Chapter 2: Perkenalan.

Sore hari Surya baru kembali dari tempat ia bekerja. Surya keluar dari pintu mobil dan ia melihat seorang anak perempuan berusia tujuh tahun tengah berlari menghampirinya. "Ayaaahh!!" seru anak perempuan itu langsung memeluk Surya.

"Hai, Layla" ucap Surya. "Ibu dimana?" tanya Surya pada anak perempuan yang bernama Layla.

"Ibu di dalam Yah" jawab Layla dengan manja bergelayut di lengan Surya.

"Oh, ya sudah kita masuk ke dalam rumah, ya?" Surya mengangkat tubuh mungil Layla dan menggendongnya.

"Ayah kapan liburnya?" tanya Layla sembari tangan kanannya memainkan pipi Surya.

"Besok ayah libur Layla, kita jalan jalan. Apa kau suka?" jawab Surya tersenyum dan mengecup pipi Layla.

"Horeee!!" Layla tepuk tangan sambil tertawa kecil.

"Ada apa?" Anita yang tengah menyiapkan makanan di meja menoleh menatap Surya dan Layla yang tengah tertawa. "Ayo turun sayang, Ayah biar mandi dulu." Anita meraih tubuh Layla dari pangkuan Surya lalu mendudukkan Layla di atas meja.

"Ayah mandi dulu ya?" Surya mengecup pipi Layla dan melangkahkan kakinya memasuki kamar.

Anita selaku Ibu dari Layla. Setiap hari memperhatikan semua aktifitas Layla. Apa yang di suka dan apa yang tidak di sukai. Layla anak yang cerdas dan cantik, selain menyukai seni lukis dia juga sering melantunkan syair syair yang tidak di mengerti karena bahasanya masih belepotan dan perlu untuk belajar lagi.

"Ibu, Ayah kok lama sekali" ucapnya sembari memainkan kedua kakinya di bawah meja.

"Sebentar lagi Layla" jawab Anita sembari tersenyum menatap Layla.

Tak lama kemudian Surya telah selesai dengan dirinya. Lalu ia menghampiri putrinya yang masih duduk di atas meja.

"Hari ini kau melukis apa?" tanya Surya sambil menarik kursi lalu duduk di atas kursi.

"Boleh turunkan aku, Ayah?" Layla merentangkan kedua tangannya.

"Tentu sayang." Surya meraih tubuh Layla lalu menurunkannya dari atas meja. Setelah turun Layla langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil lukisannya dan menunjukkannya pada Surya. Tak lama kemudian Layla berlari dari kamar menuju ruang makan dan menghampiri Ayahnya dengan ke dua tangan di belakang menyembunyikan sesuatu.

"Boleh Ayah lihat?" Surya mengulurkan tangan kanannya menatap Layla. Layla menganggukkan kepala sambil menyerahkan sebuah kertas pada Surya.

Surya menerima kertas itu lalu memperhatikan gambar yang Layla lukis di atas kertas. Meski masih terlihat berantakan tapi Layla sudah menunjukkan bakatnya sedari kecil. Nampak sebuah lukisan dengan gambar dua orang dewasa dan satu anak kecil sedang berpegangan tangan dan terdapat tulisan di setiap gambar. "Ayah, Ibu, Layla" gumam Surya membaca tulisan itu. Lalu tersenyum menatap Layla. "Anak pintar." Surya mengangkat tubuh Layla lalu di dudukkan di atas meja.

"Kau mau hadiah apa dari Ayah, Layla?" ucap Surya sambil mencubit hidung Layla dengan gemas.

"Tidak Ayah, aku tidak menginginkan apa apa selain Ayah dan Ibu" jawabnya dengan sangat polos tapi menyentuh hati Surya dan Anita yang mendengarkan celotehannya.

"Sudah, sekarang kalian makan dulu ya." Anita telah selesai menyiapkan makan. Lalu Layla ia turunkan dari atas meja dan dia dudukkan di atas kursi. Anita memanggil mbok Darmi dan mang Usman untuk makan bersama di meja yang sama dengan Surya dan Anita. Itu sudah mereka lakukan sejak dua puluh tahun yang lalu. Tidak ada jarak antara majikan dan asisten rumah tangga.

