6. Bekal

Makoto bangun jam 4 subuh. Berkutat di dapur setelah sholat, Himarin melarangnya memasak.

"Aku pingin masak buat Aoi ma," ucap Makoto memelas. Ternyata masak tak semudah yang ia pikirkan.

Dan Makoto memilih nasi goreng karena paling mudah. Tapi bumbunya ia tidak tau.

"Udah, mama aja yang masak. Ntar keasinan lagi, mending kamu nyapu rumah dulu ya. Sana," ujar Himarin lembut.

Makoto menggeleng. "Mama masak nasi goreng kok enak? Bumbunya apa sih ma?" tanya Makoto kepo.

"Kalau itu rahasia. Udah sana nyapu, kalau mama yang masak pasti nagih mau lagi," ucap Himarin bangga. Hanya kali ini Makoto mau ke dapur, sebelumnya tak mau karena terciprat minyak goreng yang panas.

"Apa di goreng sama minyak juga ma?"

Anaknya ini terlalu banyak tanya. Tapi lucu, Himarin suka itu.

"Iya. Nanti kamu kecipratan lagi mau? Panas loh," sengaja Himarin bohong, Makoto masak dapur sudah bukan lagi dapur, tapi pasar.

Makoto bergidik ngeri. Se-menyeramkan itu ya masak nasi goreng daripada yang lain.

Setelah beberapa menit, Himarin selesai membuat nasi goreng ala keluarga Anekawa. Apalagi di tambah toping sosis.

Makoto mencium aroma nasi goreng. Seperinya sudah selesai. Ia tak sabar ingin mencicipi rasanya.

Saat di dapur, di meja makan sudah ada menu nasi goreng dan bekal merah muda cantik.

"Ma, kok merah muda?" siapa tau di sekolah nanti ada yang melihatnya bawa bekal merah muda, turun sudah gelar cool dan macho-nya.

"Ini buat Aoi. Kamu mandi dulu sana. Bau asem," Himarin menutup hidungnya.

Makoto cemberut. "Wangi kok. Mama pilek kali,"

"Mandi, atau bekalnya mama kasih ke ayahmu," ancam Himarin.

"Iya-iya nih mau mandi," jangan sampai bekal itu jatuh di tangan ayahnya.

Setelah selesai mandi dan bergaya cool, semprot parfum sana-sini, pelicin rambut tambah macho. Makoto tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.

Makoto menuruni tangga dengan tergesa. Rasanya tak sabar ingin memberikan bekal itu kepada Aoi.

Keluarga Anekawa sudah berkumpul sarapan di meja makan. Ada Junya Anekawa ayah Makoto, Himarin Hanazono, dan Syougo Anekawa. Adiknya itu juga satu kelas dengan Aoi.

Syougo menatap Makoto datar. Kakaknya itu selalu bergaya, apalagi kacamata kuno yang melekat iti sebagai ciri khas.

"Tumben lebih rapi daripada biasanya. Mau kemana?" tanya Syougo heran.

"Mau ketemu Aoi. Biasalah, biar tambah deket sama calon istrinya," jawab Himarin.

"Aku berangkat duluan aja ma. Mau jemout Aoi dulu, nanti Tuan Amschel marah," Makoto salim dan pamit pada Himarin dan Junya.

"Hati-hati. Jangan lupa, gombalin Aoi," Himarin memberikan bekal nasi goreng itu.

Makoto mengangguk. "Siap ma!" rasanya tak sabar bertemu Aoi, andai ia bisa teleportasi langsung ke mansion Rotschild yang menempuh 20 menit perjalanan.

***

Saat Makoto sampai di mansion Rotschild, Aoi duduk di ayunan menunggunya dengan wajah masam.

Makoto tersenyum. "Ciee yang nungguin," godanya menoel pipi Aoi.

Aoi menepis tangan Makoto yang nakal itu. "Apaan sih, cepet berangkat sekarang. Gue gak ada waktu ya," tegasnya ketus.

Makoto memberikan bekal merah muda itu.

"Dari mama. Kalau perlu aku suapin sekarang. Lagian masih belum jam enam. Gak ada salahnya kita santai dulu," Makoto duduk di sebelah Aoi.

"Kenapa harus di suapin?"

Karin memanggil Aoi tak ada sahutan, hingga ia mendapati anak semata wayangnya itu duduk berdua dengan Makoto. Di lihat begini kan adem.

"Aoi! Black card ketinggalan. Suka lupa sih, mau kamu gak jajan di sekolah?"

Aoi tersenyum, akhirnya ada sang mama yang bisa menyelamatkan moment awkard ini.

"Makasih ma. Aoi buru-buru ni. Piket kelas," Aoi meraih black card pribadinya itu.

"Kayaknya Makoto udah mulai suka sama kamu," ucap Karin membuat Aoi tersenyum kikuk.

