Chapter 16: Ketenangan

Hari hari berikutnya Layla tinggal di rumah Kartika dan membantu pekerjaan Kartika memungut sampah plastik. Setiap kali Kartika dan Layla beristirahat. Layla akan membacakan syair puisi tentang cinta membuat Kartika seringkali meneteskan air mata karena teringat suaminya.

"Kamu pintar sekali nak." Puji Kartika pada Layla.

Kini Layla sedikit lebih tenang dari pada hari hari sebelumnya. Meskipun tubuhnya terlihat kurus dan tidak terawat akan tetapi wajahnya masih terlihat cantik tanpa polesan apapun di wajahnya.

Hingga di suatu tempat di sore hari, Kartika dan Layla berhenti dan beristirahat di sebuah taman tak jauh dari jalan raya. Layla dan Kartika duduk menikmati sore hari sambil bercanda melantunkan syair puisi. Tanpa Layla dan Kartika sadari ada seorang pria berwajah tampan dan berambut pirang tengah memperhatikannya di dalam mobil yang terparkir tepat di hadapan Layla dan Kartika duduk.

Pria itu tersenyum tatkala Layla melantunkan puisi. Ia terus memperhatikan Layla dan berkata dalam hati.

" Gadis itu nampak bukan dari kalangan orang tidak punya. Dari wajahnya terlihat anak orang kaya. Aku jadi penasaran dari bahasa dia membacakan puisi terdengar seperti orang terpelajar."

Pria itu pun memutuskan untuk keluar dari mobil dan mendekati Layla untuk berkenalan. Kemudian pria itu mendekati Layla dan Kartika yang sedang tertawa bersama.

"Hai" sapa pria itu, dengan satu tangan menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan satu tangannya lagi ia masukkan ke dalam saku celana. Layla dan Kartika menoleh ke arah suara dan melihat seorang pria tengah berdiri di hadapan mereka. Layla dan Kartika menghentikan tawanya dan menganggukkan kepala dengan tersenyum pada pria itu.

"Boleh kenalan?" tanya pria itu tanpa basa basi.

Layla dan Kartika saling tatap sesaat. Lalu menganggukkan kepala.

"Boleh nak, nama Ibu Kartika dan ini Layla." Kartika mengenalkan diri.

"Aku Raiden, panggil aku Rai."

Layla dan Kartika menganggukkan kepala sesaat, "duduk nak, kalau tidak keberatan duduk bersama kami" ucap Kartika pada Raiden.

"Oh, tidak apa apa" jawabnya sambil duduk di sebelah Layla yang menundukkan kepala.

"Aku suka dengan puisimu Layla." Raiden menatap Layla.

"Terima kasih" jawab Layla dengan terus menundukkan kepala.

"Boleh aku dengar lagi?" tanya Raiden.

Layla menoleh menatap Raiden dan berkata. "Tentu." Kemudian Layla kembali melantunkan puisi, hingga membuat Raiden hanyut terbawa setiap lantunan syair yang Layla bawakan.

"Plok plok!!

Raiden tepuk tangan setelah Layla selesai melantunkan syair.

" Keren." ucapnya singkat.

"Terima kasih."

"Layla, hari sudah mau gelap. Sebaiknya kita pulang." Kartika menatap langit yang terlihat mulai gelap.

"Baik Bu." Layla bangkit dari duduknya dan menatap Raiden, "aku pulang dulu, sampai jumpa lagi nanti." Layla membungkukkan badan sesaat lalu balik badan membantu Kartika mendorong gerobak.

"Kami pulang dulu nak!" seru Kartika sembari mendorong gerobak.

Raiden tertegun menatap punggung Layla, dia sangat yakin kalau Layla gadis terpelajar. Ada keinginan kuat untuk mengenal Layla lebih jauh karena di dorong rasa penasaran. Raiden langsung beranjak dari duduknya dan memasuki mobil mengikuti Layla dan Kartika dari belakang dengan pelan Raiden ingin tahu di mana Layla tinggal. Supaya memudahkannya untuk menemui Layla nanti.

Tak lama kemudian Raiden melihat Layla dan Kartika telah sampai di halaman rumahnya dan mereka masuk ke dalam rumah.

"Hmm, ternyata mereka tinggal disini. Baiklah, nanti malam aku kembali lagi ke sini" gumamnya pelan, lalu ia memutar balik mobilnya dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu.

