membantu dalam pengobatan Anita supaya bisa hamil. "Selamat ya Pak."

"Aku akan jadi Ayah?" ucapnya, mata melebar menatap Anita. Mencoba meyakinkan pendengarannya bahwa ia tidak salah mendengar. Anita mengangguk mengiyakan ucapan Dokter.

"Bu Anita sudah hamil, dan usia kandungan menginjak tiga minggu" ucap Dokter Adrian sembari menuliskan beberapa resep untuk di beli Surya.

"Kita punya anak Bu, terima kasih Tuhan" ucapnya lirih. Lalu ia memeluk Anita dengan segenap perasaan yang ia miliki. Betapa bahagianya Surya. Setelah sekian lama menunggu. Akhirnya Anita memberikannya seorang keturunan.

"Ini resep yang harus di beli, dan Bu Anita harus banyak istirahat jangan terlalu capek." Dokter memberikan secarik kertas pada Surya yang berisi catatan resep obat yang harus di beli. Surya menerima kertas itu dengan wajah sumringah.

"Terima kasih Dok" ucapnya dengan tersenyum lebar.

"Sama sama Pak, saya permisi dulu harus ke rumah sakit." Jawab Dokter sembari menundukkan kepala sesaat. " Mari Bu."

"Mari aku antar ke depan." Surya mempersilahkan Dokter untuk berjalan lebih dulu. Di ikuti Surya berjalan sejajar dengan Dokter. Di sela sela langkah Dokter Adrian memberikan beberapa tips untuk menjaga kehamilan Anita.Hingga tak terasa mereka pun sampai di halaman rumah.

"Mari Pak" ucap Dokter Adrian menatap Surya sesaat lalu ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan halaman rumah Surya. Surya menganggukkan kepala dan tersenyum menatap Dokter Adrian. Selepas mengantar Dokter Adrian Surya kembali masuk ke dalam rumah dan meminta asisten rumah tangganya mbok Darmi untuk membawakan susu hangat ke kamar Anita.

"Terima kasih, akhirnya kau memberikan aku seorang anak" ucap Surya sembari duduk di tepi tempat tidur.

"Puji Tuhan Pak, aku sangat bahagia sekali. Aku akan menjaga bayi dalam kandunganku dengan baik." Jawab Anita tersenyum lebar.

"Cup!"

Surya mencium kening Anita sesaat, lalu terdengar suara langkah mbok Darmi membawakan susu hangat dan di letakkan di atas meja di samping tempat tidur.

"Selamat ya Pak, Bu. Saya ikut bahagia dengan kabar ini" ucap mbok Darmi. Dia sempat mendengar perbincangan Dokter dan Surya tadi.

"Terima kasih mbok."

"Mbok, aku harus ke kantor. Tolong kau jaga Ibu. Kalau ada apa apa hubungi aku secepatnya" ucap Surya pada mbok Darmi. Mbok Darmi menganggukkan kepala menatap Surya.

"Aku pergi dulu, kau baik baik di rumah dengan mbok."

Anita menganggukkan kepala. "hati hati di jalan Pak."

Surya menganggukkan kepala. Lalu ia melangkahkan kakinya meninggalkan rumah menuju kantor tempat ia bekerja.

Sesampainya di kantor. Surya memberitahu kabar bahagia ini pada seluruh karyawannya dan memberikan hadiah pada seluruh karyawan dengan membagikan buah buahan pada seluruh jajaran pegawainya.

***

Hari berganti, bulan pun berganti. Kehamilan Anita semakin besar dan menginjak usia sembilan bulan. Hari hari ia habiskan di rumah. Selain periksa ke Dokter kandungan ia juga rajin senam khusus untuk wanita hamil. Tentu saja apapun kegiatan Anita selalu di dampingi Surya. Untuk pertama kali selama bertahun tahun menunggu kehadiran seorang anak akan segera terwujud.

Hingga di sore hari, saat Surya baru saja sampai di halaman rumahnya dan menepikan mobil. Ia mendengar suara Anita tengah meringis kesakitan. Lalu ia bergegas masuk ke dalam rumah dengan perasaan takut dan panik. Surya melihat Anita tengah memegang perutnya. "Ada apa Bu?" tanya Surya sembari mengangkat tubuh Anita yang melorok ke bawah kursi.

"Sepertinya aku mau melahirkan Pak" jawabnya sembari menahan sakit yang hebat di perut.

"Mbok! mbok!" Surya memanggil mbok Darmi. Tak lama kemudian mbok Darmi dan mang Usman datang dari arah dapur dengan tergopoh gopoh. "Ya Pak" jawab mereka serempak.

"Mang Usman cepat siapkan mobil, Ibu mau melahirkan!" Seru Surya dengan panik.

Pak Usman langsung berlari keluar setelah mengambil kunci mobil lain di dalam lemari di dapur. Lalu Surya memapah Anita di bantu mbok Darmi untuk keluar rumah menuju mobil yang sudah di persiapkan Pak Usman.

"Mbok, nanti mbok menyusul dan membawa keperluan Ibu. Mbok naik taksi online saja." Ucap Surya sembari menutup pintu.

"Baik Pak." Saut mbok Darmi lalu masuk ke dalam rumah dengan tergesa gesa mempersiapkan semua keperluan Anita. Bagi mbok Darmi dan Pak Usman, Surya dan Anita adalah majikan mereka yang paling baik. Tak pernah membedakan status. Itulah yang membuat mbok Darmi dan Usman betah bekerja di rumah Surya.