***

Bulan dan tahunpun berganti. Layla tumbuh menjadi anak gadis yang cerdas, cantik dan mandiri sejak kecil. Dia menyukai hal hal sederhana, melukis dan bersyair. Dan dia tidak menyukai apabila berlama lama bicara dengan orang lain ataupun berada di tengah tengah kerumunan orang. Pertumbuhan Layla semakin lama semakin banyak yang tertarik akan kecantikannya dan kagum dengan bakatnya yang hobi melukis dan bersyair.

Surya memutuskan untuk membangun sekolah sendiri dan di khususkan untuk orang orang kalangan atas dan terpandang. Anita sebagai Ibu sangat setuju dengan niat Surya.

Berdasarkan kesepakatan akhirnya Surya mulai mengurus surat surat perizinan membangun sekolah. Setelah selesai, dia pun mulai mencari kontraktor yang akan di jadikan partner untuk membangun sekolah.

Berbulan bulan lamanya, sekolah itu pun sudah selesai di bangun dengan berbagai fasilitas di dalamnya. Guru guru handal dan terbaik, Surya tempatkan di sekolah miliknya.

Hingga tiba di acara pembukaan sekolah. Dihadiri oleh kerabat dan kalangan pebisnis lainnya. Surya selaku pemilik sekolah memberikan kata sambutan sepatah dua patah kata. Dan di sambut antusias oleh semua hadirin. Surya semakin di kenal oleh kalangan atas dan kalangan bawah karena dia orang kaya dan memiliki seorang putri yang cantik dan terkenal karena syair dan lukisannya yang selalu mendapatkan penghargaan setiap kali mengikuti perlombaan. Acara pembukaan sekolahpun berjalan dengan sukses.

Di suatu sore, Layla tengah melukis di taman rumahnya. Ia menikmati setiap semilir angin yang menyentuh kulitnya dan kicauan burung yang terdengar merdu seakan sedang melantunkan puja dan puji pada Sang Maha Hidup. Dan itu akan menjadi inspirasi Layla disetiap lukisannya.

"Layla, besok kau sudah mulai masuk sekolah nak" ucap Surya sembari memperhatikan jari jari tangan Layla melukis di atas kanvas.

"Iya Ayah, aku pasti akan melakukan yang terbaik dan tidak akan mengecewakanmu." Layla melirik sekilas ke arah Surya. Lalu ia kembali larut dalam lukisannya, jari jemarinya menari kesana ke mari membuat sebuah lukisan dengan penuh penjiwaan.

"Baiklah Ayah masuk dulu." Surya mengecup puncak kepala Layla lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Layla sendirian di taman.

"Eumm, sudah selesai." Layla tersenyum sembari memperhatikan setiap detil lukisannya yang telah selesai dia buat.

"Suatu hari nanti, akan aku berikan lukisan ini untuk orang spesial." Layla tertawa kecil dan menepuk keningnya sendiri karena berkhayal tentang seorang kekasih. Kemudian dia membereskan semua alat lukisnya berikut lukisan itu di bawa masuk ke dalam rumah dan di pajang di dinding kamar pribadinya.

***

"Layla ayo bangun sayang, kamu harus masuk sekolah hari ini." Anita membangunkan putrinya yang masih bergelung di dalam selimut.

"Emm, sebentar lagi Bu. Aku masih mengantuk" jawab Layla dengan malas.

Anita menggela napas panjang menatap putrinya yang tidak mau bangun. Lalu ia menarik selimut yang menutupi tubuh Layla. Setelah itu ia beranjak mendekati jendela dan membuka tirai jendela.

"Ibu!" seru Layla sembari bangun dari tempat tidur dan mengucek kedua matanya.

"Ayo bangun, Ibu tunggu di ruang makan." Setelah bicara itu Anita langsung bergegas keluar kamar Layla.

"Ah Ibu, aku lagi enak tidur." Sungut Layla sembari turun dari atas tempat tidur. Kemudian ia memasuki kamar mandi.