"Aoi berangkat ya ma. Bye bye!" Aoi melambaikan tangannya. Karin hanya membalas senyum kalemnya.

Saat di dalam mobil, Makoto memaksa Aoi makan dengan syarat dirinya yang menyuapi.

"Udah gue bilang gak laper! Kok maksa sih?" ketus Aoi kesal. Selembar roti saja sudah cukup mengganjal perutnya.

"Makan sekarang, atau aku cium disini," tegas Makoto. Sedikit ancaman membuat Aoi terdiam mematung. Kelemahannya ini toh.

Aoi membuka mulutnya. "Dikit aja, gue gak suka makan banyak-banyak," ujarnya.

"Yakin? Awas aja ya kalau di habisin. Aku cium pipi kamu yang gembul itu," Makoto menyukai pipi Aoi yang menggembung, persis seperti ikan buntal.

Suapan pertama saja Aoi ingin menghabiskan nasi goreng itu. Tapi gengsi, karena Makoto akan menyentuh pipinya. Tidak bisa di biarkan, pipinya ini harus aman dari tangan nakal pria bermata empat itu, alias berkacamata.

"Tambah lagi. Aku tiba-tiba lapar," ucap Aoi beralasan.

"Oh ya?" Makoto tak percaya. "Palingan kamu mau lagi kan? Hayo ngaku," Makoto menoel pipi gembul itu. Ingin ia gigit tapi sadar, belum waktunya.

"Gak! Ya udah. Biarin aja gue sakit, sekalian aja ma-emm" mulut Aoi di bungkam.

"Sstt, ngomongnya gak boleh gitu. Aku suapin lagi, gak usah gengsi kalau mau lagi Aoi. Bilang aja, di pendam terus itu gak enak loh," entah sejak kapan Makoto berbicara panjang lebar. Intinya karena Aoi.

"Y" singkatnya cuek.

Makoto menyuapi Aoi dengan telaten. Nasi goreng buatan mamanya habis. Aoi sangat doyan.

"Kalau berani nyubit pipi gue, siap-siap aja gelud sama Aoi Mianami Rotschild," dengan senyum licik, Aoi tidak takut dengan Makoto. Kalau pria itu macam-macam, tinggal menelepon ayahnya saja sudah beres. Biar di batalkan perjodohan ini.

"Silahkan. Cewek itu feminim, bukan suka berantem," Makoto mencapit hidung Aoi gemas. Cewek si hadapnnya ini tidak ada sisi jinaknya, selalu saja ngegas dan marah-marah.

Aoi menepis tangan Makoto. "Ok. Gue turun aja, mending jalan kaki daripada bareng sama cowok genit," Aoi membuka pintu mobil, untung saja tidak di kunci seperti waktu itu.

Makoto mengejar langkah Aoi. Cewek itu mudah ngambek dan badmood.

"Sayang. Jangan marah dong," Makoto meraih tangan Aoi.

Di panggil sayang sembarangan membuat Aoi melotot.

"Sayang-sayang. Nih, makan sayangnya!" Aoi menginjak sepatu Makoto. Pria itu mengadu kesakitan.

Aoi gunakan itu berlari sejauh mungkin. Mencari ojekan daripada harus berangkat dengan Makoto.

Sampai di pangkalan ojek, Aoi menyuruh pak ojek langganannya itu ngebut.

"Tapi neng, jalanan lagi macet loh. Yang ada bisa kecelakaan nanti. Pelan aja, yang penting selamat neng," ujarnya menolak secara halus.

"Ya udah. Saya bayar sepuluh kali lipat," tawar Aoi. Ini genting, jangan sampai Makoto berhasil menemukan keberadaannya.

Pak ojek itu mengangguk. Siapa juga yang tidak mau uang sebanyak itu?

Aoi bernafas lega. Akhirnya bisa lepas dari jeratan Makoto.

***

Mau gak jadi ojeknya? Lumayan beli cilok tuh

See you next part...