Sementara itu Anita terus meringis kesakitan di dalam mobil. "Aduh Pak, sakit Pak" ucapnya berkali kali sembari tangannya mencengkram lengan Surya.

"Sabar Bu, sebentar lagi kita sampai" jawabnya sembari mengusap keringat di wajah Anita menggunakan tisu basah.

Tak lama kemudian Surya telah sampai di halaman rumah sakit Kasih Bunda. Usman menepikan mobilnya dan langsung keluar dari pintu mobil lalu membukakan pintu mobil belakang untuk Surya dan Anita. Surya langsung memapah Anita memasuki rumah sakit. Dan di bawa ke ruang persalinan oleh para suster. Sesampainya di ruang persalinan suster meminta Surya untuk menunggu di luar ruangan. Dengan wajah cemas dan takut, Surya terlihat mondar mandir menunggu di luar. Sementara Usman hanya duduk diam di kursi memperhatikan Surya yang terlihat panik. Jantungnya berdegup kencang tidak karuan. Dengan harap harap cemas menanti sang buah hati.

Tak lama kemudian Surya mendengar suara tangis bayi dari dalam ruang persalinan. Dengan membelalakkan matanya ia memanjatkan puji sukur pada Tuhan.

"Terima kasih Tuhan." Surya tengadah sembari kedua tangan di angkat ke atas sebatas dada lalu ia usapkan berkali kali ke wajahnya. Lalu ia tertawa kecil menghampiri Usman yang tengah memanjatkan doa. Surya memeluk Usman dengan rasa bahagia yang tak dapat dia ungkapkan dengan kata kata. Tak terasa sebutir air mata menetes di sudut matanya. "Anakku sudah lahir, anakku sudah lahir" ucapnya berkali kali sembari memeluk Usman.

"Ada apa Pak? Ibu baik baik saja?" tanya mbok Darmi tiba tiba sudah berdiri di belakang mereka dengan raut wajah cemas.

Surya melepaskan pelukannya lalu beralih menatap mbok Darmi. "Anak ku sudah lahir mbok " jawab Surya dengan nada bahagia. Dia tak dapat membendung kebahagiaannya. Lalu memeluk mbok Darmi.

Usman, Darmi dan Surya tertawa bahagia menyambut kehadiran sang buah hati. Dari arah pintu suara seseorang menyapa mereka. "Selamat ya Pak, Bapak memiliki seorang putri" ucap Dokter Adrian dari arah pintu.

"Putri?" ucap Surya melebarkan matanya, lalu Kembali Surya panjatkan doa pada Tuhan. Surya berterima kasih pada Tuhan karena telah mengabulkan doanya.

"Terima kasih Dok" jawab Surya. "Apa aku boleh masuk Dok?" tanya Surya pada Dokter.

"Silahkan."

Setelah Dokter memberikan ijin, Surya, Usman dan Mbok Darmi langsung masuk ke dalam ruangan untuk menemui Anita dan bayinya.

Nampak Anita tersenyum bahagia, meskipun tubuhnya masih lemas. Surya memeluk dan mencium puncak kepala Anita. Dan berkali kali mengatakan terima kasih pada Anita.

Tak lama seorang suster datang membawa seorang bayi yang masih merah di pangkuannya. Dengan berbalut kain warna merah jambu, bayi itu di serahkan pada Surya. Surya menerima bayi itu ke dalam pelukannya. Ia tatap bayi itu dalam dalam dan mengecup keningnya. Kemudian Surya mengadzani kuping si bayi. Setelah selesai lalu bayi itu ia serahkan pada Anita ke pangkuannya. Dengan meneteskan air mata Anita dekap erat sang bayi dan mencium pipinya dengan lembut. Kebahagian dan haru biru yang di rasakan Surya dan Anita tidak dapat di wakilkan dengan apapun. Kini rumah megahnya tidak akan sepi lagi. Akan terdengar suara tangis di pagi hari dan malam hari dari si bayi. Akan terdengar suara celotehan dan kenakalan yang akan mewarnai hidup Surya dan Anita.

****

Seminggu sudah Anita dan bayi nya dalam perawatan. Akhirnya Anita di ijinkan pulang membawa putrinya ke rumah. Setelah Surya menyelesaikan semua administrasi dan lain lain. Surya pun meninggalkan rumah sakit bersama Anita dan bayinya. Sesampainya di rumah mereka di sambut meriah oleh sanak keluarga dan Usman juga mbok Darmi.

"Selamat ya Surya, atas kelahiran putrimu." Ucap salah satu kerabat sambil memeluk Surya. Acara sukuran yang sudah di siapkan Darmi, Usman dan kerabatnya untuk menyambut kehadiran sang buah hatj Surya yang telah lama di nanti berlangsung meriah dan penuh kebahagiaan. Seolah olah alam semestapun ikut bahagia menyambut kehadiran putri Surya dan Anita. Nampak siang itu terlihat cerah dan angin berhembus sepoi sepoi memasuki rumah Surya.

Dua jam berlalu, akhirnya pesta penyambutan sang bayi pun telah selesai. Anita meletakkan bayinya di atas tempat tidur yang sudah di beri pernak pernik oleh mbok Darmi dan kerabatnya.

Hari hari berikutnya. Anita akan di sibukkan merawat si kecil. Karena dia berniat akan merawatnya sendiri tanpa bantuan baby sister. Kini Anita dan Surya tidak akan kesepian lagi. Hari hari sepi dan menjemukan sudah berakhir.

Chapter 2: Perkenalan.