***

Saat malam tiba, Layla dan Kartika pun sedang menikmati suasana malam hari di teras rumahnya. Tiba tiba sebuah mobil berhenti di halaman rumah Kartika. Layla dan Kartika menatap mobil itu dan melihat Raiden keluar dari dalam mobil langsung menghampiri mereka.

"Malam Bu, malam Layla" sapa Raiden dengan sopan.

"Eh, kamu rupanya Nak, sini duduk." Kartika berdiri dan mempersilahkan Raiden duduk di kursi samping Layla. Karena kursinya cuma dua, akhirnya Kartika masuk ke dalam dan membuatkan teh hangat untuk Layla dan Raiden.

"Di minum nak" ucap Kartika sambil meletakkan dua gelas teh di hadapan Layla dan Raiden.

"Terima kasih Bu."

"Ibu tinggal dulu ya." Kartika tersenyum Lalu Kartika kembali masuk ke dalam rumah.

"Kau bisa tahu rumah ini?" tanya Layla membuka pembicaraan.

"Maaf, tadi aku mengikutimu dari belakang, karena aku ingin mengenalmu" jawab Raiden tanpa basa basi.

"Apa kau tidak malu berteman denganku?" tanya Layla.

"Tidak."

Layla tersenyum menatap Raiden, pria tampan berambut pirang serupa dengan Kei.

"Apa kau tidak keberatan?" Raiden bertanya balik.

Layla menggelengkan kepala, "tidak."

Akhirnya mereka terlibat perbincangan di awali dengan perkenalan Raiden, apa pekerjaannya dan di mana dia tinggal. Lalu Raiden mulai bertanya tentang Layla. Layla hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Raiden. Layla menarik napas dalam lalu ia hembuskan perlahan.

"Aku di sini hanya menumpang." Layla tersenyum menatap Raiden.

"Maksudmu?" tanya Raiden.

"Rumahku bukan di sini, tapi di Jakarta. Hanya saja, aku memang sengaja meninggalkan rumah."

"Jadi, kau bukan anak Bu Kartika?" tanya Raiden lagi.

Layla menggelengkan kepala sesaat, lalu menundukkan kepala, "Bu Kartika memang bukan Ibuku, tapi beliau sama seperti Ibuku."

"Ow, menarik." Raiden menatap Layla penuh kekaguman. Dibalik penampilan Layla yang berantakan dan tak terawat. Tapi tidak memudarkan kecantikannya yang terlihat bersinar di mata Raiden.

"Aku senang berkenalan denganmu Layla," Raiden menundukkan kepala sesaat. " oh ya Layla, kapan kapan aku akan mengajakmu ke rumahku. Apakah kau mau?" tanya Raiden pada Layla.

"Boleh."

"Kalau begitu, aku pamit pulang dulu. Besok siang aku jempt kamu, aku akan mengajakmu main kerumahku." Ucap Raiden sembari melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 22:30.

"Baiklah."

"Sampai ketemu besok, dan sampaikan salamku untuk Ibu Kartika." Raiden bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir. Raiden melambaikan tangannya sesaat lalu ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian Raiden meninggalkan rumah Kartika.

Layla menatap mobil Raiden hingga hilang di belokkan jalan. Layla menghela napas dalam dalam lalu berkata. " Kei" gumamnya pelan.

"Kok melamun?" sapa Bu Kartika dari arah pintu.

Layla menoleh menatap Kartika yang berdiri di depan pintu lalu Kartika berjalan dan duduk di samping Layla. "Sepertinya dia pria baik."

"Raiden?" tanya Layla.

Kartika menganggukkan kepala dan berkata. "Iya Layla, memang Ibu bicarakan hantu?" Goda Kartika pada Layla.

Layla tertawa kecil menatap Kartika. "Ya, sepertinya begitu" jawab Layla datar saja.

"Apa kau tidak tertarik Layla?"

"Ah Ibu, mana mungkin dia suka padaku? lagipula aku tidak bisa pindah ke lain hati." jawab Layla.

"Apa kau sudah punya kekasih?" tanya Kartika penasaran.

Layla menganggukkan kepala, "sudah Bu, tapi dia menikah dengan wanita lain."

"Kenapa?" tanya Kartika.

