Sementara itu Layla yang mendapat kabar bahwa Kei akan segera menikah. Dia menangis sejadi jadinya sampai Surya dan Anita tidak tahu lagi bagaimana caranya membujuk Layla. Berhari hari Layla menangis tidak mau makan dan minum.
Melihat kondisi Layla yang semakin tidak bisa di kendalikan membuat Anita dan Surya ikut bersedih. Anita tidak mau menyerah dan begitu pula Surya. Mereka terus membujuk Layla untuk melupakan Kei dan mencari pria lain. Tapi Layla tetap tidak bisa pindah ke lain hati. Bagaimana mungkin sebagian jiwanya yang ada pada diri Kei harus di ganti dengan jiwa lain? Akhirnya Layla pun jatuh sakit. Anita mengundang teman temannya yaitu Valeri, Asha dan Stela untuk datang ke rumah dan menghibur Layla. Tapi yang di ucapkan Layla hanya tentang Kei tak ada yang lain selain Kei.
"Layla, apa gunanya kau menangis senentara Kei akan menikah?" ucap Anita setengah putus asa menatap nanar Layla.
"Tidak Ibu, Kei tidak bahagia" jawab Layla dengan tatapan kosong.
"Dari mana kau tahu itu Layla?"
"Ibu, jiwa kami telah menjadi satu. Jika Kei sakit, aku pun merasakannya Ibu" jawab Layla dengan berlinangan air mata.
"Layla anakku sayang, berbesar hatilah menerima ini semua. Iklaskan Kei menjadi milik orang lain." Anita terus berusaha membujuk Layla.
"Aku tahu Ibu" jawab Layla melirik Anita sesaat.
"Sudah sayang, jangan menangis lagi. Ibu tahu kau anak yang tangguh." Anita menangkup wajah Layla lalu mencium kening Layla sesaat.
"Ibu akan panggil teman temanmu ke sini untuk menemanimu Layla" ucap Anita sambil berdiri. Menatap Layla sesaat lalu balik badan meninggalkan Layla di kamarnya.
"Kei" gumam Layla pelan. Lalu ia berdiri dan duduk di atas kursi mengambil sebuah kertas dan pena. Layla mulai menuliskan sebuah syair untuk Kei.
"Saat hati menggeliat mengusik renungan.
Mana mungkin cinta akan menyesatkan jiwa jiwa yang sebenarnya dalam kekeringan. Andai laut menjadi beku Ya Rabb, hanya kasihlah yang mampu mencairkannya.
Sedia akan menghadapi yang akan tiba, aku terus berjalan menuju cintamu Ya Rabb.
Ya Rabb, Katakan padanya aku akan menunggunya sampai aku akan menutup mata dan hidupku. Mencintamu adalah bahagia untukku. Tak ada yang tersisa lagi untuk yang lain. Kei berjanjilah padaku, berjanjilah demi ke Agungan cinta."
Tak lama kemudian teman teman Layla datang, mereka memberikan dukungan penuh pada Layla untuk tetap kuat menghadapi ini semua. Meski mereka sendiri tidak yakin jika posisi Layla ada dalam posisi mereka. Tapi tidak ada salahnya untuk saling menguatkan di kala salah satu sahabatnya dalam keadaan terpuruk.
"Terima kasih, kalian memang sahabat terbaikku." Layla memeluk ketiga temannya.
"Layla, kami akan selalu ada buatmu, jangan sedih ya" ucap Stela menghapus air mata Layla.
Layla menganggukkan kepala, tersenyum samar, " besok jemput aku untuk datang ke pernikahan Kei."
Stela dan dua temannya termangu.
"Serius kau mau datang?" tanya Asha tidak percaya akan kebesaran hati Layla.
"Iya Asha."
Keiga temannya saling tatap sesaat, lalu mereka saling berpelukan. Mereka sangat senang bersahabat dengan Layla yang memiliki hati yang lembut dan jiwa yang tangguh.