Sore hari Surya baru kembali dari tempat ia bekerja. Surya keluar dari pintu mobil dan ia melihat seorang anak perempuan berusia tujuh tahun tengah berlari menghampirinya. "Ayaaahh!!" seru anak perempuan itu langsung memeluk Surya.

"Hai, Layla" ucap Surya. "Ibu dimana?" tanya Surya pada anak perempuan yang bernama Layla.

"Ibu di dalam Yah" jawab Layla dengan manja bergelayut di lengan Surya.

"Oh, ya sudah kita masuk ke dalam rumah, ya?" Surya mengangkat tubuh mungil Layla dan menggendongnya.

"Ayah kapan liburnya?" tanya Layla sembari tangan kanannya memainkan pipi Surya.

"Besok ayah libur Layla, kita jalan jalan. Apa kau suka?" jawab Surya tersenyum dan mengecup pipi Layla.

"Horeee!!" Layla tepuk tangan sambil tertawa kecil.

"Ada apa?" Anita yang tengah menyiapkan makanan di meja menoleh menatap Surya dan Layla yang tengah tertawa. "Ayo turun sayang, Ayah biar mandi dulu." Anita meraih tubuh Layla dari pangkuan Surya lalu mendudukkan Layla di atas meja.

"Ayah mandi dulu ya?" Surya mengecup pipi Layla dan melangkahkan kakinya memasuki kamar.

Anita selaku Ibu dari Layla. Setiap hari memperhatikan semua aktifitas Layla. Apa yang di suka dan apa yang tidak di sukai. Layla anak yang cerdas dan cantik, selain menyukai seni lukis dia juga sering melantunkan syair syair yang tidak di mengerti karena bahasanya masih belepotan dan perlu untuk belajar lagi.

"Ibu, Ayah kok lama sekali" ucapnya sembari memainkan kedua kakinya di bawah meja.

"Sebentar lagi Layla" jawab Anita sembari tersenyum menatap Layla.

Tak lama kemudian Surya telah selesai dengan dirinya. Lalu ia menghampiri putrinya yang masih duduk di atas meja.

"Hari ini kau melukis apa?" tanya Surya sambil menarik kursi lalu duduk di atas kursi.

"Boleh turunkan aku, Ayah?" Layla merentangkan kedua tangannya.

"Tentu sayang." Surya meraih tubuh Layla lalu menurunkannya dari atas meja. Setelah turun Layla langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil lukisannya dan menunjukkannya pada Surya. Tak lama kemudian Layla berlari dari kamar menuju ruang makan dan menghampiri Ayahnya dengan ke dua tangan di belakang menyembunyikan sesuatu.

"Boleh Ayah lihat?" Surya mengulurkan tangan kanannya menatap Layla. Layla menganggukkan kepala sambil menyerahkan sebuah kertas pada Surya.

Surya menerima kertas itu lalu memperhatikan gambar yang Layla lukis di atas kertas. Meski masih terlihat berantakan tapi Layla sudah menunjukkan bakatnya sedari kecil. Nampak sebuah lukisan dengan gambar dua orang dewasa dan satu anak kecil sedang berpegangan tangan dan terdapat tulisan di setiap gambar. "Ayah, Ibu, Layla" gumam Surya membaca tulisan itu. Lalu tersenyum menatap Layla. "Anak pintar." Surya mengangkat tubuh Layla lalu di dudukkan di atas meja.

"Kau mau hadiah apa dari Ayah, Layla?" ucap Surya sambil mencubit hidung Layla dengan gemas.

"Tidak Ayah, aku tidak menginginkan apa apa selain Ayah dan Ibu" jawabnya dengan sangat polos tapi menyentuh hati Surya dan Anita yang mendengarkan celotehannya.

"Sudah, sekarang kalian makan dulu ya." Anita telah selesai menyiapkan makan. Lalu Layla ia turunkan dari atas meja dan dia dudukkan di atas kursi. Anita memanggil mbok Darmi dan mang Usman untuk makan bersama di meja yang sama dengan Surya dan Anita. Itu sudah mereka lakukan sejak dua puluh tahun yang lalu. Tidak ada jarak antara majikan dan asisten rumah tangga.

***

Bulan dan tahunpun berganti. Layla tumbuh menjadi anak gadis yang cerdas, cantik dan mandiri sejak kecil. Dia menyukai hal hal sederhana, melukis dan bersyair. Dan dia tidak menyukai apabila berlama lama bicara dengan orang lain ataupun berada di tengah tengah kerumunan orang. Pertumbuhan Layla semakin lama semakin banyak yang tertarik akan kecantikannya dan kagum dengan bakatnya yang hobi melukis dan bersyair.

Surya memutuskan untuk membangun sekolah sendiri dan di khususkan untuk orang orang kalangan atas dan terpandang. Anita sebagai Ibu sangat setuju dengan niat Surya.

Berdasarkan kesepakatan akhirnya Surya mulai mengurus surat surat perizinan membangun sekolah. Setelah selesai, dia pun mulai mencari kontraktor yang akan di jadikan partner untuk membangun sekolah.

Berbulan bulan lamanya, sekolah itu pun sudah selesai di bangun dengan berbagai fasilitas di dalamnya. Guru guru handal dan terbaik, Surya tempatkan di sekolah miliknya.

