Semenjak Layla tahu, kalau orangtua Kei menolaknya hanga karena alasan masih anak anak. Setidaknya itu yang Layla denagar dari orang tuanya.Layla semakin larut dalam kesedihannya. Ia tidak mau lagi berangkat ke sekolah, setiap hari Layla mengurung diri di kamar dan menghabiskan waktu untuk melukis. Melukiskan cintanya di atas kanvas.
"Layla sayang, kau kan masih remaja. Dan kau juga masih punya banyak waktu untuk belajar." Anita tersenyum menatap Layla
"Lalu?" Layla mengangkat kedua alisnya menunggu jawaban Anita selanjutnya.
"Kau sekolah dulu sampai lulus, baru kau boleh menikah dengan Kei. Masa depan masih panjang, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti bukan? Banyak hal yang bisa berubah kapan saja." Anita tersenyum mengusap lembut rambut Layla.
"Masa depan memang masih panjang Bu. Dan perubahan itu pasti., tapi Ibu dan Ayah tidak bisa merubah perasaanku pada Kei." jawab Layla dengan satu tangan kanan menyentuh lembut pipi Anita.
Anita tertegun sesaat. "Ya, Ibu tahu itu nak." Anita menelan saliva nya susah, "Ibu dan Ayah tidak melarang, kau pacaran dengan Kei." Anita tidak tahu lagi harus menjawab apa.
Surya yang sedari tadi hanya diam, akhirnya angkat bicara. "Layla sayang, Ayah berjanji akan melakukan yang terbaik supaya kau menikah dengan Kei. Tapi berjanjilah pada Ayah bahwa kau mau sekolah lagi."
"Benarkah Yah?"
Surya menganggukkan kepala dan tersenyum. "Benar sayang."
Layla tersenyum dan memeluk ke dua orang tuanya erat. "Ayah janji?" tanya Layla.
"Ayah janji, sayang." Surya mengecup puncak kepala Layla.
"Sekarang kau istirahat." Anita melepas pelukan Layla.
Layla pun mengangguk dengan cepat lalu ia melangkahkan kakinya memasuki kamar pribadinya. Ada sedikit harapan, ada cahaya di balik ketidak pastian. Tapi setidaknya akan selalu ada usaha dan harapan di setiap langkah Layla.
Surya dan Anita saling tatap sesaat lalu mereka pun menundukkan kepala. Ada rasa sakit, pedih dan kecewa di hati mereka.
"Ya Rabb, mengapa kau berikan kami ujian seberat ini. Jika kami tahu akan seperti ini, mungkin tidak memiliki anak adalah pilihanMu yang terbaik buat kami." Anita tengadahkan kedua telapak tangannya mengeluh pada Sang Maha Hidup. Matanya berkaca kaca, ingin rasanya ia menangis tapi tertahan di tenggorokan hingga menyesakkan dada.
Surya yang melihat Anita yang akhirnya menyerah dan berurai air mata, Surya pun ikut terisak. Ia tutupi wajahnya dengan satu tangannya. Detik itu entah Anugrah ataukah musibah bagi Surya ataupun Anita memiliki seorang putri. Semua ada di ambang batas persimpangan ke ragu raguan akan semua ini.
"Bu, jangan berhenti berharap, pasti ada jalan keluarnya" ucap Surya sambil menyeka air matanya.
Anita hanya diam, ia beranjak pergi meninggalkan Surya termenung sendiri. Hati siapakah yang tak hancur. Saat melihat Putri kesayangannya bersikap layaknya orang gila. Bahkan semua orang menuding Layla gila.
***
Keesokan harinya Surya dan Anita mengadakan pesta ulang tahun Layla yang ke 17 tahun. Surya mengundang semua teman sekolah Layla dan juga mengundang banyak anak laki laki yang cukup rupawan wajahnya untuk datang ke pesta ulang tahun Layla. Secara tidak langsung Surya masih berusaha untuk mengubah perasaan Layla terhadap Kei. Dengan mengundang banyak anak laki laki seusia Layla yang berwajah rupawan Layla akan pindah ke lain hati.
Pesta ulang tahun akan di mulai pukul 15:30.
