Nakura melihat story Instagram Ryuji, sebuah kata-kata yang di tulis.
Kalau aku jadi durinya mungkin kamu tangkainya, tapi dia kelopak bunga yang lebih berkuasa daripada aku.
Kalau kamu hanya bulan, aku bumi dan dia matahari yang memberikan sinar hangatnya.
Rasanya tak cukup aku mengutarakan perasaanku padamu. Kita selalu terhalang satu orang, dan dia akan memilikimu secara resmi. Aku sadar dan merasa tertampar, bahwa kamu dan dia akan hidup bersama-sama.
Nakura merasakan sakit hati Ryuji mengutarakan itu.
"Pasti ini gara-gara Aoi lagi. Tuh cewek gak tau diri banget sih! Ryuji jelas-jelas pacarku!" Nakura menatap kata-kata Ryuji itu dengan nyalang.
"Liat aja, aku bakal perhitungan sama kamu Aoi," Nakura tersenyum miring. Saatnya membuat Aoi bungkam.
***
"Aoi, kok daritadi gak lukis apa-apa?" tanya Haruka heran.
Ya, saat ini adalah kelas melukis yang bertema perbukitan.
Aoi menoleh. "Eh? Aku ngelukis kok. Nih mau mulai, cuman nyari gambarannya aja," kilahnya. Tapi yang ada di pikirannya hanya Makoto yang rela mengerjakan PR-nya sampai ketiduran.
Flashback on
Aoi sengaja tak menutup pintu kamarnya. Ia hanya ingin melihat Makoto yang mengerjakan PR-nya. Pria itu sangat serius, terkadang diam dan berpikir.
'Segitunya mau ngerjain PR. Huh, apa dia emang tulus ya? Ah gak percaya deh. Cowok sekarang kan katanya sama semua. Paling ujung-ujungnya bakalan di tinggalin,' batinnya.
Makoto pun tertidur.
Aoi yang tak tega melihat Makoto tidur dengan posisi duduk pun hanya bisa memberikan balutan selimut di tibuh Makoto.
"Makasih," Aoi mengembangkan senyumnya.
Flashback off
Akhirnya Aoi menyelesaikan lukisannya. Perbukitan yang sepi, hanya ada dua orang saling memandangi dengan siluet senja sore menambah kesan indah.
"Aoi! Bagus banget lukisannya!" pekik Fumie heboh seperti biasanya.
Aoi tersenyum simpul. "Hehehe, biasa aja. Aku cuman asal gambar kok. Punya kamu juga bagus Fumie, Haruka bagus," beginilah keseruan kelas melukis, selain bisa mengapresiasikan seni dan perasaan hati dari si penggambar.
Kringg..kring...
Akhirnya bel istirahat tiba. Selesai melukis, mereka di perbolehkan keluar dan jajan ke kantin.
Seperti Aoi, Haruka dan Fumie. Ketiga cewek itu memesan makanan super porsi besar. Apalagi Fumie yang doyan takoyaki.
Haruka menggeleng heran. "Emang gak takut gendut? Beli takoyaki sebanyak itu?"
Fumie menggeleng. "Loh makan itu kebutuhan pokok Haru. Kalau gak makan yang ada sakit, maag kambuh, sakitnya aja minta ampun," Fumie sekalian curhat betapa sakitnya maag itu daripada di duain tapi masih sayang. Kok aku curhat ya?
"Lebih baik makan bisa mengenyangkan juga menyenangkan. Hahaha betul gak?" tanya Haruka tertawa garing.
Krik..krik
Haruka menatap Aoi dan Fumie datar.
"Kok diam? Ketawa dong! Sebelum ketawa dilarang? Hahahah," kali ini Haruka tertawa lepas.
Aoi dan Fumie tertawa datar.
"Haha," seru keduanya kompak.
"Ish! Gak seru!" Haruka cemberut.
Haruka yang melihat Aoi tertawa pun tak suka.
"Gak boleh Aoi bahagia. Dia gak tau Ryuji sekarang sakit hati. Emang dasar ya cewek itu gak tau diri. Sukanya ninggalin demi cowok kaya. Ya gak Rum?" Nakura menoleh menatap Rumi yang lahap makan tokujo.
Rumi mengabaikan Nakura.
"Rumi! Dengerin aku gak sih tadi? Malah makan tokujo!" omel Nakura kesal.
Rumi menoleh. "Ngomong apa tadi Naku? Gak dengar. Enak banget tokujonya. Makasih udah di bayarin," Rumi tersenyum senang, kapan lagi di traktir di suhi bar?
"Tau aja gak usah ke sushi bar. Biarpun aku harus pakai teropong!" Nakura lama-lama gemas dengan Rumi yang hanya mengandalkan makanan terus-terusan.
"Emangnya Ryuji kenapa? Ada hubungannya sama Aoi?" tanya Rumi setelah tokujonya habis.
Nakura mengangguk. "Ryuji buat status cerita di Instagram. Intinya dia sakit hati ngeliat pacarnya sama cowok lain. Siapa lagi kalau bukan Aoi?"
Rumi mengangguk. "Terus, rencanamu apa?"
Haruka berpikir sejenak. "Hm, sini aku bisikin," ide ini akan berjalan dengan mulus, apalagi Aoi akan melawan siapapun yang mengganggunya.