Hingga tiba di acara pembukaan sekolah. Dihadiri oleh kerabat dan kalangan pebisnis lainnya. Surya selaku pemilik sekolah memberikan kata sambutan sepatah dua patah kata. Dan di sambut antusias oleh semua hadirin. Surya semakin di kenal oleh kalangan atas dan kalangan bawah karena dia orang kaya dan memiliki seorang putri yang cantik dan terkenal karena syair dan lukisannya yang selalu mendapatkan penghargaan setiap kali mengikuti perlombaan. Acara pembukaan sekolahpun berjalan dengan sukses.

Di suatu sore, Layla tengah melukis di taman rumahnya. Ia menikmati setiap semilir angin yang menyentuh kulitnya dan kicauan burung yang terdengar merdu seakan sedang melantunkan puja dan puji pada Sang Maha Hidup. Dan itu akan menjadi inspirasi Layla disetiap lukisannya.

"Layla, besok kau sudah mulai masuk sekolah nak" ucap Surya sembari memperhatikan jari jari tangan Layla melukis di atas kanvas.

"Iya Ayah, aku pasti akan melakukan yang terbaik dan tidak akan mengecewakanmu." Layla melirik sekilas ke arah Surya. Lalu ia kembali larut dalam lukisannya, jari jemarinya menari kesana ke mari membuat sebuah lukisan dengan penuh penjiwaan.

"Baiklah Ayah masuk dulu." Surya mengecup puncak kepala Layla lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Layla sendirian di taman.

"Eumm, sudah selesai." Layla tersenyum sembari memperhatikan setiap detil lukisannya yang telah selesai dia buat.

"Suatu hari nanti, akan aku berikan lukisan ini untuk orang spesial." Layla tertawa kecil dan menepuk keningnya sendiri karena berkhayal tentang seorang kekasih. Kemudian dia membereskan semua alat lukisnya berikut lukisan itu di bawa masuk ke dalam rumah dan di pajang di dinding kamar pribadinya.

***

"Layla ayo bangun sayang, kamu harus masuk sekolah hari ini." Anita membangunkan putrinya yang masih bergelung di dalam selimut.

"Emm, sebentar lagi Bu. Aku masih mengantuk" jawab Layla dengan malas.

Anita menggela napas panjang menatap putrinya yang tidak mau bangun. Lalu ia menarik selimut yang menutupi tubuh Layla. Setelah itu ia beranjak mendekati jendela dan membuka tirai jendela.

"Ibu!" seru Layla sembari bangun dari tempat tidur dan mengucek kedua matanya.

"Ayo bangun, Ibu tunggu di ruang makan." Setelah bicara itu Anita langsung bergegas keluar kamar Layla.

"Ah Ibu, aku lagi enak tidur." Sungut Layla sembari turun dari atas tempat tidur. Kemudian ia memasuki kamar mandi.

Lima belas menit kemudian Layla telah siap dengan seragam sekolah yang sudah Anita siapkan. Sesaat Layla menatap tubuhnya di cermin lalu bergegas keluar menuju ruang makan.

"Pagi Bu, Pagi Yah!" ucap Layla sembari mengecup pipi ke dua orang tuanya.

"Pagi juga sayang" jawab Anita dan Surya tersenyum memperhatikan Layla yang duduk di kursi dan mulai menyantap sarapan yang di sediakan Ibu nya.

"Kau belajar yang baik dan jangan mengecewakan ayah." Surya menatap Layla yang tengah meminum susu hangat.

"Siap Ayah" jawabnya sembari meletakkan gelas di atas meja.

"Ayah akan mengantarmu ke sekolah," Surya bangkit dari duduknya lalu mengecup kening Anita. "Aku berangkat dulu, Layla ayo!"

Layla bangun dari duduknya lalu menyalami Anita dan mencium pipi sang Ibu, "Layla berangkat Bu" ucapnya sembari mengambil tas yang tergeletak di atas meja lalu bergegas keluar menyusul Surya yang telah menunggu di mobil. Di ikuti Anita dari belakang.

"Dah Ibu!"

"Hati hati di jalan!" Anita melambaikan tangannya saat mobil yang di tumpangi Layla melaju neninggalkan halaman rumah. Anita kembali masuk ke dalam rumah untuk mengerjakan tugasnya sebagai seorang Ibu dan istri.

***

Hanya memakan waktu lima belas menit. Surya dan Layla sudah berada di halaman sekolah. Layla turun dari mobil di ikuti Surya dari belakang. "Harapan Bangsa" ucap Layla membaca tulisan yang terpampang di bangunan tinggi.

"Apa kau suka nak? Ini sekolah terbaik."

Layla menganggukkan kepala. "Iya Ayah, aku suka."

"Sekarang kau masuklah, semua sudah ayah atur."

"Ya, baiklah."

"Ayah jemput nanti siang." Surya mengusap puncak kepala Layla. Lalu ia kembali masuk ke dalam mobil.

Layla hanya tersenyum menatap kepergian Surya. Lalu melambaikan tangan saat mobil Surya perlahan menghilang. Layla bergegas memasuki gerbang sekolah yang telah sepi.

Layla terus melangkah hingga sampai di halaman sekolah. Sesaat Layla terpaku melihat beberapa orang siswa perempuan dan laki laki dengan berpakaian seragam nampak memasuki kelas. Sekolah milik Surya sudah berjalan satu bulan. Sementara Layla baru masuk sekolah setelah satu bulan berdiri bangunan itu.

"Heu, anak baru ya."

Layla menoleh menatap pria tampan yang ada di depannya. Rambutnya pirang dan rapi memiliki mata yang lebar dan hitam. Tiba tiba dari arah lain seorang gadis muncul mengejutkan Layla. "Hai, kamu anak baru juga? "

Layla menganggukkan kepala. "Layla." Kemudian Layla mengulurkan tangannya. Lalu gadis itu pun mengulurkan tangan menjabat tangan Layla. "Stela" ucapnya sambil tersenyum.