Lima belas menit kemudian Layla telah siap dengan seragam sekolah yang sudah Anita siapkan. Sesaat Layla menatap tubuhnya di cermin lalu bergegas keluar menuju ruang makan.

"Pagi Bu, Pagi Yah!" ucap Layla sembari mengecup pipi ke dua orang tuanya.

"Pagi juga sayang" jawab Anita dan Surya tersenyum memperhatikan Layla yang duduk di kursi dan mulai menyantap sarapan yang di sediakan Ibu nya.

"Kau belajar yang baik dan jangan mengecewakan ayah." Surya menatap Layla yang tengah meminum susu hangat.

"Siap Ayah" jawabnya sembari meletakkan gelas di atas meja.

"Ayah akan mengantarmu ke sekolah," Surya bangkit dari duduknya lalu mengecup kening Anita. "Aku berangkat dulu, Layla ayo!"

Layla bangun dari duduknya lalu menyalami Anita dan mencium pipi sang Ibu, "Layla berangkat Bu" ucapnya sembari mengambil tas yang tergeletak di atas meja lalu bergegas keluar menyusul Surya yang telah menunggu di mobil. Di ikuti Anita dari belakang.

"Dah Ibu!"

"Hati hati di jalan!" Anita melambaikan tangannya saat mobil yang di tumpangi Layla melaju neninggalkan halaman rumah. Anita kembali masuk ke dalam rumah untuk mengerjakan tugasnya sebagai seorang Ibu dan istri.

***

Hanya memakan waktu lima belas menit. Surya dan Layla sudah berada di halaman sekolah. Layla turun dari mobil di ikuti Surya dari belakang. "Harapan Bangsa" ucap Layla membaca tulisan yang terpampang di bangunan tinggi.

"Apa kau suka nak? Ini sekolah terbaik."

Layla menganggukkan kepala. "Iya Ayah, aku suka."

"Sekarang kau masuklah, semua sudah ayah atur."

"Ya, baiklah."

"Ayah jemput nanti siang." Surya mengusap puncak kepala Layla. Lalu ia kembali masuk ke dalam mobil.

Layla hanya tersenyum menatap kepergian Surya. Lalu melambaikan tangan saat mobil Surya perlahan menghilang. Layla bergegas memasuki gerbang sekolah yang telah sepi.

Layla terus melangkah hingga sampai di halaman sekolah. Sesaat Layla terpaku melihat beberapa orang siswa perempuan dan laki laki dengan berpakaian seragam nampak memasuki kelas. Sekolah milik Surya sudah berjalan satu bulan. Sementara Layla baru masuk sekolah setelah satu bulan berdiri bangunan itu.

"Heu, anak baru ya."

Layla menoleh menatap pria tampan yang ada di depannya. Rambutnya pirang dan rapi memiliki mata yang lebar dan hitam. Tiba tiba dari arah lain seorang gadis muncul mengejutkan Layla. "Hai, kamu anak baru juga? "

Layla menganggukkan kepala. "Layla." Kemudian Layla mengulurkan tangannya. Lalu gadis itu pun mengulurkan tangan menjabat tangan Layla. "Stela" ucapnya sambil tersenyum.

"Aku Kei" ucap pria itu mengulurkan tangan pada Layla.

Layla langsung menjabat tangan Kei cukup lama. "Layla."

"Buggggg!"

Dari arah belakang dua gadis berlari dan berhenti mendadak di belakang Layla dan hampir membuat Layla terjatuh.

"Asha! Valeri! Kalian mengagetkan saja!" pekik Stela memajukan bibirnya menatap ke dua temannya itu. Sementara Kei hanya tertawa kecil melihat tingkah konyol dua temannya itu.

"Maaf " ucap mereka serempak.

"Ayo kenalkan teman baru kita, namanya Layla" ucap Stella memperkenalkan Layla pada dua temannya yang baru saja datang.

"Kamu anak pemilik sekolah ini kan?" Sela Valeri menatap Layla. Valeri, Stela dan Kei melebarkan matanya tak percaya menatap Layla. Sementara Layla hanya tersenyum menganggukkan kepala.