Sedari pagi Surya dan Anita mempersiapkan segala halnya. Di bantu ke tiga temannya Layla yaitu Valeri, Asha dan Stela. Setelah semua persiapan selesai, Surya dan Anita meminta Layla untuk segera berdandan dengan rapi menggunakan gaun berwarna coklat terang yang sudah di sediakan Anita.
Hingga tiba acara pesta di mulai. Semua undangan teman sekolah Layla berdatangan dengan membawa kado ulang tahun di tangan mereka. Terakhir tamu undangan anak laki laki yang di undang Surya pun berdatangan. Semua tamu undangan menyalami Layla dan mengucapkan selamat ulang tahun dan serangkaian doa pun mereka berikan pada Layla. Pesta ulang tahun yang sangat megah dan meriah tidak membuat Layla bahagia karena Kei satu satunya yang di harapkan datang sama sekali tidak kelihatan batang hidungnya.
Layla duduk di kursi sudut ruangan. Memperhatikan semua teman temannya yang sedang memeriahkan pesta ulang tahunnya. Diantara semua anak laki laki yang di undang Surya sama sekali tidak membuat Layla tertarik.
"Layla, kenapa kau diam saja?" sapa Valeri langsung duduk di hadapan Layla di susul Stela dan Asha.
"Kei tidak datang" ucap Layla pelan.
Asha, Valeri dan Stela saling tatap sesaat,
"mungkin ada urusan keluarga Layla" ucap Asha sembari mengunyah makanan di mulutnya.
"Kenapa Kei tidak datang." Layla menatap sedih ke tiga temannya yang terdiam mendengarkan Layla yang hanya membicarakan Kei dan Kei.
"Apa kau mengundangnya?" tanya Stela.
"Ayah bilang, Kei di undang. Tapi kenapa Kei tidak datang?"
Ke tiga temannya tidak tahu lagi harus bicara apa. Akhirnya Asha mencoba mengalihkan perhatian Layla dari Kei, "hei, lihat!" Asha menunjuk salah satu anak laki laki yang menggunakan setelan kemeja berwarna putih garis garis. "Dia keren kan?" tanya Asha pada Layla. Tapi Layla hanya diam dan tidak melihat anak laki laki yang di tunjuk Asha.
Asha terdiam menatap Layla dan mengangkat ke dua bahunya sebagai tanda dia menyerah. "Eum."
"Aku baru tahu kalau kau punya banyak teman pria tampan." Valeri tidak ingin menyerah.
"Aku tidak kenal mereka" kata Layla datar.
"Tidak kenal? Tapi kenapa mereka bisa tahu kau sedang ulang tahun?" Stela menatap Layla yang menundukkan kepala. Layla menggelengkan kepala bahwa dia tidak tahu.
"Layla?" sapa Anita dari arah belakang.
Layla menoleh menatap Anita dan berkata. "Ya ibu?"
"Kau kenapa duduk di sini?" tanya Anita dan menarik tangan Layla untuk bangun dari duduknya.
"Ada apa Ibu?" Layla bangkit dari duduknya dengan malas.
"Ayo, Ibu kenalkan sama anak teman Ibu," Anita mengajak Layla menemui seorang anak laki laki berwajah tampan, berambut pirang. "Ini kenalkan namanya Rico."
Rico tersenyum dan mengulurkan tangan pada Layla. Tapi Layla hanya diam menatap tangan Rico tanpa ingin menjabatnya. Akhirnya Rico menarik kembali tangannya.
"Ibu tinggal ya? kalian ngobrol saja." Anita mengecup pipi Layla sesaat lalu meninggalkan Rico dan Layla berdua. Anita berharap Layla mau berteman dengan Rico dan bisa mengalihkan perhatian Layla pada Kei. Tapi dugaan Anita salah besar. Layla hanya diam berdiri mematung dengan menundukkan kepala tanpa ada pembicaraan sedikitpun. Membuat Rico kikuk dan tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya Rico pun pergi berbaur dengan yang lain dan meninggalkan Layla berdiri mematung.
"Dia sepertinya gila." Bisik Rico pada salah satu temannya dan terdengar jelas oleh Anita yang kebetulan lewat di hadapan Rico. Dan hal yang dikatakan Rico pada temannya disampaikan lagi pada temannya yang lain. Akhirnya di pesta itu menjadi berisik dengan kata kata Layla gila. Semua tamu undangan berhenti melakukan gerakan dan terdiam memperhatikan Layla yang hanya berdiri mematung dengan menundukkan kepala.