***
Sementara itu di sebuah gedung mewah tempat Kei dan Dinda melangsungkan pernikahan terlihat sangat meriah dan megah. Para tamu undangan yang datang dari kalangan atas. Acara ijab kobul pun di laksanakan. Kei melakukan dua kali kesalahan saat menyebutkan sebuah nama yang seharusnya Dinda menjadi Layla. Hal itu membuat para tamu undangan tertawa sementara Yuda menyimpan rasa malu dan marah. Begitu pula yang di rasakan Abdul dan Alya. Tapi untuk yang ketiga kalinya Kei tidak melakukan kesalahan. Alya berusaha menenangkan Kei dan ikut membimbingnya. Acara ijab kobul pun berjalan sukses. Sekarang Kei dan Dinda resmi menjadi suami istri.
Pesta pernikahanpun berjalan dengan sangat meriah. Semua orang ikut bahagia dengan pesta pernikahan itu. Hanya Kei satu satunya di pesta pernikahan itu seakan menjadi detik detik menuju kematiannya.
Nampak Dinda dengan gaun pengantin terlihat cantik dan bahagia. Sementara Kei yang berdiri di sampingnya hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi dengan tatapan kosong, ia hanya memikirkan Layla saja. Tiba tiba Kei di kejutkan dengan kedatangan Layla dan tiga temannya. Dengan ketulusan dan jiwa yang besar Layla datang dan mengucapkan selamat berbahagia pada Kei. Tapi ada satu hal yang Layla minta pada Kei.
Sembari menjabat tangan Kei, Layla berkata.
"Aku rela kau menikah dengan gadis lain. Tapi satu hal yang ku pinta padamu Kei" ucap Layla dengan lirih.
"Apa?" tanya Kei.
"Jangan hilangkan aku dari hatimu, jangan gantikan aku di hatimu" jawab Layla dengan berurai air mata. Lalu Layla melangkahkan kakinya hendak pergi. Tapi Kei menahan langkah kaki Layla.
"Tunggu Layla!"
Layla menghentikan langkahnya dan memutar tubuh menatap Kei. Kei mendekati Layla dan merogoh saku celananya. Dia mengambil sebuah cincin dan di berikan pada Layla sebagai jawaban atas permintaan Layla. Dengan cincin itu melambangkan bahwa sampai kapanpun Layla tidak akan tergantikan dan akan selalu ada bertahta dan bersemayam di dalam jiwa Kei yang sudah bertaut dan melebur menjadi sebuah cinta yang sejati nan agung.
Abdul yang memperhatikan mereka sedari tadi akhirnya mendekati mereka dan berkata pelan. "Apa apaan ini Kei?" Abdul menarik lengan pelan Layla ke belakang supaya menjauh dari Kei.
"Hentikan Ayah! Jika kau tidak bisa membuatku bahagia, biarkan aku memberikan cincin ini pada Layla sebagai kebahagiaanku yang terakhir dari semua kebahagiaan yang kau renggut!" seru Kei dengan sangat lantang sehingga membuat semua orang yang hadir di pesta dapat mendengar apa yang dikatakan Kei.
"Kei, pelankan suaramu, apa kau mau membuat Ayah malu?" jawab Abdul dengan suara pelan, Abdul melirik kiri dan kanan sambil tersenyum pada tamu undangan yang memperhatikan mereka.
"Biar saja! biar semua mahluk di bumi ini tahu kalau ada seorang Ayah yang telah menjual Putranya!"
Sontak semua tamu undangan terkejut, di belakang mereka saling berbisik membicarakan mereka. Yuda pun geram mendengarkan ucapan Kei dan membuatnya sangat malu. Tanpa banyak bicara Yuda menutup pesta itu dengan cepat dan meminta maaf atas ketidak nyamanan yang terjadi.
Satu persatu tamu undangan pun meninggalkan pesta dengan rasa kecewa.
"Plakkk!!
Abdul menampar Kei dengan sangat keras, " Kau benar benar mengecewakakan Kei!"
"Tampar terus Yah! buka mata Ayah! buka telinga Ayah! seru Kei. " Apa aku salah berucap?" tanya Kei menatap tajam Abdul.
"Ada apa sebenarnya ini?" tanya Dinda menatap semuanya.
"perlu kau tahu, kau memang sudah menjadi istriku" ucap Kei. "Tapi sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menjadi suamimu!"
"Apa maksudmu Kei?" tanya Dinda tidak mengerti.
"Cukup Kei!" seru Abdul.
Kei tidak memperdulikan lagi Ayahnya.
"Aku hanya mencintai satu orang, yaitu Layla. Sampai kapanpun kau tidak akan bisa menggantikannya!"
