Hari hari berikutnya Layla tinggal di rumah Kartika dan membantu pekerjaan Kartika memungut sampah plastik. Setiap kali Kartika dan Layla beristirahat. Layla akan membacakan syair puisi tentang cinta membuat Kartika seringkali meneteskan air mata karena teringat suaminya.
"Kamu pintar sekali nak." Puji Kartika pada Layla.
Kini Layla sedikit lebih tenang dari pada hari hari sebelumnya. Meskipun tubuhnya terlihat kurus dan tidak terawat akan tetapi wajahnya masih terlihat cantik tanpa polesan apapun di wajahnya.
Hingga di suatu tempat di sore hari, Kartika dan Layla berhenti dan beristirahat di sebuah taman tak jauh dari jalan raya. Layla dan Kartika duduk menikmati sore hari sambil bercanda melantunkan syair puisi. Tanpa Layla dan Kartika sadari ada seorang pria berwajah tampan dan berambut pirang tengah memperhatikannya di dalam mobil yang terparkir tepat di hadapan Layla dan Kartika duduk.
Pria itu tersenyum tatkala Layla melantunkan puisi. Ia terus memperhatikan Layla dan berkata dalam hati.
" Gadis itu nampak bukan dari kalangan orang tidak punya. Dari wajahnya terlihat anak orang kaya. Aku jadi penasaran dari bahasa dia membacakan puisi terdengar seperti orang terpelajar."
Pria itu pun memutuskan untuk keluar dari mobil dan mendekati Layla untuk berkenalan. Kemudian pria itu mendekati Layla dan Kartika yang sedang tertawa bersama.
"Hai" sapa pria itu, dengan satu tangan menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan satu tangannya lagi ia masukkan ke dalam saku celana. Layla dan Kartika menoleh ke arah suara dan melihat seorang pria tengah berdiri di hadapan mereka. Layla dan Kartika menghentikan tawanya dan menganggukkan kepala dengan tersenyum pada pria itu.
"Boleh kenalan?" tanya pria itu tanpa basa basi.
Layla dan Kartika saling tatap sesaat. Lalu menganggukkan kepala.
"Boleh nak, nama Ibu Kartika dan ini Layla." Kartika mengenalkan diri.
"Aku Raiden, panggil aku Rai."
Layla dan Kartika menganggukkan kepala sesaat, "duduk nak, kalau tidak keberatan duduk bersama kami" ucap Kartika pada Raiden.
"Oh, tidak apa apa" jawabnya sambil duduk di sebelah Layla yang menundukkan kepala.
"Aku suka dengan puisimu Layla." Raiden menatap Layla.
"Terima kasih" jawab Layla dengan terus menundukkan kepala.
"Boleh aku dengar lagi?" tanya Raiden.
Layla menoleh menatap Raiden dan berkata. "Tentu." Kemudian Layla kembali melantunkan puisi, hingga membuat Raiden hanyut terbawa setiap lantunan syair yang Layla bawakan.
"Plok plok!!
Raiden tepuk tangan setelah Layla selesai melantunkan syair.
" Keren." ucapnya singkat.
"Terima kasih."
"Layla, hari sudah mau gelap. Sebaiknya kita pulang." Kartika menatap langit yang terlihat mulai gelap.
"Baik Bu." Layla bangkit dari duduknya dan menatap Raiden, "aku pulang dulu, sampai jumpa lagi nanti." Layla membungkukkan badan sesaat lalu balik badan membantu Kartika mendorong gerobak.
"Kami pulang dulu nak!" seru Kartika sembari mendorong gerobak.
Raiden tertegun menatap punggung Layla, dia sangat yakin kalau Layla gadis terpelajar. Ada keinginan kuat untuk mengenal Layla lebih jauh karena di dorong rasa penasaran. Raiden langsung beranjak dari duduknya dan memasuki mobil mengikuti Layla dan Kartika dari belakang dengan pelan Raiden ingin tahu di mana Layla tinggal. Supaya memudahkannya untuk menemui Layla nanti.
Tak lama kemudian Raiden melihat Layla dan Kartika telah sampai di halaman rumahnya dan mereka masuk ke dalam rumah.
"Hmm, ternyata mereka tinggal disini. Baiklah, nanti malam aku kembali lagi ke sini" gumamnya pelan, lalu ia memutar balik mobilnya dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu.
***
Saat malam tiba, Layla dan Kartika pun sedang menikmati suasana malam hari di teras rumahnya. Tiba tiba sebuah mobil berhenti di halaman rumah Kartika. Layla dan Kartika menatap mobil itu dan melihat Raiden keluar dari dalam mobil langsung menghampiri mereka.
"Malam Bu, malam Layla" sapa Raiden dengan sopan.
"Eh, kamu rupanya Nak, sini duduk." Kartika berdiri dan mempersilahkan Raiden duduk di kursi samping Layla. Karena kursinya cuma dua, akhirnya Kartika masuk ke dalam dan membuatkan teh hangat untuk Layla dan Raiden.
