Sejak peristiwa di hari pernikahan Kei, berhari hari Layla termenung. Dia bertanya kedalam dirinya sendiri.
'Mengapa kenyataan yang terjadi tidak seperti harapan, mengapa mereka begitu dangkal cara berpikirnya?'
Layla menghela napas dalam menatap langit yang begitu gelap tanpa ada sinar rembulan yang menghiasi langit.
'Apa yang selama ini aku anggap benar, pada akhirnya aku tersesat di dalamnya,'
'Mungkin untuk sedikit menikmati hidup yang penuh dengan ketidakpastian, aku harus menikmati kegilaan?'
Layla mendesah kecewa, hatinya telah patah, harapannya telah sirna. Keyakinan yang selama ini ia pupuk, tergoyahkan oleh keadaan.
'Apa yang aku cari? apa yang aku temukan?'
Layla menangkup wajahnya sedih, begitu banyak pertanyaan dalam batinnya menjadi pergolakan batin yang tidak berkesudahan.
"Ya Rabb, aku pasrah akan semua ketentuanmu, aku jalani semua yang Engkau inginkan. Tapi, pikiran ini selalu menolak. Apa yang harus aku lakukan?" gumam Layla pelan.
Kemudian Layla menyandarkan tubuhnya di kursi, matanya terpejam dan berpikir keras.
"Aku harus pergi dari rumah, aku ingin meninggalkan semua kemewahan supaya aku bisa mengerti arti hidup ini." Layla membuka matanya dan tersenyum.
"Ya, aku harus pergi dari sini."
Keesokan paginya Layla telah membereskan bajunya dan di masukkan ke dalam tas ransel berukuran kecil. Setelah selesai Layla melangkahkan kakinya keluar kamar dan menemui ke dua orang tuanya yang tengah duduk di kursi meja makan. Sementara Anita menuangkan susu hangat ke dalam gelas.
Anita dan Surya sangat terkejut melihat Layla dengan tas kecil di punggungnya.
"Layla? kau mau kemana nak?" tanya Anita meletakkan susu hangat di atas meja lalu berjalan mendekati Layla.
"Aku mau pergi Bu."
"Pergi kemana Layla?" tanya Surya bangkit dari duduknya dan mendekati Layla.
"Aku mau belajar hidup mandiri Ayah, Ibu." Layla menundukkan kepala.
"Tapi Layla sayang.."
"Ibu, Hatiku telah patah. Harapanku telah sirna dan tiada lagi yang tersisa untukku?"
"Layla jangan bicara seperti itu, masa depanmu masih panjang Layla." Anita coba melepas tas yang tergantung di punggung Layla. Tapi Layla mencegahnya dengan menahan tangan Anita.
"Tidak Bu," ucap Layla. "Biarkan aku hidup dengan caraku sendiri."
"Tapi Layla.." ucap Anita dengan berurai air mata.
"Layla, kau akan kemana? beritahu Ayah."
"Ayah, Ibu...percayalah padaku, Bu." Layla memang berat meninggalkan kedua orangtuanya. Tapi ia merasa harus melakukannya.
"Tapi sayang, apa harus dengan cara seperti ini?" tanya Anita menatap sendu.
"Percayalah Bu, aku akan kembali dan akan aku beritahu di mana aku tinggal nanti."
"Apa kau tidak menyayangi kami Layla?" tanya Surya.
"Ayah dan Ibu tidak perlu tahu seberapa besar rasa sayangku pada kalian" ucap Layla. "Tentu rasa sayangku terhadap kalian tidak tergantikan."
"Kalau kau sayang pada kami, lalu mengapa kau hendak meninggalkan kami Layla?" Surya menatap sedih Layla.
"Biarkan aku hidup dengan caraku Ayah, Ibu."
Layla melepaskan pelukan Anita dari bahunya. "Aku pergi Ibu, Ayah." Tanpa menoleh lagi Layla langsung berjalan keluar rumah menuju jalan raya yang tak jauh dari rumahnya.
"Laylaa!!" Anita berteriak memanggil Layla, dia melangkahkan kakinya hendak menyusul Layla. Tapi langkah kakinya tertahan oleh Surya yang memeluknya dari belakang.
"Biarkan Layla pergi Bu, biarkan dia menemukan dirinya dan ketenangan jiwanya."
Surya tersenyum menatap Anita, "Putri kita memang luar biasa Bu."
"Maksud Bapak?" tanya Anita.
"Bapak paham apa maksud Layla, kau tidak perlu cemas Bu."
"Tapi Pak, Layla anak gadis. Dia akan tinggal di mana? siapa yang akan merawatnya Pak?" tanya Anita, tetap tidak menerima akan kepergian Layla.
"Percayalah, kita tidak sia sia memiliki putri seperti Layla."
Anita masih belum paham maksud perkataan Surya. Anita terus meronta dalam pelukan Surya dan memanggil manggil nama Layla.
"layla, jangan tinggalkan Ibu sayang" ucapnya lirih.
"Tenangkan hatimu Bu." Surya terus berusaha menenangkan Anita dengan memberikan penjelasan sedikit demi sedikit.
"Tapi Pak."
"Percayalah pada Yang Maha Kuasa Bu, Layla akan baik baik saja dan bisa membawa diri di manapun dia berada."