"Kei...kau.." ucap Dinda lirih.
Dinda berjalan mundur kebelakang, lalu ia balik badan dan berlari meninggalkan pesta pernikahannya. Yuda yang sedari tadi diam coba mengikuti alurnya kemana, akhirnya angkat bicara.
"Abdul aku kecewa!" seru Yuda menatap marah pada Abdul.
"Maafkan saya Pak, akan saya urus anak ini" ucap Abdul dengan melipat kedua tangannya.
"Kei, sekarang juga kau ikut saya!"
Yuda memerintahkan pengawalnya untuk membawa Kei.
Kedua pengawal Yuda menganggukkan kepala, lalu mereka berjalan mendekati Kei dan mencengkram lengan Kei lalu memaksa Kei untuk meninggalkan gedung pernikahan.
"Layla, percayalah kau tidak akan pernah tergantikan!" seru Kei di sela sela langkahnya dengan berusaha menengok ke belakang menatap Layla.
Layla hanya diam menatap Kei hingga hilang dari pandangan dengan derai air mata.
"Puas kau mempermalukan kami! dasar gadis gila!" ucap Abdul seraya menarik lengan Layla. Tapi Layla tidak membalas kata kata Abdul. Layla menatap tajam Abdul seakan akan ingin menelannya hidup hidup.
"Kau anggap aku gila hanya karena aku mencintai Kei, bukan begitu?"
Abdul hanya diam tidak menjawab perkataan Layla, secara tidak langsung Abdul membenarkan apa yang di ucapkan Layla. Tapi ego sudah bertahta di dalam hati dan mengusai jiwanya. Membuat Abdul silau akan duniawi hingga Abdul tidak bisa lagi membedakan mana cinta mana nafsu.
"Tutup mulutmu, atau aku akan -?"
Layla dengan cepat memotong ucapan Abdul, "apa? kau sudah kalah Tuan Abdul, kau kalah di hadapan aku dan Kei, kau tak lebih dari budak nafsumu."
"Diam kau! " Alya maju selangkah ke hadapan Layla dan menatap tajam Layla.
"Percuma meladeni gadis abnormal seperti dia, ayo kita pulang Pak" ucap Anita geram.
Abdul mundur perlahan lalu balik badan, ia dan Anita meninggalkan Layla dan ketiga temannya di ruangan itu.
"Percayalah Tuan Abdul dan Nyonya Anita, kalian akan menyesal!!" seru Layla.
"Dasar gila." Alya menoleh ke belakang menatap Layla.
Layla kembali diam menatap punggung Alya dan Abdul, lalu ia menatap cincin pemberian Kei. Ia tersenyum dan menyematkan cincin itu di jari manisnya.
"Layla, kita pulang" ucap Stela dari belakang.
Layla menoleh menatap ke tiga temannya yang terlihat sedih, Layla bisa melihat dengan jelas jejak air mata di mata mereka. Layla tersenyum menatap mereka bertiga. Kemudian Layla merentangkan kedua tangannya dan mereka pun saling berpelukan sesaat.
"Kita pulang." Layla menggandeng tangan ke tiga temannya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan gedung tersebut.
Sesampainya di halaman rumah Layla, Layla langsung keluar dari pintu mobil langsung berlari memasuki rumah. Sementara tiga temannya kembali pulang ke rumah masing masing.
"Bagaimana pernikahannya sayamg?" tanya Anita di depan pintu.
Layla diam sesaat, lalu ia kembali melangkahkan kakinya.
"Layla!" seru Anita.
Layla kembali menghentikan langkahnya sesaat. Kemudian ia langsung berlari menuju kamar pribadinya dan menghempaskan tubuhnya telungkup di atas tempat tidur.
Kedua tangan Layla memukul mukul tempat tidur sambil menangis, "kenapa jadi begini..kenapa" ucap Layla dengan lirih.
"Apa gunanya aku di sini? apa gunanya?" Layla tenggelam dalam kesedihannya, tiada yang mampu merasakannya selain dirinya sendiri.
"Layla sayang" ucap Anita pelan menyentuh punggung Layla.
"Aku mau sendiri Bu, aku mohon."
"Tapi Layla-?"
Layla mengangkat wajahnya menatap Ibunya, "Aku mohon tinggalkan Layla, aku mau sendiri Bu."