"Anak anak! kalian waktunya masuk kelas !"

Layla dan ke empat temannya menoleh ke arah suara. Nampak seorang guru berpakaian muslimah tengah menatap mereka.

"Ayo cepat kita masuk" ucap Kei bergegas melangkahkan kakinya memasuki kelas di ikuti yang lain.

Dan kebetulan sekali Layla satu kelas dengan empat teman barunya itu.

Di dalam kelas Layla menghadap wali kelasnya yang sudah menunggu.

"Maaf Bu saya datang terlambat, saya anak baru" ucap Layla.

"Kau putri Pak Surya pemilik sekolah ini?"

Layla tersenyum menganggukkan kepala. " Benar."

Guru itu pun tersenyum. " Aku Hana, wali kelas yang akan kau tempati. Sekarang kau duduk pilih dengan siapa."

Layla mengangguk hormat lalu memutar tubuhnya menatap semua murid mencari bangku yang kosong. Kebetulan sekali Stela duduk sendiri. Lalu Layla menghampiri Stela.

"Boleh aku duduk di sini?"

Stela tersenyum, "Tentu saja."

Kemudian Layla duduk di samping Stela. Di depan Layla telah duduk Valeri dan Asha. Sementara Kei duduk di samping Stela jajaran bangku ke dua.

Jam pelajaran pun di mulai, semua siswi dan siswa mengikuti pelajaran dengan tenang. Hingga tak terasa jam istirahat bel berbunyi.

"Ayo ke kantin aku lapar" ucap Stela sembari memegang perutnya. Lalu menarik tangan Layla.

"Asha, Valeri ayo ke kantin aku lapar!" seru Stela pada dua temannya.

Tanpa menunggu jawaban dari ke dua temannya Stela menarik tangan Layla langsung bergegas ke kantin di ikuti yang lain dari belakang.

Tak lama kemudian mereka telah sampai di kantin. Suasan ramai sekali di kantin itu. Layla yang terpaku menatap seluruh ruangan kantin di tarik tangannya oleh Stela untuk duduk setelah memesan beberapa makanan.

"Ayo duduk" ucap Stela.

"Bagaimana Layla? Anak laki laki di sekolah ini tampan bukan?" timpal Asha berbisik di telinga Layla.

Saat mereka tengah berbincang dan menyantap makanannya. Tiba tiba Kei datang menghampiri mereka dan duduk di depan Layla, "Boleh aku gabung?"

Layla dan yang lain menoleh menatap Kei, "Tentu saja" jawab Layla.

"Tumben kau ikut makan bareng kita" ucap Asha menatap Kei yang tengah memperhatikan Layla.

"Aku juga teman kalian bukan?" jawabnya sembari melirik Asha sesaat.

"Sejak kapan? biasanya kau makan sendirian di pojokkan" ujar Valeri menimpali perkataan Asha dan melirik ke dua temannya.

"Pasti ada yang di incar." Bisik Stela tapi jelas terdengar oleh semuanya. Sesaat Layla, Stela, Valeri dan Asha menatap Kei. Detik berikutnya mereka tertawa bersama. Sementara Kei acuh saja menanggapi godaan teman temannya. Kei lebih tertarik memperhatikan Layla dari pada membalas kata kata temannya.

Tak lama suara bel berbunyi, pertanda jam pelajaran akan segera di mulai. Kei dan Layla bangun dari duduknya dan berdiri.

"Kau sudah selesai makannya?" tanya Kei pada Layla.

Layla menganggukkan kepala, "sudah."

"Ayo, kita masuk." Kei meraih tangan Layla dan menggenggamnya erat.

Valeru, Asha dan Stela menatap Kei dan Layla dengan kedua mata melebar.

"Wooww! Pangeran kita sudah mulai berani!" seru Valeri tertawa, di ikuti kedua temannya.

"Hahahahaha!"

Semua teman sekolah mereka, yang masih berada di area kantin menatap ke arah mereka. Tapi Kei dengan santainya melangkahkan kaki bersama Layla.