Setelah mendengarkan semua ucapan Surya, akhirnya tangis Anita pun reda dan mulai tenang. Kemudian Surya membawa Anita masuk ke dalam rumah.
***
Sementara itu Layla terus berjalan tanpa arah tujuan yang jelas. Ia hanya mengikuti kakinya melangkah. Sesekali ia berhenti hanya untuk beristirahat. Setelah itu ia kembali berjalan melewati jalan raya terkadang melewati perkampungan begitu seterusnya. Hingga ia berhenti di sebuah kota kecil dan beristirahat di sebuah jalan yang sepi. Ia duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Layla terdiam menatap ke langit yang menyisakan semburat orange pertanda hari sudah mulai sore dan hampir gelap. Layla mengusap keringat di keningnya menggunakan telapak tangannya. Saat Layla tengah termenung tiba tiba ada seorang wanita paruh baya menyapanya, " Nak, kau sedang apa?"
Layla menoleh ke samping menatap seorang wanita paruh baya yang sedang mendorong sebuah gerobak. Sepertinya dia seorang pemulung di kota kecil itu. "Ah Ibu."
Wanita itu mendekati Layla lalu duduk di sampingnya, kemudian wanita itu menawarkan air mineral pada Layla. "Sepertinya kau bukan orang sekitar sini nak, kau mau minum?" tanya wanita itu pada Layla.
Layla hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan wanita itu. Kemudian Layla menerima botol air mineral itu dan menenggakknya. Kebetulan sekali dia belum minum sejak pagi. "Terima kasih Bu." Ucap Layla sambil memberikan botol itu pada wanita paruh baya itu.
"Kamu hendak pergi kemana nak?" tanya wanita itu lagi.
"Tidak tahu Bu, aku tidak punya tempat tinggal dan tidak punya tujuan di sini."
Sejenak wanita itu tertegun memperhatikan Layla, "bagaimana kalau kau ke rumah Ibu? ya, rumah Ibu memang sederhana tapi setidaknya bisa untuk berteduh."
"Kalau Ibu tidak keberatan."
"Tentu tidak, Ibu tinggal sendiri. Suami Ibu sudah lama meninggal dan Ibu tidak punya anak." Cerita wanita itu.
Layla menganggukkan kepala mendengarkan cerita wanita paruh baya yang ternyata bernama Kartika, setelah mereka berkenalan.
"Nama yang cantik, secantik wajah Ibu." Layla menatap Bu Kartika.
"Ibu bukan asli orang sini Layla, dulu Ibu meninggalkan rumah dan kawin lari bersama suami Ibu. Tapi sayang dia tidak bisa bertahan hidup melawan penyakit kankernya" jawab Kartika.
Layla terhenyak saat mendengar kisah Bu Kartika. Ternyata para pecinta selalu mengalami kepahitan hidup. Layla tersenyum getir mendengarkan kisah Kartika.
"Ibu hebat."
"Ah, kamu bisa saja nak. Ibu hanya tidak bisa ke lain hati nak. kami bertemu di keabadian." Kata kata Kartika membuat hati Layla terenyuh. Mengingatkannya akan Kei. Yang selalu ada di hati dan pikirannya.
"Sudah mau gelap, sebaiknya kita pulang." Kartika bangun dari duduknya lalu berdiri menatap Layla.
Layla menganggukkan kepala, lalu ia bangun dan berjalan mendekati gerobak Kartika.
"Ayo." Layla berjalan di samping Kartika sambil membantunya mendorong gerobak sampai di depan rumah Kartika yang tetlihat kotor dan kumuh.
"Ini rumah Ibu, tidak apa apa kan kamu tinggal di sini?" tanya Kartika.
Layla menganggukkan kepala cepat. " Tidak mengapa Bu, bagiku tinggal di mana saja sama rasanya."
Lalu ke duanya masuk ke dalam rumah. Kartika mempersilahkan Layla untuk membersihkan diri. Setelah itu Kartika menyediakan makanan ala kadarnya. Mereka pun makan bersama dan saling berbincang bincang hingga larut malam. Tak lama kemudian Kartika pun tertidur karena kelelahan. Melihat Kartika tidur, Layla beranjak keluar dan duduk di teras rumah Kartika memandang langit yang gelap bertabur bintang.
"Kei." gumam Layla lirih. Air matanya jatuh tak dapat dia tahan tatkala menyebut nama Kei.
"Apakah kau merindukanku seperti aku yang merindukanmu saat ini?" ucap Layla pelan di sela isak tangisnya.
"Ya Rabb, sampaikan padanya. Aku sangat merindukannya." Hatinya terasa teriris perih. Rasanya dia sudah tidak sanggup lagi menanggung beban hidupnya karena harus berpisah dengan Kei.
Ya Rabb, ku tanam bunga Engkau tumbuhkan ilalang. Aku siram dengan air lalu Engkau membakarnya dengan api. Ku isi cawan dengan madu tapi Engkau menggantinya dengan racun kehidupan. Katakan padaku apakah aku bisa lepas dari jerat cintaMu yang telah tertanam di sanubari?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
kalea rizuky
jangan mencintai manusia melebihi pencipta mu hadeh
2024-09-17
0
Aileen
sdh tamat
2020-10-11
1
akbar
kata katanya bikin baper,jd inget mantan😭😭😭
2020-05-21
2