"Asahahassttt. Faham kan?"
Rumi mengangguk. "Bentar lagi kan jam olahraga tuh di kelas Aoi. Taruh aja kertasnya di lacinya Aoi," usul Rumi cerdas.
Nakura mengangguk. "Pasti. Yuk kita ke sekolah. Mau bel," Nakura menarik tangan Rumi yang tukang mageran itu.
"Jangan di tarik-tarik! Aku bukan banteng!" Rumi meronta, ia menjadi pusat perhatian pejalan kaki.
***
"Udah belum gak sih? Lama banget kalian," omel Fumie tak sabaran. Ia sudah berganti kaos olahraga.
Haruka masih menyisir rambutnya, lalu ia ikat agar tida terbang kemana dimana.
"Fumie! Gak usah pakai parfum! Mau di godain warung sebelah? Kan kita lari keliling sekolah," Haruka mengambil alih parfumnya itu.
Fumie menggeleng. "Gak sih. Tapi aku bau keringat Haru. Cewek kan harus wangi. Siniin gak parfumnya!" Fumie berusaha mengggapai parfum itu, sayangnya Haruka lebih tinggi selisih 10 cm.
"Kalau kalian debat terus, aku tinggal nih," Aoi melangkah pergi.
"Tunggu Aoi!" seru Haruka dan Fumie bersamaan.
Nakura mulai beraksi, ia meletakkan suratnya di laci Aoi.
Nakura segera pergi sebelum ada yang melihatnya.
***
Di Sakura lapangan, kelas 12 Ipa 1 pemanasan terlebih dahulu sebelum atletik di mulai.
"Pemansan sudah selesai pak," lapor Maki yang selalu membimbing pemanasan saat olahraga. Selain itu, dirinya juga OSIS penting di sekolah.
Sasuke mengangguk. "Baik. Lari atletik, 15 menit dari sekarang!" Sasuke meniup peluitnya.
Karena Sakura lapangan luas, ada juga yang lari jogging, jalan, dan benar-benar lari.
Nafas Fumie tersengal. Baru satu putaran saja sudah melelahkan.
"Haru, aku gak kuat nih. Capek," Fumie menahan tangan Haruka.
Haruka menarik tangan Fumie ikut berlari.
"Jangan banyak omong, nanti pak Sasuke ngasih hukuman mau?"
"Gak mau," Fumie menggeleng.
Aoi berada paling depan, sudah biasa rasanya berlari 15 menit seperti 15 detik.
"Kurang sedikit lagi. Huh, haus banget lagi. Huh, bentar lagi istirahat. Semangat!" Aoi mengayun kakinya lebih cepat dari sebelumnya, ini hanya olahraga pemanasan dimana fisiknya harus di tuntut kuat.
Garis putih.
Selesai.
Aoi paling pertama menyelesaikan lari atletik 15 menit.
Sasuke menghampiri Aoi dengan senyum bangga. Cewek itu selalu juara dalam olahraga.
"Aoi, apa melelahkan lari atletik tadi?"
Aoi menggeleng. "Gak pak, lumayan buat olahraga biar kosentrasi pas belajar," tanpa olahraga, cara berpikirnya akan lambat seperti menghadapi mata pelajaran sains.
"Ya sudah. Kamu boleh istirahat, yang lain juga gitu kalau mereka udah selesai larinya. Semangat ya Aoi!" Sasuke mengepalkan tangannya memberikan dukungan untuk Aoi, sang ratu olahraga.
Aoi mengangguk. "Siap pak!"
Saat di kelas, Aoi mengambil air mineral di tasnya. Aoi duduk meneguk habis air itu. Haus dan lelah. Tenaganya terkuras habis.
"Setidaknya atletik tadi bikin hatiku seneng," Aoi mengembangkan senyumnya.
"Apa masih ada kiriman coklat dari cowok buaya ya?" Aoi melihat laci mejanya. Masih ada, sampai tangannya merasakan ada sebuah kertas yang di gulung.
Aoi membuka ikatan pita itu, kenapa sangat rapi? Apa ini dari pengagum rahasinya yang spesial?
Sebuah tulisan.
Aoi membacanya.
"Masih berani nyakitin Ryuji? Kamu akan berhadapan denganku. Masih berani menyia-nyiakan cinta Ryuji? Aku akan menyingkirkanmu dari sini. Ingat baik-baik, aku selalu ada dimana pun. Jangan tanya aku siapa, karena aku salah satu pengangum besar Ryuji. Semoga menikmati permainanku. Hahahaha," Aoi meremas kertas itu dan menyobeknya menjadi serpihan kecil.
"Sejak kapan aku nyatkiti Ryuji? Cinta macam apa yang tega menyakiti perasaan pasangannya?"
"Aku bisa menembak siapa kamu. Salahmu sendiri yang memberikan clue kata kunci. Kalau bukan Nakura, siapa?"
Sepertinya esok sampai kapan pun, ia harus menghadapi cewek itu.
***
Hai, info nih.
Mungkin beberapa hari ke depan TMOO gk bisa up, soalnya kan lagi libur hari raya wkwk, istirahat bentar mau lebaran dulu.
Tapi aku tetap nulis kok buat double up nanti.
Siap-siap ya?
See you-,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Fraha Kaisan Prasetio
semangat Thor...
Ied Mubarak...
2021-05-11
1