"Aku Kei" ucap pria itu mengulurkan tangan pada Layla.

Layla langsung menjabat tangan Kei cukup lama. "Layla."

"Buggggg!"

Dari arah belakang dua gadis berlari dan berhenti mendadak di belakang Layla dan hampir membuat Layla terjatuh.

"Asha! Valeri! Kalian mengagetkan saja!" pekik Stela memajukan bibirnya menatap ke dua temannya itu. Sementara Kei hanya tertawa kecil melihat tingkah konyol dua temannya itu.

"Maaf " ucap mereka serempak.

"Ayo kenalkan teman baru kita, namanya Layla" ucap Stella memperkenalkan Layla pada dua temannya yang baru saja datang.

"Kamu anak pemilik sekolah ini kan?" Sela Valeri menatap Layla. Valeri, Stela dan Kei melebarkan matanya tak percaya menatap Layla. Sementara Layla hanya tersenyum menganggukkan kepala.

"Anak anak! kalian waktunya masuk kelas !"

Layla dan ke empat temannya menoleh ke arah suara. Nampak seorang guru berpakaian muslimah tengah menatap mereka.

"Ayo cepat kita masuk" ucap Kei bergegas melangkahkan kakinya memasuki kelas di ikuti yang lain.

Dan kebetulan sekali Layla satu kelas dengan empat teman barunya itu.

Di dalam kelas Layla menghadap wali kelasnya yang sudah menunggu.

"Maaf Bu saya datang terlambat, saya anak baru" ucap Layla.

"Kau putri Pak Surya pemilik sekolah ini?"

Layla tersenyum menganggukkan kepala. " Benar."

Guru itu pun tersenyum. " Aku Hana, wali kelas yang akan kau tempati. Sekarang kau duduk pilih dengan siapa."

Layla mengangguk hormat lalu memutar tubuhnya menatap semua murid mencari bangku yang kosong. Kebetulan sekali Stela duduk sendiri. Lalu Layla menghampiri Stela.

"Boleh aku duduk di sini?"

Stela tersenyum, "Tentu saja."

Kemudian Layla duduk di samping Stela. Di depan Layla telah duduk Valeri dan Asha. Sementara Kei duduk di samping Stela jajaran bangku ke dua.

Jam pelajaran pun di mulai, semua siswi dan siswa mengikuti pelajaran dengan tenang. Hingga tak terasa jam istirahat bel berbunyi.

"Ayo ke kantin aku lapar" ucap Stela sembari memegang perutnya. Lalu menarik tangan Layla.

"Asha, Valeri ayo ke kantin aku lapar!" seru Stela pada dua temannya.

Tanpa menunggu jawaban dari ke dua temannya Stela menarik tangan Layla langsung bergegas ke kantin di ikuti yang lain dari belakang.

Tak lama kemudian mereka telah sampai di kantin. Suasan ramai sekali di kantin itu. Layla yang terpaku menatap seluruh ruangan kantin di tarik tangannya oleh Stela untuk duduk setelah memesan beberapa makanan.

"Ayo duduk" ucap Stela.

"Bagaimana Layla? Anak laki laki di sekolah ini tampan bukan?" timpal Asha berbisik di telinga Layla.

Saat mereka tengah berbincang dan menyantap makanannya. Tiba tiba Kei datang menghampiri mereka dan duduk di depan Layla, "Boleh aku gabung?"

Layla dan yang lain menoleh menatap Kei, "Tentu saja" jawab Layla.

"Tumben kau ikut makan bareng kita" ucap Asha menatap Kei yang tengah memperhatikan Layla.

"Aku juga teman kalian bukan?" jawabnya sembari melirik Asha sesaat.

"Sejak kapan? biasanya kau makan sendirian di pojokkan" ujar Valeri menimpali perkataan Asha dan melirik ke dua temannya.

"Pasti ada yang di incar." Bisik Stela tapi jelas terdengar oleh semuanya. Sesaat Layla, Stela, Valeri dan Asha menatap Kei. Detik berikutnya mereka tertawa bersama. Sementara Kei acuh saja menanggapi godaan teman temannya. Kei lebih tertarik memperhatikan Layla dari pada membalas kata kata temannya.

Tak lama suara bel berbunyi, pertanda jam pelajaran akan segera di mulai. Kei dan Layla bangun dari duduknya dan berdiri.

"Kau sudah selesai makannya?" tanya Kei pada Layla.

Layla menganggukkan kepala, "sudah."

"Ayo, kita masuk." Kei meraih tangan Layla dan menggenggamnya erat.

Valeru, Asha dan Stela menatap Kei dan Layla dengan kedua mata melebar.

"Wooww! Pangeran kita sudah mulai berani!" seru Valeri tertawa, di ikuti kedua temannya.

"Hahahahaha!"

Semua teman sekolah mereka, yang masih berada di area kantin menatap ke arah mereka. Tapi Kei dengan santainya melangkahkan kaki bersama Layla.

Hari pertama masuk sekolah, menjadi awal perkenalan Kei dan Layla, tidak hanya sebagai teman sekolah. Tapi sekaligus menjadi teman sehati. Pandangan pertama telah terpatri satu asa di hati mereka tanpa Layla dan Kei sadari. Hari hari yang indah akan Layla dan Kei awali di sekolah ini. Tiada hal yang terindah selain cinta yang lahir dari dalam hati.

