Taiga melempar kertas dan tepat mengenai Ryuji yang tengah melamun.
Ryuji menoleh. "Apa sih? Ganggu aja," ketusnya membuang kertas itu sembarangan.
"Jangan ngelamun. Perhatikan penjelasan pak Jiro. Mau maju di depan tapi gak bisa?"
Ryuji mengangguk. "Iya-iya dasar cerewet," Ryuji menatap pak Jiro yang menjelaskan aljabar.
***
Saat bel istirahat berbunyi, Ryuji melangkah menuju kelas 12 Ipa 1.
"Aoi, ada Ryuji. Sana, kayaknya ngajak istirahat bareng," Haruka bisik-bisik, takut Fumie bangun.
Aoi menutup buku Fisikanya. Akhirnya setelah dua hari tidak bertemu Ryuji, kalau saja tidak ada Makoto pasti waktunya hanya untuk Ryuji.
Aoi menghampiri Ryuji. "Jadi kangen gak masuk dua hari," Aoi tersenyum kikuk.
"Sakit ya?" Ryuji mengecek dahi Aoi, normal.
"Gak kok. Aku udah mendingan. Ayo ke kantin, laper banget nih," tanpa sungkan Aoi menggamit tangan Ryuji, menunjukkan bahwa cowok itu pacarnya, bukan Makoto Anekawa.
Saat keluar kelas saja Aoi dan Ryuji menjadi pusat perhatian.
"Aoi udah masuk tambah romantis aja,"
"Malah nunjukin kemesraannya lagi. Gue yang masih single students aja iri,"
Aoi mengembangkan senyumnya. "Pasti kamu kangen ya sama aku?"
Ryuji mengangguk. "Kangen banget. Aku aja selalu mikirin kamu," gombalnya. Kalau Ryuji beda lagi, daripada Makoto yang menggombal, tidak manis.
"Sama, aku juga mikirin kamu," jantungnya lebih deg-degan dekat dengan Ryuji.
Syougo melapor kejadian ini ke kantor guru. Kakaknya itu sibuk mengetik di laptopnya.
"Pak Makoto, saya ingin berbicara empat mata dengan anda," Syougo membungkukkan badannya 90 derajat sebagai tradisi penghormatan kepada guru di SMA Sakura.
Makoto beranjak dari duduknya. Pasti Aoi lagi.
"Mari kita bicarakan di perpustakaan saja," semoga laporan Syougo tidak mengecewakan hatinya.
Saat akan menuju perpustakaan, Makoto melihat secara live streaming dimana Aoi di suapi oleh pacarnya itu.
Syougo memanggil Makoto, tapi kakaknya itu terlalu fokus dengan Aoi.
"Pak? Kenapa kita berhenti? Apa bapak juga lapar ingin makan di kantin?"
Makoto menggeleng. "Tidak perlu, saya sudah kenyang. Terima kasih atas infonya, saya pergi dulu," Makoto kembali ke kantor guru, biarkan saja Aoi bermesraan dengan Ryuji. Dirinya juga bukan siapa-siapa, sekedar calon saja dan belum tentu menjadi suaminya.
"Boleh gak aku panggil sayang?" tanya Ryuji penuh harap, tak lupa dengan kedipan matanya biar Aoi terpesona.
Aoi mengangguk, tentu sangat boleh. "Boleh kok, tapi kalau di sekolah jangan ya? Nanti ketauan pak Daiji," senang? Iya, Ryuji membuatnya spesial.
"Aku ingin ke rumah kamu. Biar deket sama calon mertua," Ryuji ingin mengenal lebih dekat lagi, terutama nama Amschel yang tidak asing baginya. Mungkinkah orang itu saingan papanya? Mengenai Amschel selalu mengambil alih beberapa perusahaan tanpa sebab.
Aoi berusaha bersikap tenang. Jangan sampai Ryuji tau rumahnya. Bisa kacau semua penyamarannya.
"Maaf, aku kos loh. Berantakan, jangan. Nanti kamu gak betah," kilahnya.
"Oh iya? Nanti aku bantu berish-bersih, biar kamu gak capek," mau bagaimana pun ia harus bisa mengenal Amschel.
"Aku jarang pulang ke rumah. Biasa, main sama temen-temenku hehe," Aoi tersenyum kikuk. Kenapa Ryuji keukeuh? Apa cowok itu memang serius dengannya?