"Orang tuanya bangkrut, untuk menyelamatkan perekonomian mereka, orangtuanya menjodohkan dia."

Kartika mengangguk anggukkan kepala tanda mengerti, "orangtua yang haus akan harta duniawi, tapi mengorbankan masa depan anaknya sendiri."

"Ya, begitulah Bu."

Kartika menghirup napas panjang, "Layla sudah malam, sebaiknya kita tidur."

"Ibu tidur duluan, aku menyusul" jawab Layla.

"Baiklah." Kartika menguap lalu bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Sementara Layla masih terpaku di teras rumah memandang langit bertabur bintang, mendengarkan suara gemericik daun daun yang tertiup angin, suara burung hantu, dan angin malam yang menyentuh kulit Layla. Itu semua Layla anggap sebagai suara kerinduan Kei ke padanya. Itulah mengapa Layla selalu menikmati suara apapun sebagai bagian dari dirinya dan juga Kei. Sehingga memberikan sebuah ketenangan tersendiri untuk Layla.

Terpopuler

Comments

Rini susanti

Rini susanti

lanjut thor

2020-04-08

0

Ajeng Pratiwi

Ajeng Pratiwi

lanjut thor

2020-04-08

0

rusmiati rusmiati

rusmiati rusmiati

bahasa sastranya dalem banget

2020-04-08

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Awal mula.
2 Chapter 2: Perkenalan.
3 Chapter 3: Percikan api cinta
4 Chapter 4: Cinta suci Layla dan Kei
5 Chapter 5: Di tentang
6 Chapter 6: Janji Setia
7 Chapter 7: Pertemuan spesial
8 Chapter 8:Penolakan
9 Chapter 9: Ulang Tahun
10 Chapter 10: Kepergian
11 Chapter 11: Kabar berita
12 Chapter 12: Harapan
13 Chapter 13: Jatuh sakit.
14 Chapter 14: Hari pernikahan
15 Chapter 15: Kerinduan
16 Chapter 16: Ketenangan
17 Chapter 17: Luka lama
18 Chapter 18: Penyesalan
19 Chapter 19: Terlambat.
20 Chapter 20: Pertemuan terakhir
21 Chapter 21: Berkabung
22 Chapter 22: Suara hati.
23 Chapter 23: Fitnah
24 Chapter 24: putus asa
25 Chapter 25: Keputusan
26 Chapter 26: Niat buruk
27 Chapter 27: Penyerangan
28 Chapter 28: Serba salah
29 Chapter 29: Pembunuhan
30 Chapter 30: Intimidasi
31 Chapter 31: Tipu daya
32 Chapter 32: Permintaan maaf
33 Chapter 33: Sahabat
34 Chapter 34: Kedewasaan
35 Chapter 35: Konsisten.
36 Chapter 36: Hati yang luka
37 Chapter 37: Kematian Dinda
38 Chapter 38: Keheningan.
39 Chapter 39: Salah siapa?
40 Chapter 40: Kasih terbesar
41 Chapter 41: Kedalaman jiwa
42 Chapter 42: Penculikan
43 Chapter 43: Penculikan 2
44 Chapter 44: Amnesia
45 Chapter 45: Amnesia 2
46 Chapter 46:Amnesia 3
47 Chapter 47: Lemah
48 Chapter 48: Hakikat Cinta
49 Chapter 49: Sebuah rasa
50 Chapter 50: Hidup dan mati.
51 Chapter 51: Menguji hati.
52 Chapter 52: Ingatan yang kembali
53 Chapter 53: Ego
54 Chapter 54: Labirin
55 Chapter 55: Harapan terakhir
56 Chapter 56: Kerumitan
57 Chapter 57: Gigih
58 Chapter 58: Waktu yang tersisa
59 Chapter 59: Ulang tahun ke 35
60 Chapter 60: Keputusan final
61 Chapter 61: pura pura
62 Chapter 62: Obsesi
63 Chapter 63: luka hati
64 Chapter 64: Balas budi
65 Chapter 65: Orang ketiga
66 Chapter 66: Apa salahku?
67 Chapter 67: Dokter Rico
68 Chapter 68: Rico pria misterius
69 Chapter 69: Tunangan?