Chapter 3: Percikan api cinta

"Bagaimana sekolahmu hari ini sayang?" tanya Anita duduk di tepi tempat tidur menatap Layla yang sedang berbaring di atas tempat tidur.

"Ah Ibu, seru kok Bu" jawab Layla bangun dari tidurnya.

"Aku sudah memiliki teman teman yang baik di sekolah."

"Oh ya? Kalau begitu Ibu tidak terlalu khawatir, karena kamu pandai bergaul dan membawa diri" ucap Anita sembari mengusap puncak kepala Layla.

"Iya Bu."

"Sekarang kau tidur, besok kau sekolah." Anita mencium puncak kepala Layla. Lalu ia beranjak pergi sebelumnya mematikan lampu terdahulu. "Selamat malam sayang." Ucap Anita di depan pintu kamar lalu menutup pintu kamar.

Layla menghela napas panjang, lalu ia hembuskan perlahan. Bukan ke tiga temannya yang mengundang perhatiannya atau pelajaran di sekolah. Tapi sosok Kei sudah mengganggu pikirannya di awal perkenalan.

"Rambutnya pirang seperti sinar matahari di kala fajar menjelang, matanya hitam dan besar seperti kegelapan yang siap menelan cahaya."

Layla tertawa kecil dan menepuk keningnya sendiri. Kemudian ia menarik selimut dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Layla berusaha memejamkan mata berharap cepat pagi dan segera bertemu lagi dengan Kei.

***

Pagi pagi sekali Layla sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Tanpa perlu susah payah Anita untuk membangunkan putri satu satunya itu.

"Pagi Bu, pagi Ayah" ucapnya sembari duduk di atas kursi langsung mengambil gelas di atas meja dan menyecap susu hangat yang sudah di sediakan Anita.

"Pagi Layla sayang" jawab Surya tersenyum melihat putrinya yang cantik dan terlihat sangat rapi.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Surya sembari mengunyah roti.

"Baik Ayah" jawab Layla datar saja.

"Hari ini Ayah tidak bisa mengantarmu Layla. Kau di antar Ibu saja. Ayah banyak pekerjaan" ucap Surya bangkit dari duduknya.

"Iya Yah."

"Aku pergi dulu." Surya mencium puncak kepala Anita dan Layla bergantian. Lalu ia bergegas pergi meninggalkan rumah menuju kantornya.

"Sayang kalau kau sudah selesai sebaiknya kita berangakat. Biar kau tidak kesiangan."

"Baik Bu" jawab Layla. Lalu ia menghabiskan susu hangatnya dan bangkit dari duduk bergegas keluar rumah menuju halaman.

Anita mengerutkan dahi, menggelengkan kepala berpikir bahwa Layla sangat antusias untuk mengikuti setiap pelajaran sekolah. Apa yang di pikirkan Anita ternyata salah besar. Layla antusias pergi ke sekolah karena ingin cepat cepat bertemu dengan Kei.

"Ayo Bu!" seru Layla.

"Sabar sayang" jawab Anita berjalan tergesa gesa menuju halaman. Lalu Layla dan Anita masuk ke dalam mobil dan mulai meninggalkan halaman rumahnya.

Sesampainya di sekolah Layla langsung bergegas memasuki gerbang sekolah setelah berpamitan pada Ibunda tercinta.

***

Hari ini guru matematika tidak mengajar di karenakan ada urusan keluarga. Kei yang menjadi ketua kelas di minta untuk menulis di papan tulis sesuai apa yang sudah di berikan gurunya sebelum minta izin tidak mengajar.

Layla menatap papan tulis lalu beralih pada sosok Kei yang baru saja selesai menulis di papan tulis. Sementara Stela, Asha dan Valeri tengah sibuk mencatat. Pandangan Layla tak lepas dari sosok Kei yang tengah berjalan dan duduk di bangkunya.

Kei yang merasa di perhatikan Layla. Ia pun mengalihkan pandangannya pada Layla. Mereka pun saling pandang dan melayangkan senyuman manis. Hingga tidak menyadari kalau ke tiga temannya sedang memperhatikan mereka berdua. Sebuah senyuman yang terukir di bibir Kei, membuat Layla mendesah dan menundukkan kepala.

"Cieee, ada yang jatuh cinta nih." Goda Stela yang duduk di sampingnya.

"Ehem, kita di kacangin!" timpal Valeri dan Asha sembari tertawa kecil. Membuat semua siswa yang ada di dalam kelas memperhatikan mereka. Suasana kelas menjadi ramai oleh bisik bisik para murid. Tak lama kemudian suasana kelas hening kembali karena seorang guru lewat dan masuk ke dalam kelas memperingati anak anak supaya tidak membuat kegaduhan di jam belajar.

Satu jam berlalu, bel pun berbunyi tanda jam istirahat. Semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin.

"Layla!" seru Kei.

Membuat Layla sedikit kaget karena tengah memikirkan Kei. "Ya?"

"Kita ke kantin" ucap Kei mendekati Layla dan menarik tangannya.

Layla bangun dari duduknya lalu mengikuti Kei dan mensejajarkan langkahnya dengan tangan saling berpegangan sepanjang jalan. Sesampainya di kantin Kei memesan makanan untuk mereka berdua lalu memilih tempat duduk yang sedikit jauh dari anak anak yang lain.

"Ini, makanlah." Kei menyodorkan semangkok bakso di hadapan Layla. Lalu ia duduk di samping Layla.

"Terima kasih" ucap Layla menatap Kei sesaat lalu menggeser mangkok bakso untuk lebih dekat dengannya.