Hari pertama masuk sekolah, menjadi awal perkenalan Kei dan Layla, tidak hanya sebagai teman sekolah. Tapi sekaligus menjadi teman sehati. Pandangan pertama telah terpatri satu asa di hati mereka tanpa Layla dan Kei sadari. Hari hari yang indah akan Layla dan Kei awali di sekolah ini. Tiada hal yang terindah selain cinta yang lahir dari dalam hati.

Terpopuler

Comments

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

𝐋α◦𝐒єησяιтꙷαᷜ 🇵🇸🇮🇩

dia👉 Layla aku👈 Laela 😅

2023-08-25

0

Unyu Unyu 😍

Unyu Unyu 😍

nyimak lagi 🤭

2020-11-14

0

Agus Amir Riyanto

Agus Amir Riyanto

good job

2020-04-08

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Awal mula.
2 Chapter 2: Perkenalan.
3 Chapter 3: Percikan api cinta
4 Chapter 4: Cinta suci Layla dan Kei
5 Chapter 5: Di tentang
6 Chapter 6: Janji Setia
7 Chapter 7: Pertemuan spesial
8 Chapter 8:Penolakan
9 Chapter 9: Ulang Tahun
10 Chapter 10: Kepergian
11 Chapter 11: Kabar berita
12 Chapter 12: Harapan
13 Chapter 13: Jatuh sakit.
14 Chapter 14: Hari pernikahan
15 Chapter 15: Kerinduan
16 Chapter 16: Ketenangan
17 Chapter 17: Luka lama
18 Chapter 18: Penyesalan
19 Chapter 19: Terlambat.
20 Chapter 20: Pertemuan terakhir
21 Chapter 21: Berkabung
22 Chapter 22: Suara hati.
23 Chapter 23: Fitnah
24 Chapter 24: putus asa
25 Chapter 25: Keputusan
26 Chapter 26: Niat buruk
27 Chapter 27: Penyerangan
28 Chapter 28: Serba salah
29 Chapter 29: Pembunuhan
30 Chapter 30: Intimidasi
31 Chapter 31: Tipu daya
32 Chapter 32: Permintaan maaf
33 Chapter 33: Sahabat
34 Chapter 34: Kedewasaan
35 Chapter 35: Konsisten.
36 Chapter 36: Hati yang luka
37 Chapter 37: Kematian Dinda
38 Chapter 38: Keheningan.
39 Chapter 39: Salah siapa?
40 Chapter 40: Kasih terbesar
41 Chapter 41: Kedalaman jiwa
42 Chapter 42: Penculikan
43 Chapter 43: Penculikan 2
44 Chapter 44: Amnesia
45 Chapter 45: Amnesia 2
46 Chapter 46:Amnesia 3
47 Chapter 47: Lemah
48 Chapter 48: Hakikat Cinta
49 Chapter 49: Sebuah rasa
50 Chapter 50: Hidup dan mati.
51 Chapter 51: Menguji hati.
52 Chapter 52: Ingatan yang kembali
53 Chapter 53: Ego
54 Chapter 54: Labirin
55 Chapter 55: Harapan terakhir
56 Chapter 56: Kerumitan
57 Chapter 57: Gigih
58 Chapter 58: Waktu yang tersisa
59 Chapter 59: Ulang tahun ke 35
60 Chapter 60: Keputusan final
61 Chapter 61: pura pura
62 Chapter 62: Obsesi
63 Chapter 63: luka hati
64 Chapter 64: Balas budi
65 Chapter 65: Orang ketiga
66 Chapter 66: Apa salahku?
67 Chapter 67: Dokter Rico
68 Chapter 68: Rico pria misterius
69 Chapter 69: Tunangan?
70 Chapter 70: Akhir kejahatan Yudha
71 Chapter 71: Janji tinggal janji
72 Chapter 72: Perpisahan
73 Chapter 73: Hamil?
74 Chapter 74: Pernikahan Kei dan Layla.
75 Chapter 75: Takdir Layla?
76 Bab 76: Kebahagiaan di sisa hidup.