"Baiklah sayang, tapi beritahu Ibu jika kau sudah mau bicara dengan Ibu." Mata Anita berkaca kaca.
Kemudian Anita balik badan dan bernalan perlahan. Di sela langkahnya ia menoleh menatap punggung Layla yang bergetar.
"Apa yang harus Ibu lakukan sayang." Anita berjalan keluar dan menutup pintu kamar, membiarkan Layla untuk merenung.
"Ada apa?" tanya Surya yang baru saja pulang dari kantornya.
"Layla tadi ke pernikahan Kei" jawab Anita sembari duduk di sofa di ikuti Surya yang duduk di sampingnya.
"Terus?" tanya Surya.
Anita mengangkat bahunya menatap Surya. "Ibu tidak tahu Pak" ucap Anita. "Sekarang Layla sedang menangis di kamarnya."
"Hufffttt" Surya menarik napas dalam dalam, lalu ia hembiskan perlahan. "Biarkan saja Bu, nanti juga berhenti menangisnya.
Anita menganggukkan kepala, menatap Surya. " Aku ambilkan teh." Anita berdiri dan langsung menuju dapur, sementara Surya masuk ke dalam kamarnya.
***
Sementara itu Kei dan Dinda telah sampai di rumah Yuda. Yuda mengancam Kei untuk tidak menyakiti Dinda. Tapi jawaban monohok Kei membuat geram Yuda dan Dinda pun menangis.
"Aku memang sudah menjadi suaminya Om, tapi jangan harap aku akan menjadi suami yang seperti dia inginkan!" sahut Kei dengan nada tinggi.
"Kau!
Yuda mengangkat tangannya hendak menampar wajah Kei, tapi di halangi oleh Dinda.
" Papa jangan!"
Dinda menggelengkan kepala menatap Yuda sementara ke dua tangannya menahan tangan Yuda. "Aku bisa menunggunya sampai Kei bisa menerimaku Pa."
Yuda menatap ke dua bola mata Dinda dan menurunkan tangannya, "kau yakin nak?" tanya Yuda pada Dinda. Dinda mengangguk dengan cepat.
"Baiklah, sekarang kalian istirahatlah." Yuda memanggil asisten rumah tangga dan menerintahkannya untuk mengurusi keperluan Dinda dan Kei. Setelah itu Yuda meninggalkan Kei dan Dinda berdua.
"Kau dengar baik baik, apapun yang ingin kau lakukan aku tidak perduli." ucap Kei tanpa melihat sedikitpun pada Dinda.
Dinda hanya tersenyum meskipun hatinya terasa sakit mendengar ucapan Kei.
"Aku akan tetap menunggumu, aku percaya suatu hari nanti kau akan datang padaku."
"Bermimpilah." Kei melangkahlan kaki nya memasuki kamar pribadinya yang sudah di sediakan Yuda. Di ikuti Dinda dari belakang.
"Aku tidak bisa tidur seranjang denganmu, kau boleh tidur di sini. Aku akan mencari kamar lain." Kei berlalu meninggalkan Dinda di kamar sendirian.
Dinda duduk di tepi tempat tidur sambil menangis, "apa salahku" ucapnya lirih.
Ia menoleh menatap tempat tidur yang sudah di hias, seharusnya hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi setiap gadis. Dimana setiap gadis akan tersenyum bahagia bersama pria yang di nikahinya. Tapi tidak buat Dinda, hari ini adalah, hari yang paling menyakitkan buat Dinda. Tapi mungkin ini bukanlah hari terakhir, tapi akan menjadi hari hari Dinda di rundung kesedihan. Dinda bisa menikahi Kei, tapi tidak bisa menyentuh raganya apalagi hatinya Kei.
Sementara itu, dikamar lain Kei membuka jasnya dan melemparkan sembarangan tempat, lalu ia hempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, dan menatap langit langit kamar.
"Layla, maafkan aku."
Kei bangun dari tempat duduknya dan melepas dasi yang terasa mencekik lehernya. Kei kembali merebahkan tubuhnya coba memejamkan mata, ia merasa sangat lelah dan tangannya terasa nyeri dan perih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Serry Lavfy
ko nama nm oratunya bingungi
2020-05-10
0
sefri
sakit thor, sakiittt
2020-04-09
0
Selviani
lanjut thorrr
2020-04-08
0