"Di minum nak" ucap Kartika sambil meletakkan dua gelas teh di hadapan Layla dan Raiden.
"Terima kasih Bu."
"Ibu tinggal dulu ya." Kartika tersenyum Lalu Kartika kembali masuk ke dalam rumah.
"Kau bisa tahu rumah ini?" tanya Layla membuka pembicaraan.
"Maaf, tadi aku mengikutimu dari belakang, karena aku ingin mengenalmu" jawab Raiden tanpa basa basi.
"Apa kau tidak malu berteman denganku?" tanya Layla.
"Tidak."
Layla tersenyum menatap Raiden, pria tampan berambut pirang serupa dengan Kei.
"Apa kau tidak keberatan?" Raiden bertanya balik.
Layla menggelengkan kepala, "tidak."
Akhirnya mereka terlibat perbincangan di awali dengan perkenalan Raiden, apa pekerjaannya dan di mana dia tinggal. Lalu Raiden mulai bertanya tentang Layla. Layla hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Raiden. Layla menarik napas dalam lalu ia hembuskan perlahan.
"Aku di sini hanya menumpang." Layla tersenyum menatap Raiden.
"Maksudmu?" tanya Raiden.
"Rumahku bukan di sini, tapi di Jakarta. Hanya saja, aku memang sengaja meninggalkan rumah."
"Jadi, kau bukan anak Bu Kartika?" tanya Raiden lagi.
Layla menggelengkan kepala sesaat, lalu menundukkan kepala, "Bu Kartika memang bukan Ibuku, tapi beliau sama seperti Ibuku."
"Ow, menarik." Raiden menatap Layla penuh kekaguman. Dibalik penampilan Layla yang berantakan dan tak terawat. Tapi tidak memudarkan kecantikannya yang terlihat bersinar di mata Raiden.
"Aku senang berkenalan denganmu Layla," Raiden menundukkan kepala sesaat. " oh ya Layla, kapan kapan aku akan mengajakmu ke rumahku. Apakah kau mau?" tanya Raiden pada Layla.
"Boleh."
"Kalau begitu, aku pamit pulang dulu. Besok siang aku jempt kamu, aku akan mengajakmu main kerumahku." Ucap Raiden sembari melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 22:30.
"Baiklah."
"Sampai ketemu besok, dan sampaikan salamku untuk Ibu Kartika." Raiden bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir. Raiden melambaikan tangannya sesaat lalu ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian Raiden meninggalkan rumah Kartika.
Layla menatap mobil Raiden hingga hilang di belokkan jalan. Layla menghela napas dalam dalam lalu berkata. " Kei" gumamnya pelan.
"Kok melamun?" sapa Bu Kartika dari arah pintu.
Layla menoleh menatap Kartika yang berdiri di depan pintu lalu Kartika berjalan dan duduk di samping Layla. "Sepertinya dia pria baik."
"Raiden?" tanya Layla.
Kartika menganggukkan kepala dan berkata. "Iya Layla, memang Ibu bicarakan hantu?" Goda Kartika pada Layla.
Layla tertawa kecil menatap Kartika. "Ya, sepertinya begitu" jawab Layla datar saja.
"Apa kau tidak tertarik Layla?"
"Ah Ibu, mana mungkin dia suka padaku? lagipula aku tidak bisa pindah ke lain hati." jawab Layla.
"Apa kau sudah punya kekasih?" tanya Kartika penasaran.
Layla menganggukkan kepala, "sudah Bu, tapi dia menikah dengan wanita lain."
"Kenapa?" tanya Kartika.
"Orang tuanya bangkrut, untuk menyelamatkan perekonomian mereka, orangtuanya menjodohkan dia."
Kartika mengangguk anggukkan kepala tanda mengerti, "orangtua yang haus akan harta duniawi, tapi mengorbankan masa depan anaknya sendiri."
"Ya, begitulah Bu."
Kartika menghirup napas panjang, "Layla sudah malam, sebaiknya kita tidur."
"Ibu tidur duluan, aku menyusul" jawab Layla.
"Baiklah." Kartika menguap lalu bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Sementara Layla masih terpaku di teras rumah memandang langit bertabur bintang, mendengarkan suara gemericik daun daun yang tertiup angin, suara burung hantu, dan angin malam yang menyentuh kulit Layla. Itu semua Layla anggap sebagai suara kerinduan Kei ke padanya. Itulah mengapa Layla selalu menikmati suara apapun sebagai bagian dari dirinya dan juga Kei. Sehingga memberikan sebuah ketenangan tersendiri untuk Layla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Rini susanti
lanjut thor
2020-04-08
0
Ajeng Pratiwi
lanjut thor
2020-04-08
0
rusmiati rusmiati
bahasa sastranya dalem banget
2020-04-08
0