Chapter 18: Penyesalan

Sementara itu Yuda dan Dinda baru saja sampai dirumahnya. Yuda melemparkan koran di atas meja.

"Dasar gadis pembawa sial!" Kenapa aku harus bertemu dengannya!" Yuda duduk di kursi dan memijit pelipisnya.

"Salah Papa sendiri, aku sudah bilang jangan ke rumah Rai, jadinya kita bertemu dengan Layla." Ucap Dinda ikut duduk di samping Yuda.

Kei yang baru saja pulang kerja, mendengar nama Layla di sebut langsung menghampiri Dinda.

"Apa? Layla? dimana Layla? " Tanya Kei pada Dinda.

Dinda dan Yuda menatap Kei yang sudah berdiri di hadapan mereka.

"Katakan padaku di mana Layla!" Seru Kei.

"Cukup Kei! jangan sebut nama gadis pembawa sial itu lagi!" Yuda geram terhadap Kei. Karena semenjak Kei menikahi Dinda setahun yang lalu Kei sama sekali tidak pernah menyentuh Dinda sedikitpun. Bahkan mereka tidur pun terpisah. Yuda yang mendengarkan keluhan Dinda tiap hari merasa sedih dan yang membuat Yuda marah terhadap Kei karena Dinda masih tetap sabar menunggu Kei membuka hatinya untuk Dinda.

"Jangan pernah menghina Layla, dengan mulut kotormu itu Tuan Yuda yang terhormat." Kei melebarkan matanya menatap tajam Yuda.

"Cukup Kei, tidak kah cukup kau menyakitiku! selama ini aku sudah sabar menghadapimu Kei!" Dinda angkat bicara tidak terima Papa nya di bentak Kei.

"Apa kau bilang? aku menyakitimu? apa kau tidak salah berucap Dinda?" Kei balik bertanya pada Dinda.

"Cukup! cukup kei! aku lelah dengan semua ini!" Dinda menangis lalu berlari masuk ke kamarnya dan membanting pintu kamar.

"Kau tau Kei? kalau kau masih bersikap seperti itu terhadap Dinda, aku tidak akan segan segan melenyapkan Layla. Karena aku sudah tahu keberadaannya di mana." Yuda mulai gerah dan mengancam Kei. Setelah bicara seperti itu Yuda beranjak pergi menuju pintu rumah.

"Jangan pernah kau sentuh Layla! atau kau pun akan menyesal Tuan Yuda!" Kei berteriak kencang balik mengancam Yuda. Tapi Yuda tetap melangkahkan kakinya tanpa menjawab ancaman Kei.

"Layla." Gumam Kei pelan, " aku merindukanmu, sangat merindukanmu." Ucap Kei pelan dengan mata berkaca kaca. Lalu ia melangkah gontai menuju kamar lain dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya menatap kosong ke langit langit kamar, pikirannya jauh menerawang memikirlan Layla.

"Layla, aku rindu." Gumam Kei pelan.

Kei bangun lalu turun dari tempat tidur. Kei meraih kursi yang tak jauh dari tempat tidurnya lalu ia letakkan di depan meja. Ia duduk dan mengambil sebuah kertas dan pena. Ia menuliskan sebuah puisi yang pernah Layla berikan padanya.

**Apakah kau belum tidur Layla malam ini?

Atau jika belum, keluarlah barang sejenak. Di luar jendela Promethius sedang mondar mandir memungut galaksi, katamu kau ingin menghitung bintang.

Kotamu telah pergi dengan denyir angin senja beberapa saat yang lalu. Tidakkah kau ingin bergabung dengannya?

Aku yakin kau belum memiliki rencana untuk melakukan sesuatu di malam ini, maka lihatlah dan baca gerak angin yang terseok seok di atap rumahmu. Seperti seorang pemabuk, desirnya sempoyongan dan jatuh bangun di papah suhu dalam celcius yang paling dingin.

Jika kau belum tidur nanti, atau jika kau masih menyimpan lagu yang pernah ku perdengarkan untukmu, maka putarlah sekali lagi. Bukankah seperti malam malam yang lain? Aku selalu bernyanyi di dalam lagu itu.