77 Bab 77: Kembali berpisah.
78 Bab 78: Pilihan Layla
79 Bab 79: Kata cinta terakhir Layla
80 Bab 80: Waktu yang tersisa
81 Bab 81: Seberapa sulit melupakan?
82 Bab 82: Membuang ego.
83 Bab 83: Sebening kasih, selembut cinta.
84 Bab 84: Rindu Ibu.
85 Bab 85: Akhir perjuangan Layla
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1: Awal mula.
2
Chapter 2: Perkenalan.
3
Chapter 3: Percikan api cinta
4
Chapter 4: Cinta suci Layla dan Kei
5
Chapter 5: Di tentang
6
Chapter 6: Janji Setia
7
Chapter 7: Pertemuan spesial
8
Chapter 8:Penolakan
9
Chapter 9: Ulang Tahun
10
Chapter 10: Kepergian
11
Chapter 11: Kabar berita
12
Chapter 12: Harapan
13
Chapter 13: Jatuh sakit.
14
Chapter 14: Hari pernikahan
15
Chapter 15: Kerinduan
16
Chapter 16: Ketenangan
17
Chapter 17: Luka lama
18
Chapter 18: Penyesalan
19
Chapter 19: Terlambat.
20
Chapter 20: Pertemuan terakhir
21
Chapter 21: Berkabung
22
Chapter 22: Suara hati.
23
Chapter 23: Fitnah
24
Chapter 24: putus asa
25
Chapter 25: Keputusan
26
Chapter 26: Niat buruk
27
Chapter 27: Penyerangan
28
Chapter 28: Serba salah
29
Chapter 29: Pembunuhan
30
Chapter 30: Intimidasi
31
Chapter 31: Tipu daya
32
Chapter 32: Permintaan maaf
33
Chapter 33: Sahabat
34
Chapter 34: Kedewasaan
35
Chapter 35: Konsisten.
36
Chapter 36: Hati yang luka
37
Chapter 37: Kematian Dinda
38
Chapter 38: Keheningan.
39
Chapter 39: Salah siapa?
40
Chapter 40: Kasih terbesar
41
Chapter 41: Kedalaman jiwa
42
Chapter 42: Penculikan
43
Chapter 43: Penculikan 2
44
Chapter 44: Amnesia
45
Chapter 45: Amnesia 2
46
Chapter 46:Amnesia 3
47
Chapter 47: Lemah
48
Chapter 48: Hakikat Cinta
49
Chapter 49: Sebuah rasa
50
Chapter 50: Hidup dan mati.
51
Chapter 51: Menguji hati.
52
Chapter 52: Ingatan yang kembali
53
Chapter 53: Ego
54
Chapter 54: Labirin
55
Chapter 55: Harapan terakhir
56
Chapter 56: Kerumitan
57
Chapter 57: Gigih
58
Chapter 58: Waktu yang tersisa
59
Chapter 59: Ulang tahun ke 35
60
Chapter 60: Keputusan final
61
Chapter 61: pura pura
62
Chapter 62: Obsesi
63
Chapter 63: luka hati
64
Chapter 64: Balas budi
65
Chapter 65: Orang ketiga
66
Chapter 66: Apa salahku?
67
Chapter 67: Dokter Rico
68
Chapter 68: Rico pria misterius
69
Chapter 69: Tunangan?
70
Chapter 70: Akhir kejahatan Yudha
71
Chapter 71: Janji tinggal janji
72
Chapter 72: Perpisahan
73
Chapter 73: Hamil?
74
Chapter 74: Pernikahan Kei dan Layla.
75
Chapter 75: Takdir Layla?
76
Bab 76: Kebahagiaan di sisa hidup.
77
Bab 77: Kembali berpisah.
78
Bab 78: Pilihan Layla
79
Bab 79: Kata cinta terakhir Layla
80
Bab 80: Waktu yang tersisa
81
Bab 81: Seberapa sulit melupakan?
82
Bab 82: Membuang ego.
83
Bab 83: Sebening kasih, selembut cinta.
84
Bab 84: Rindu Ibu.
85
Bab 85: Akhir perjuangan Layla

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!