70 Chapter 70: Akhir kejahatan Yudha
71 Chapter 71: Janji tinggal janji
72 Chapter 72: Perpisahan
73 Chapter 73: Hamil?
74 Chapter 74: Pernikahan Kei dan Layla.
75 Chapter 75: Takdir Layla?
76 Bab 76: Kebahagiaan di sisa hidup.
77 Bab 77: Kembali berpisah.
78 Bab 78: Pilihan Layla
79 Bab 79: Kata cinta terakhir Layla
80 Bab 80: Waktu yang tersisa
81 Bab 81: Seberapa sulit melupakan?
82 Bab 82: Membuang ego.
83 Bab 83: Sebening kasih, selembut cinta.
84 Bab 84: Rindu Ibu.
85 Bab 85: Akhir perjuangan Layla
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Chapter 1: Awal mula.
2
Chapter 2: Perkenalan.
3
Chapter 3: Percikan api cinta
4
Chapter 4: Cinta suci Layla dan Kei
5
Chapter 5: Di tentang
6
Chapter 6: Janji Setia
7
Chapter 7: Pertemuan spesial
8
Chapter 8:Penolakan
9
Chapter 9: Ulang Tahun
10
Chapter 10: Kepergian
11
Chapter 11: Kabar berita
12
Chapter 12: Harapan
13
Chapter 13: Jatuh sakit.
14
Chapter 14: Hari pernikahan
15
Chapter 15: Kerinduan
16
Chapter 16: Ketenangan
17
Chapter 17: Luka lama
18
Chapter 18: Penyesalan
19
Chapter 19: Terlambat.
20
Chapter 20: Pertemuan terakhir
21
Chapter 21: Berkabung
22
Chapter 22: Suara hati.
23
Chapter 23: Fitnah
24
Chapter 24: putus asa
25
Chapter 25: Keputusan
26
Chapter 26: Niat buruk
27
Chapter 27: Penyerangan
28
Chapter 28: Serba salah
29
Chapter 29: Pembunuhan
30
Chapter 30: Intimidasi
31
Chapter 31: Tipu daya
32
Chapter 32: Permintaan maaf
33
Chapter 33: Sahabat
34
Chapter 34: Kedewasaan
35
Chapter 35: Konsisten.
36
Chapter 36: Hati yang luka
37
Chapter 37: Kematian Dinda
38
Chapter 38: Keheningan.
39
Chapter 39: Salah siapa?
40
Chapter 40: Kasih terbesar
41
Chapter 41: Kedalaman jiwa
42
Chapter 42: Penculikan
43
Chapter 43: Penculikan 2
44
Chapter 44: Amnesia
45
Chapter 45: Amnesia 2
46
Chapter 46:Amnesia 3
47
Chapter 47: Lemah
48
Chapter 48: Hakikat Cinta
49
Chapter 49: Sebuah rasa
50
Chapter 50: Hidup dan mati.
51
Chapter 51: Menguji hati.
52
Chapter 52: Ingatan yang kembali
53
Chapter 53: Ego
54
Chapter 54: Labirin
55
Chapter 55: Harapan terakhir
56
Chapter 56: Kerumitan
57
Chapter 57: Gigih
58
Chapter 58: Waktu yang tersisa
59
Chapter 59: Ulang tahun ke 35
60
Chapter 60: Keputusan final
61
Chapter 61: pura pura
62
Chapter 62: Obsesi
63
Chapter 63: luka hati
64
Chapter 64: Balas budi
65
Chapter 65: Orang ketiga
66
Chapter 66: Apa salahku?
67
Chapter 67: Dokter Rico
68
Chapter 68: Rico pria misterius
69
Chapter 69: Tunangan?
70
Chapter 70: Akhir kejahatan Yudha
71
Chapter 71: Janji tinggal janji
72
Chapter 72: Perpisahan
73
Chapter 73: Hamil?
74
Chapter 74: Pernikahan Kei dan Layla.
75
Chapter 75: Takdir Layla?
76
Bab 76: Kebahagiaan di sisa hidup.
77
Bab 77: Kembali berpisah.
78
Bab 78: Pilihan Layla
79
Bab 79: Kata cinta terakhir Layla
80
Bab 80: Waktu yang tersisa
81
Bab 81: Seberapa sulit melupakan?
82
Bab 82: Membuang ego.
83
Bab 83: Sebening kasih, selembut cinta.
84
Bab 84: Rindu Ibu.
85
Bab 85: Akhir perjuangan Layla

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!