Sebuah nyanyian yang meneduhkan ketika terik, dan menyejukkan ketika dahaga. Meski kau tak terlalu hafal dengan liriknya, setidaknya ada gumam dikedua belah bibirmu. Atau paling tidak kau ingat judulnya. Apakah kau belum tidur malam ini?

**"layla." Gumam Kei pelan, ia menelungkupkan wajahnya di meja. Matanya berkaca kaca.

"Aku sudah tidak sanggup lagi, Layla, andai matahari terbit dari barat. Maka aku akan lebih dulu menyambutnya, andai kau pun tak datang bersama angin senja. Aku masih sama seperti yang dulu." Gumam Kei lirih.

***

Sementara itu Yuda mendatangi rumah Abdul dan memaki maki Abdul dan Alya di rumahnya. Yuda menyalahkan semua yang terjadi pada perusahaannya dan Dinda kepada Abdul dan Alya yang tak pernah bisa mendidik Putra mereka.

"Kau tahu? Setiap hari Kei menyakiti Putriku." Ucap Yuda menatap geram Abdul dan Alya.

"Kami mohon maaf Pak Yuda, tapi kami pun sama seperti Pak Yuda yang menginginkan anaknya bahagia." Jawab Abdul membela diri.

"Omong kosong! kalau ku tahu akan seperti ini jadinya, aku tidak sudi menikahkan Dinda dengan Kei!" Ucap Yuda dengan menunjuk wajah Abdul dengan telunjuknya.

"Pak Yuda, semua yang terjadi bukan kesalahan kami semua." Sela Alya tidak terima selalu di salahkan Yuda atas perusahaannya yang mengalami penurunan drastis.

"Halah! kalian sama saja!" Yuda tersenyum mencemooh sembari mengibaskan tangannya di depan wajah Abdul.

Setelah bicara seperti itu Yuda balik badan dan melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Abdul tanpa berpamitan. Abdul dan Alya mengurut dada atas semua peristiwa yang terjadi akhir akhir ini. Bukannya ketenangan yang mereka dapatkan. Tapi sebaliknya, setiap hari pertengkaran sering terjadi. Membuat Alya sering sakit dan menyesali semua tindakan dan sikapnya di masa lalu.

Terkadang Abdul teringat akan ucapan Surya sewaktu di Puncak Bogor. Abdul merasa apa yang di katakan Surya dan Kei ada benarnya. Di usia senja seharusnya mereka sudah tenang dan meminang cucu. Bukannya pertengkaran yang setiap hari di pertontonkan. Abdul menjatuhkan tubuhnya di kursi lalu menangkup wajahnya dengan kedua tangan. " Andai waktu bisa diputar kembali, aku lebih memilih hidup sederhana dari pada banyak harta tapi tidak merasakan kedamaian. " Gumam Abdul pelan. Alya yang mendengar keluhan dan penyesalan Abdul bersimpuh di kaki Abdul.

"Semua salahku, seandainya dulu aku tidak takut jatuh muskin, mungkin tidak akan seperti ini." Ucap Alya tengadah menatap Abdul. "Aku bukan Ibu yang baik, karena telah menghancurkan masa depan Putranya sendiri." Ucap Layla dengan berlinangan air mata.

"Sudahlah, nasi sudah jadi bubur. Ini karma perbuatan yang harus kita tanggung." Jawab Abdul mengangkat lengan Alya supaya duduk di sampingnya.

"Sudahlah jangan menangis, kita hadapi semua sama sama. Bila perlu kita usahakan supaya Kei bercerai dengan Dinda. Dari pada Kei tiap hari membiarkan Dinda tanpa menyentuhnya."

"Jangan dulu Pak, jangan buat kesalahan lagi. Kita serahkan pada Yang Maha Kuasa." Sela Alya tidak setuju dengan niat Abdul.

"Kita temui Kei sekarang, siapa tahu dia mau dengarkan nasehatmu." Abdul bangun dari duduknya dan melangkahkan kakinya keluar rumah di ikuti Alya dari belakang.