Episodes
1 1. Hari yang menyebalkan
2 2. Kok di jodohin sih?
3 3. Ketemu Makoto lagi
4 4. Perhatian Makoto
5 5. Bunga
6 6. Bekal
7 7. Malu tapi baper
8 8. Terjebak hujan
9 9. Manismu seperti gula
10 10. Mulai deh manja
11 11. Cinta Ryuji
12 12. Kok cuek?
13 13. Siapa yang jahil?
14 14. Mantan?
15 15. Terlalu possesif
16 16. Sama-sama pdkt
17 17. Acara bazar dengan pacar
18 18. Di spesialkan
19 19. Gara-gara PR
20 20. Surat ancaman
21 21. Cuek
22 22. Dinner?
23 23. Diajarin masak
24 24. Bekal untuk Makoto
25 25. Protected
26 26. Curiga
27 27. Pelukan terakhir
28 28. Badmood
29 29. Makoto bawel
30 30. Di semangatin!
31 31. Promenade
32 32. Balikan
33 33. Reuni
34 34. Menyakitkan
35 35. Perjodohan
36 36. Melepas ikhlas
37 37. Mengenal Makoto
38 38. Quality time
39 39. Bahagia
40 40. Kesan buruk di kampus
41 41. Cie cemburu kan?
42 42. Four eyes
43 43.Cincin yang hilang
44 44. Wedding Chapel
45 45. Bali
46 46. Hanya kamu
47 47. Pulang
48 48. Rencana Nakura
49 49. Piknik mendadak?
50 50. Ulang tahun Aoi
51 51. Salah faham
52 52. Sekedar tamu undangan
53 53. Membingungkan
54 54. Kabar baik
55 55. Sendirian
56 56. Menjadi pembantu
57 57. Ryuji
58 58. Pelukan rindu
59 59. Kecelakaan
60 60. Perhatian Ryuji untuk Aoi
61 61. Nakura hamil
62 62. Sisi yang rapuh
63 63. Maaf
64 64. Sabarlah
65 65. Di kawal
66 66. Ryuji melamar Nakura
67 67. Kacau
68 68. Sebuah motif
69 69. Bersembunyi
70 70. Rasa takut
71 71. Menyelamatkan Aoi
72 72. Tanpa Makoto
73 73. Makoto pulang
74 74. Namanya Hikaru
75 75. Lucu
76 76. Di kerjain Hikaru
77 77. Bersekolah
78 78. Barbie impian
79 79. Koki kecil
80 80. Puncak
81 81. Kenshi Yonezu
82 82. Jangan memaksa Hikaru
83 83. Hikaru terluka
84 80. Puncak
85 84. Hikaru awas!
86 85. Kepergian omah Eva
87 85. Kepergian omah Eva
88 86. Luka bertambah
89 87. Tentang kenangan
90 88. Sisi rapuh Aoi
91 89. Lembaran baru
Episodes

Updated 91 Episodes

1
1. Hari yang menyebalkan
2
2. Kok di jodohin sih?
3
3. Ketemu Makoto lagi
4
4. Perhatian Makoto
5
5. Bunga
6
6. Bekal
7
7. Malu tapi baper
8
8. Terjebak hujan
9
9. Manismu seperti gula
10
10. Mulai deh manja
11
11. Cinta Ryuji
12
12. Kok cuek?
13
13. Siapa yang jahil?
14
14. Mantan?
15
15. Terlalu possesif
16
16. Sama-sama pdkt
17
17. Acara bazar dengan pacar
18
18. Di spesialkan
19
19. Gara-gara PR
20
20. Surat ancaman
21
21. Cuek
22
22. Dinner?
23
23. Diajarin masak
24
24. Bekal untuk Makoto
25
25. Protected
26
26. Curiga
27
27. Pelukan terakhir
28
28. Badmood
29
29. Makoto bawel
30
30. Di semangatin!
31
31. Promenade
32
32. Balikan
33
33. Reuni
34
34. Menyakitkan
35
35. Perjodohan
36
36. Melepas ikhlas
37
37. Mengenal Makoto
38
38. Quality time
39
39. Bahagia
40
40. Kesan buruk di kampus
41
41. Cie cemburu kan?
42
42. Four eyes
43
43.Cincin yang hilang
44
44. Wedding Chapel
45
45. Bali
46
46. Hanya kamu
47
47. Pulang
48
48. Rencana Nakura
49
49. Piknik mendadak?
50
50. Ulang tahun Aoi
51
51. Salah faham
52
52. Sekedar tamu undangan
53
53. Membingungkan
54
54. Kabar baik
55
55. Sendirian
56
56. Menjadi pembantu
57
57. Ryuji
58
58. Pelukan rindu
59
59. Kecelakaan
60
60. Perhatian Ryuji untuk Aoi
61
61. Nakura hamil
62
62. Sisi yang rapuh
63
63. Maaf
64
64. Sabarlah
65
65. Di kawal
66
66. Ryuji melamar Nakura
67
67. Kacau
68
68. Sebuah motif
69
69. Bersembunyi
70
70. Rasa takut
71
71. Menyelamatkan Aoi
72
72. Tanpa Makoto
73
73. Makoto pulang
74
74. Namanya Hikaru
75
75. Lucu
76
76. Di kerjain Hikaru
77
77. Bersekolah
78
78. Barbie impian
79
79. Koki kecil
80
80. Puncak
81
81. Kenshi Yonezu
82
82. Jangan memaksa Hikaru
83
83. Hikaru terluka
84
80. Puncak
85
84. Hikaru awas!
86
85. Kepergian omah Eva
87
85. Kepergian omah Eva
88
86. Luka bertambah
89
87. Tentang kenangan
90
88. Sisi rapuh Aoi
91
89. Lembaran baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!