"Ayo di makan, jangan cuma di lihatin."

Dengan malu malu Layla tersenyum dan menganggukkan kepala. "Ah iya."

Selama mereka menyantap bakso. Kei dan Layla berbagi cerita tentang hobi mereka masing masing. Dari awal pertemuan mereka. Kei dan Layla sudah saling tertarik satu sama lain. Dan mereka memiliki hobi yang sama. Sama sama suka melukis dan membuat syair. Dengan sangat mudah untuk Kei dan Layla semakin akrab dan saling tertarik. Mereka yang tengah asik mengobrol tiba tiba di kagetkan oleh kedatangan Asha, Valeri dan Stela.

"Bener kan apa kataku? kita sekarang di kacangin Layla" sindir Stela sembari duduk di hadapan Layla dan Kei.

"Hahahaha!"

Mereka serempak tertawa keras saat melihat raut wajah Layla yang menahan malu. Sementara Kei terlihat santai mendengar celotehan tiga temannya itu.

"Layla, hari ini kita pulang cepat. Apa kau mau ikut kami ke rumah Stela?" tanya Asha pada Layla.

"Boleh" jawab Layla menatap Asha.

"Aku ikut" timpal Kei.

"Woww! Kita lihat pasangan ini. Sampai tidak mau di pisahkan" pekik Stela sembari melirik ke dua temannya.

"Pppffttt!" Asha dan Valeri tertawa kecil mendengar kata kata Stela.

"Kalian ini bisa tidak, berhenti menggodaku" ucap Layla sembari memajukan bibirnya.

"Biarkan saja, mungkin mereka iri." Kei tertawa kecil.

"Huuuuu!!". Asha, Valeri dan Stela serempak meneriaki Kei.

Setelah selesai mereka menyantap makanan. Stela pun mengajak Layla pulang ke rumahnya. " Yuk kita pulang?"

"Iya" jawab Layla, lalu ia bangkit dari duduknya di ikuti yang lain.

"Kita pulang!" seru Asha dan Valeri.

Mereka pun beranjak pergi menuju halaman sekolah. "Kau ikut kami kan Layla?" tanya Stela sembari membuka pintu mobil.

"Tidak, Layla berangkat bersama ku." Kei menarik lengan Layla.

"Baiklah" ucap Stela lalu masuk ke dalam mobil.

"Kami duluan ya!"

Layla mengangguk, lalu beralih menatap Kei yang tengah turun dari atas motor.

"Pakai helm." Kei memakaikan helm di kepala Layla.

"Terima kasih."

Kei tersenyum menatap Layla. Lalu ia naik ke atas motor, "Ayo naik." ucap Kei.

Layla menganggukkan kepala, lalu ia pun naik ke atas motor.

"Pegangan yang erat." Kei melirik ke arah Layla sesaat. Lalu mulai menjalankan motor menyusul ke tiga temannya. Layla yang belum pernah naik motor langsung berpegangan dengan memeluk erat pinggang Kei, saat Kei mulai menaikkan kecepatan laju motornya.

"Apa kau takut?!"

"Tidak" jawab Layla sembari mengeratkan pelukannya di pinggang Kei. Kei yang menyukai pelukan Layla dengan sengaja menambah kecepatan motornya lalu tersenyum sendiri.

Lima belas menit kemudian, mereka pun sampai di rumah Stela. Kei dan Layla langsung masuk ke dalam rumah Stela yang tak terkunci.

"Layla sini!" seru Asha ketika melihat Layla dan Kei sudah sampai di dalam rumah.

Mereka pun berbincang bincang sambil menyantap cemilan yang sudah di sediakan Stela sebelumnya. Mereka saling berbagi cerita dan hobi masing masing. Dengan di selingi tawa dan canda yang terlontar indah di dalam rumah Stela.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17:03. Asha, Valeri dan Layla juga Kei, berpamitan pulang pada Stela. Valeri dan Asha pulang bersama naik mobil mereka masing masing. Sementara Layla ikut dengan Kei naik motor.

Kei mempercepat laju sepeda motornya karena cuaca sudah mendung. Nampak langit terlihat awan hitam menandakan akan segera turun hujan.

Belum juga Kei sampai di rumah Layla. Hujan sudah turun dengan sangat deras. Kei berniat untuk berhenti dulu supaya tidak ke hujanan tapi Layla meminta Kei untuk terus menjalankan sepeda motornya. Layla tidak ingin membuat Ayah dan Ibunya khawatir. Hingga sampai di depan rumah, pakaian seragam Layla sudah kebasahan.

"Kau baik baik saja?" tanya Kei sembari melepaskan helm dari kepala Layla.

"Sayang kamu dari mana saja?" sapa Anita.

Layla menoleh menatap Ibunya, lalu berjalan mendekati Anita. Di ikuti Kei dari belakang.

" Kau dari mana nak? Ibu jemput kau di sekolahan sudah tidak ada, kenapa buat Ibu khawatir?"

"Maaf Bu, Layla dan saya main ke rumah teman" jawab Kei dengan sopan.

"Maafkan Layla Bu" ucap Layla dengan pelan.

"Ya, Ibu maafkan. Tapi besok besok, kau harus beritahu Ibu jika kau hendak main, supaya Ibu tidak Khawatir."

"Iya Bu, maafkan Layla" ucap Layla sembari menundukkan kepala.

"Maafkan saya juga Bu" saut Kei.

"Ya, baiklah. Sekarang kalian masuk dan ganti pakaian. Nanti kalian bisa sakit."