Mereka memutuskan untuk membujuk Kei sekali lagi, jika Kei masih bersikeras seperti itu. Maka Abdul akan meminta Kei berpisah dengan Dinda dari pada terus terusan menyiksa hati Dinda. Abdul akan menerima apapun resikonya nanti. Karena dia menginginkan ketenangan di usia senjanya.

Terpopuler

Comments

rusmiati rusmiati

rusmiati rusmiati

hhh, percuma

2020-04-10

0

Rini susanti

Rini susanti

percuma mnyesal, sdh trlambat

2020-04-08

0

kelana

kelana

ah percuma nyesel,sotoy lu

2020-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Awal mula.
2 Chapter 2: Perkenalan.
3 Chapter 3: Percikan api cinta
4 Chapter 4: Cinta suci Layla dan Kei
5 Chapter 5: Di tentang
6 Chapter 6: Janji Setia
7 Chapter 7: Pertemuan spesial
8 Chapter 8:Penolakan
9 Chapter 9: Ulang Tahun
10 Chapter 10: Kepergian
11 Chapter 11: Kabar berita
12 Chapter 12: Harapan
13 Chapter 13: Jatuh sakit.
14 Chapter 14: Hari pernikahan
15 Chapter 15: Kerinduan
16 Chapter 16: Ketenangan
17 Chapter 17: Luka lama
18 Chapter 18: Penyesalan
19 Chapter 19: Terlambat.
20 Chapter 20: Pertemuan terakhir
21 Chapter 21: Berkabung
22 Chapter 22: Suara hati.
23 Chapter 23: Fitnah
24 Chapter 24: putus asa
25 Chapter 25: Keputusan
26 Chapter 26: Niat buruk
27 Chapter 27: Penyerangan
28 Chapter 28: Serba salah
29 Chapter 29: Pembunuhan
30 Chapter 30: Intimidasi
31 Chapter 31: Tipu daya
32 Chapter 32: Permintaan maaf
33 Chapter 33: Sahabat
34 Chapter 34: Kedewasaan
35 Chapter 35: Konsisten.
36 Chapter 36: Hati yang luka
37 Chapter 37: Kematian Dinda
38 Chapter 38: Keheningan.
39 Chapter 39: Salah siapa?
40 Chapter 40: Kasih terbesar
41 Chapter 41: Kedalaman jiwa
42 Chapter 42: Penculikan
43 Chapter 43: Penculikan 2
44 Chapter 44: Amnesia
45 Chapter 45: Amnesia 2
46 Chapter 46:Amnesia 3
47 Chapter 47: Lemah
48 Chapter 48: Hakikat Cinta
49 Chapter 49: Sebuah rasa
50 Chapter 50: Hidup dan mati.
51 Chapter 51: Menguji hati.
52 Chapter 52: Ingatan yang kembali
53 Chapter 53: Ego
54 Chapter 54: Labirin
55 Chapter 55: Harapan terakhir
56 Chapter 56: Kerumitan
57 Chapter 57: Gigih
58 Chapter 58: Waktu yang tersisa
59 Chapter 59: Ulang tahun ke 35
60 Chapter 60: Keputusan final
61 Chapter 61: pura pura
62 Chapter 62: Obsesi
63 Chapter 63: luka hati
64 Chapter 64: Balas budi
65 Chapter 65: Orang ketiga
66 Chapter 66: Apa salahku?
67 Chapter 67: Dokter Rico
68 Chapter 68: Rico pria misterius
69 Chapter 69: Tunangan?
70 Chapter 70: Akhir kejahatan Yudha
71 Chapter 71: Janji tinggal janji
72 Chapter 72: Perpisahan
73 Chapter 73: Hamil?
74 Chapter 74: Pernikahan Kei dan Layla.
75 Chapter 75: Takdir Layla?
76 Bab 76: Kebahagiaan di sisa hidup.
77 Bab 77: Kembali berpisah.
78 Bab 78: Pilihan Layla