"Ayo kita pulang" ucap Rico pada teman temannya.
Akhirnya satu persatu semua yang hadir meninggalkan pesta. Ruangan yang besar ramai oleh anak anak yang sedang berpesta kini sepi. Yang tersisa hanya Asha, Valeri dan Stela yang berdiri tak jauh dari Layla dan memperhatikan Layla dengan perasaan sedih. Hanya tiga orang itu yang mengerti kondisi Layla dan tak pernah meninggalkan Layla sebagai sahabat mereka.
Sementara Anita hanya bisa terdiam dan terisak menangis melihat putrinya yang di gosipkan gila. Surya memeluk Anita dengan perasaan yang campur aduk. Ada rasa sedih dan marah, tapi harus marah pada siapa? karena kenyataan nya memang Layla terlihat seperti orang gila.
"Ayah bilang Kei di undang, tapi kenapa Kei tidak datang" ucap Layla pelan dengan wajah masih tertunduk.
"Layla mengertilah sayang, mungkin dia ada urusan lain." Surya berusaha meyakinkan Layla.
"Tidak mungkin Ayah, Ayah bohong!" seru Layla menoleh menatap Surya dan berjalan mendekati Surya.
"Ayah ti-?"
Ucapan Surya di potong Layla, "Ayah bohong!" Layla berteriak keras sembari matanya berkaca kaca, "Kenapa Ayah bohong!" Layla berjalan lebih dekat lagi dengan Surya dan Anita. "Jika memang Ayah tidak mengundangnya, katakan saja apa adanya.Jangan bohongin aku Ayah!"
Surya terdiam tidak tahu harus bicara apa lagi. Saat ini posisi Surya dan Anita serba salah. Jujur atau pun bohong sama sama salah keadaannya. Layla akan tetap sama saja dan terus seperti itu selama dia tidak melihat Kei.
"Ayah jahat! Ibu jahat!" Layla berteriak histeris lalu menangis sejadi jadinya hingga membuat Anita dan Surya kebingungan menghadapi Layla. Sementara Asha, Valeri dan Stela hanya diam memperhatikan semuanya.
"Bawa saja Layla ke psikiater!" seru seorang wanita paruh baya, wanita itu adalah saudara Surya yang dari pagi ada di rumah Surya membantu membuatkan pesta.
"Kau pikir Layla gila?" Surya serasa di lempar kotoran. Dadanya sesak antara tidak terima tapi kenyataannya Layla menunjukkan gejala abnormal.
"Apa kau buta? Lihat dia? prilakunya sudah tidak normal."
Anita dan Surya menatap Layla yang terus menangis dengan sangat keras dan dari bibirnya menyebut nama Kei.
"Kalian jahat! kalian jahat!" seru Layla berteriak menatap Surya dan Anita.
"Layla, Putriku." Anita menatap nanar Layla.
"Keiii!!!"
Layla kembali menjerit histeris memanggil Kei, lalu ia berlari sambil menangis masuk ke dalam kamarnya. Surya dan Anita hanya bisa diam tidak tahu lagi harus berbuat apa.
"Layla, apa yang harus Ibu lakukan, Nak" ucap Anita lirih dengan berurai air mata.
"Sudah Bu." Surya memeluk Anita.
"Kalau tahu akan begini jadinya, lebih baik aku tidak memiliki anak!" seru Anita merasakan sesak di dada, bukan ia membenci Layla, tapi keadaan Layla yang mebuat dia sangat kecewa dan sakit hati.
"Bu, jangan bicara seperti itu, Layla Putri kita." Surya menatap Anita, apa yang di rasakan Anita sama seperti apa yang di rasakan Surya. Tapi sifat laki laki lebih banyak diam.
"Tapi kenyataannya Pak!
" Iya, Bapak tahu Bu." Surya terus memeluk Anita supaya lebih tenang
Valeri, Stela, dan Asha yang sedari diam memperhatikan, mulai tak enak hati. Akhirnya mereka berpamitan pulang.
"Om, Tante, kami pulang dulu." ucap Asha sambil menyalami Anita dan Surya.