"Terima kasih Bu, saya langsung pulang. Takut Ibu khawatir." Kei menundukkan kepalanya.

"Baiklah, hati hati di jalan loh ya nak" ucap Anita.

"Layla, aku pulang dulu." Kei tersenyum menatap Layla yang menganggukkan kepala.

"Hati hati di jalan" saut Layla. Kei tersenyum pada Layla lalu beralih menatap Anita.

"Saya pulang dulu Bu, dan sekali lagi saya minta maaf" ucap Kei. Lalu ia naik ke atas motor dan menyalakannya. Meski pakaian Kei kotor dan basah. Tapi Kei sangat bahagia bisa bersama Layla.

"Ayo masuk sayang."

***

Di luar sekolah nampak sepi. Semua siswa sudah memasuki ruang belajar. Nampak Kei terlihat gelisah, karena pagi itu Kei tidak melihat Layla. Bangku yang biasa Layla tempati nampak kosong.

Di depan kelas seorang guru tengah memberikan pelajaran pada semua siswa dan mereka mendengarkan dengan seksama. Hanya Kei yang tidak fokus perhatiannya pada pelajaran yang Guru berikan. Ia sedang bertanya tanya kemana Layla?

Hana selaku wali kelas menyadari kalau salah satu muridnya tengah gelisah dan tidak fokus. Dia berpikir kalau Kei sedang kurang sehat.

"Kei? Apakah kau baik baik saja?" tanya Hana.

Tapi Kei hanya diam saja, ia menundukkan kepala sembari mengetuk ngetukkan jari di atas meja.Sekali lagi Hana bertanya sambil berjalan mendekati Kei dan menyentuh pundaknya, "Kei apa kau baik baik saja?"

Sontak pertanyaan Hana mengejutkan Kei. Ia langsung bangkit dari duduknya. "Iya Bu!".

Semua siswa yang memperhatikan akhirnya tertawa. Suasana di dalam kelas menjadi ramai.

" Cukup! hentikan mentertawakan teman sendiri!" seru Hana menatap semua siswa. Detik berikutnya suasana kelas kembali sunyi.

"Ibu bertanya padamu, apakah kau baik baik saja?" tanyaHana menegaskan sekali lagi.

"Anu Bu,"

"Iya?" Hana mengangkat ke dua alisnya menunggu jawaban Kei berikutnya.

"Saya kurang enak badan" jawab Kei menundukkan kepala.

"Kalau begitu kau boleh pulang dan beristirahat di rumah" jawab Hana tersenyum.

"Terima kasih Bu." Kei langsung mengambil tas nya lalu bergegas setengah berlari ke luar kelas tanpa berpamitan terdahulu.

"Ada apa dengan anak itu?" Hana mengerutkan dahi menatap punggung Kei hingga hilang dari pandangan.

"Ayo anak anak lanjutkan belajarnya!"

Sementara itu Kei terus berlari menuju gerbang sekolah. Dari mulutnya tidak berhenti menyebut nama Layla.

"Layla, Layla."

Kei seperti kehilangan sesuatu dalam dirinya. Hingga ia tidak fokus dan gelisah, yang ada di pikirannya hanyalah Layla.

Kei terus berjalan hingga sampai di tepi jalan. Lalu ia naik ojeg langsung menuju rumah Layla.

Sepuluh menit berlalu, akhirnya Kei telah sampai di halaman rumah Layla dan langsung mengetuk pintu rumah Layla.

"Tok tok!!"

Dua menit berlalu Kei menunggu seseorang membuka pintu. Tak lama kemudian terdengar suara pintu di buka dari dalam rumah. Nampak Anita keluar dari dalam rumah menatap Kei yang terlihat gelisah.

"Nak? kau tidak sekolah?" tanya Anita memperhatikan Kei yang masih menggunakan seragam di jam sekolah.

"Saya sudah minta ijin Bu, saya khawatir dengan Layla karena hari ini, dia tidak masuk sekolah" jawab Kei sembari matanya memperhatikan ke dalam rumah berharap Layla ada.

"Oh, Layla sakit. Mungkin karena kemarin dia kehujanan. Ayo masuk." Anita mempersilahkan Kei masuk ke dalam rumah dan mengantarkannya ke kamar Layla.

"Layla!

Layla terkejut sekaligus sangat senang karena Kei menemuinya. Sedari tadi Layla pun gelisah memikirkan Kei.

"Kei!" seru Layla lalu bangun dari atas tempat tidur dan tersenyum menatap Kei .

"Ibu buatkan coklat hangat dulu ya." Anita keluar kamar dan langsung menuju dapur.

Layla menatap Kei dan tersenyum, "duduk Kei."

Kei menganggukkan kepala sesaat, lalu ia meraih kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Kemudian ia duduk di atas kursi. Dan mereka pun saling pandang cukup lama hingga suara langkah Anita mengalihkan pandangan Kei dan Layla. Anita datang kembali dan membawakan dua gelas coklat hangat dan di letakkan di atas meja.

"Di minum ya" kata Anita pada Kei dan Layla. Lalu Anita kembali keluar kamar meninggalkan Kei dan Layla untuk berbincang.

Tidak banyak kata yang mereka ucapkan. Bisa melihat satu sama lain saja sudah membuat mereka bahagia. Tak ada kata yang mampu menjelaskan apa yang sedang mereka rasakan saat ini. Cinta telah membuat mereka buta dan tuli. Masa remaja adalah masa yang menyenangkan bagi Layla dan Kei.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!