79 Bab 79: Kata cinta terakhir Layla
80 Bab 80: Waktu yang tersisa
81 Bab 81: Seberapa sulit melupakan?
82 Bab 82: Membuang ego.
83 Bab 83: Sebening kasih, selembut cinta.
84 Bab 84: Rindu Ibu.
85 Bab 85: Akhir perjuangan Layla
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1: Awal mula.
2
Chapter 2: Perkenalan.
3
Chapter 3: Percikan api cinta
4
Chapter 4: Cinta suci Layla dan Kei
5
Chapter 5: Di tentang
6
Chapter 6: Janji Setia
7
Chapter 7: Pertemuan spesial
8
Chapter 8:Penolakan
9
Chapter 9: Ulang Tahun
10
Chapter 10: Kepergian
11
Chapter 11: Kabar berita
12
Chapter 12: Harapan
13
Chapter 13: Jatuh sakit.
14
Chapter 14: Hari pernikahan
15
Chapter 15: Kerinduan
16
Chapter 16: Ketenangan
17
Chapter 17: Luka lama
18
Chapter 18: Penyesalan
19
Chapter 19: Terlambat.
20
Chapter 20: Pertemuan terakhir
21
Chapter 21: Berkabung
22
Chapter 22: Suara hati.
23
Chapter 23: Fitnah
24
Chapter 24: putus asa
25
Chapter 25: Keputusan
26
Chapter 26: Niat buruk
27
Chapter 27: Penyerangan
28
Chapter 28: Serba salah
29
Chapter 29: Pembunuhan
30
Chapter 30: Intimidasi
31
Chapter 31: Tipu daya
32
Chapter 32: Permintaan maaf
33
Chapter 33: Sahabat
34
Chapter 34: Kedewasaan
35
Chapter 35: Konsisten.
36
Chapter 36: Hati yang luka
37
Chapter 37: Kematian Dinda
38
Chapter 38: Keheningan.
39
Chapter 39: Salah siapa?
40
Chapter 40: Kasih terbesar
41
Chapter 41: Kedalaman jiwa
42
Chapter 42: Penculikan
43
Chapter 43: Penculikan 2
44
Chapter 44: Amnesia
45
Chapter 45: Amnesia 2
46
Chapter 46:Amnesia 3
47
Chapter 47: Lemah
48
Chapter 48: Hakikat Cinta
49
Chapter 49: Sebuah rasa
50
Chapter 50: Hidup dan mati.
51
Chapter 51: Menguji hati.
52
Chapter 52: Ingatan yang kembali
53
Chapter 53: Ego
54
Chapter 54: Labirin
55
Chapter 55: Harapan terakhir
56
Chapter 56: Kerumitan
57
Chapter 57: Gigih
58
Chapter 58: Waktu yang tersisa
59
Chapter 59: Ulang tahun ke 35
60
Chapter 60: Keputusan final
61
Chapter 61: pura pura
62
Chapter 62: Obsesi
63
Chapter 63: luka hati
64
Chapter 64: Balas budi
65
Chapter 65: Orang ketiga
66
Chapter 66: Apa salahku?
67
Chapter 67: Dokter Rico
68
Chapter 68: Rico pria misterius
69
Chapter 69: Tunangan?
70
Chapter 70: Akhir kejahatan Yudha
71
Chapter 71: Janji tinggal janji
72
Chapter 72: Perpisahan
73
Chapter 73: Hamil?
74
Chapter 74: Pernikahan Kei dan Layla.
75
Chapter 75: Takdir Layla?
76
Bab 76: Kebahagiaan di sisa hidup.
77
Bab 77: Kembali berpisah.
78
Bab 78: Pilihan Layla
79
Bab 79: Kata cinta terakhir Layla
80
Bab 80: Waktu yang tersisa
81
Bab 81: Seberapa sulit melupakan?
82
Bab 82: Membuang ego.
83
Bab 83: Sebening kasih, selembut cinta.
84
Bab 84: Rindu Ibu.
85
Bab 85: Akhir perjuangan Layla

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!