"Terima kasih ya sudah datang." Anita menatap ketiga teman Layla. Kemudian Asha dan dua temannya meninggalkan rumah Layla dengan perasaan sedih dan tidak mengerti. Ada banyak pertanyaan di benak mereka tentang Layla. Benarkah Layla gila?
Sepeninggal Asha dan dua temannya. Surya dan Anita bertengkar hebat dengan saudara Surya. Saudara Surya menganggap bahwa Layla telah gila harus di bawa ke psikiater atau ke rumah sakit jiwa untuk mendapat penanganan serius. Saudara Surya menganggap bahwa cinta Layla pada Kei hanyalah cinta nafsu saja. Dan itu berlebihan untuk seukuran Layla.
Sementara Layla yang berada di dalam kamar mendengarkan semua pertengkaran itu. Layla semakin sedih mendengarnya. Ayah dan Ibunya harus menanggung malu karena Layla di anggap gila.
"Mereka tidak bisa membedakan antara cinta karena nafsu dengan keagungan cinta Ilahi." gumam Layla lirih. "Tidakkah mereka tahu Kei adalah separuh dari jiwaku, tidak mungkin aku mengganti separuh jiwaku dengan jiwa yang lain." gumamnya lagi dengan derai air mata.
***
Ke esokan paginya. Setelah semalaman berpikir dan diskusi dengan Anita. Surya memutuskan untuk membawa Layla ke luar negeri untuk sekolah di sana. Mereka akan tinggal di luar negeri untuk sementara. Dan pilihan Surya jatuh pada negara Belanda. Surya masih tetap percaya bahwa dia bisa mengubah perasaan Layla dengan menjauh dari Kei.
Kemudian Anita membujuk Layla untuk mau pergi bersama mereka ke negara Belanda untuk sekolah di sana. Demi menyenangkan ke dua orang tua nya. Layla pun menyetujui untuk pindah ke Belanda. Anita dan Surya pun mengurus segala sesuatunya untuk keberangkatannya ke Belanda.
"Belanda Bu?" tanya Layla.
Anita menganggukkan kepala, ia membelai rambut Layla dengan lembut, " Ibu sangat menyayangimu Nak."
"Layla juga sayang Ibu dan Ayah, tapi jangan pisahkan kami Bu."
Anita menganggukkan kepala tersenyum pada Layla. Lalu ia bangun dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya menghampiri Surya.
"Kau jaga baik baik Layla di rumah, aku ada urusan dulu. Jangan sampai Layla melarikan diri lagi dari rumah." Surya menatap Anita yang baru saja duduk di kursi.
"Tidak Ayah, aku tidak akan pergi kemana mana. Aku ikuti keinginan Ayah, Yang penting Ayah dan Ibu senang dan tidak bertengkar lagi" ucap Layla dari arah pintu kamar.
"Layla? kemarilah nak."
Layla berjalan mendekati Surya dan Anita lalu duduk di kursi, "ada apa lagi Bu?" tanya Layla.
Anita menggelengkan kepala cepat. "Tidak ada sayang, Ibu hanya mau kau sarapan dulu." Anita bangkit dari duduknya lalu menyiapkan sarapan untuk Layla.
"Kau habiskan susu dan rotinya, biar badan kamu tidak kurus seperti ini." Anita menuangkan susu hangat di gelas dan di sodorkan di hadapan Layla. Hari itu Layla akan berusaha mengikuti apa yang jadi kemauan Ayah dan Ibunya. Tanpa mengubah perasaannya terhadap Kei.
"Baik Bu."
Layla mengambil roti di atas piring, lalu ia mengunyanya perlahan. Meski Layla sedang bersama orang tuanya, tapi yang ada di pikirannya hanyalah Kei.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Selviani
selalu begitu
2020-04-08
0
Abdurrohman
😍😍😍
2020-04-06
0
Rina Cyber
cinta memang bisa buat kita menjadi gila,tp dibalik kegilaan itu ada kenikmatan yg dianugerahi oleh Allah SWT bagi setiap pasangan bercinta Krn tidak semua orang tidak dapat merasakan cinta itu sendiri. Krn banyak orang yg buta mata hatinya yg tidak dapat merasakan indahnya cinta 😍😍😍😍
2020-03-29
3