"Aku boleh ikut ya? Biar gak ada yang godain kamu," Ryuji tau Aoi berusaha menghindar dan mencari alasan.
Kringgg
Bel masuk telah berbunyi, istirahat selama 15 menit telah usai.
"Aku anterin ke kelas ya?"
Aoi mengangguk. "Iya, malah lebih bagus kalau kita ke kelas bareng," biar keliatan akrab, tambahnya dalam hati.
"Ntar aku anter kamu pulang ya? Daripada jalan kaki terus, kamu capek lagi," inilah alasan yang tepat, ia akan tau dimana rumah Aoi dan siapa keluarganya.
"Ha?" Aoi panik.
"Kenapa? Gak mau ya? Ya udah deh," Ryuji ngembek.
"Bukan gitu. Aku mau ke mall sama temen. Nanti kamu bosan, emangnya mau nemenin belanja?"
Ryuji mengangguk. "Mau banget, apa sih yang gak buat kamu," Ryuji mencubit hidung Aoi gemas.
Makoto yang memperhatikan itu dari kelas Aoi berkacak pinggang. Bagus sekali ya, berpacaran di area sekolah.
"Bagus! Lanjutkan! Saya ingin menonton dari sini," sahut Makoto sedikit berteriak, seisi kelas menatapnya bingung.
Aoi menoleh ke sumber suara. Makoto? Kenapa pria itu muncul di waktu yang tidak tepat?
"Aku ke kelas duluan ya? Selamat belajar, semangat ya Aoi cantik," Ryuji mengacak rambut Aoi dan pergi sebelum Makoto semakin menjadi.
Aoi berjalan malas menuju kelasnya, malangnya sekarang adalah pelajaran bahasa Jepang, Makoto lagi.
"Sudah bel kenapa gak langsung masuk kelas? Malah pacaran sama dia," Makoto mulai mengintrogasi dengan nada tegasnya.
Para cewek-cewek berbisik penasaran dengan kejelasan hubungan murid dan guru itu.
"Kayaknya pak Makoto cemburu ya?"
"Aoi sama pak Makoto ada hubungan apa sih?"
"Apa saya harus berdiri di luar seperti ini? Lagipula saya tidak terlambat ke kelas lebih dari lima menit. Apa bapak tidak tau tata tertib SMA Sakura?" Aoi membalikkan pertanyaan, Makoto hanya bisa diam.
"Maaf, saya tidak tau itu. Silahkan masuk," Makoto menyingkir. 'Ternyata kamu gak mau ngalah ya? Aku suka itu,' batinnya mengembangkan senyum tipis.
***
Aoi berdecak kesal, bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu dan ia harus menunggu Haruka dan Fumie yang masih mencatat materi di papan.
"Aku di tungguin sama Ryuji di parkiran. Kasihan disana sendirian," berkali-kali Aoi mengatakan itu dan responnya hanya...
"Sebentar lagi Aoi. Sabar ya?" sahut Haruka menulis materi dengan cepat.
"Aku masih kurang banyak Aoi, jangan kesana dulu," keluh Fumie yang memperindah tulisannya.
"Aku tinggal kalian. Bye!" Aoi melangkah pergi, Ryuji sudah menunggunya. Ia ingin mempunyai waktu berdua dengan pacarnya saja, tanpa perlu adanya Makoto.
Di parkiran, Aoi menghentikan langkahnya. Ternyata ada Makoto yang menunggunya, dan Ryuji sibuk dengan ponselnya. Apa memang kebetulan atau sengaja?
'Kenapa sih dia selalu ada dimana-mana?' batinnya menggerutu kesal.
"Bagus, aku sudah menunggumu daritadi. Ayo pulang, Tuan Amschel mencarimu," dengan gamblang Makoto mengatakan nama ayahnya di sebelah Ryuji.
Aoi memejamkan matanya. Apa Ryuji akan ingat lagi? Oh tidak, ini akan menjadi ancamannya.
Ryuji terkejut, kenapa Makoto menyebut nama itu lagi? Apa ada hubungan spesial dengan Amschel?
'Kayaknya Aoi sama pak Makoto dekat lebih lama. Bahkan pak Makoto mengenal orang tua Aoi,' Ryuji tak mau banyak berpikir, lebih baik pulang dan mencari tau sendiri.
"Ryuji! Jangan pergi!" teriak Aoi saat Ryuji memasuki mobil dan melaju meninggalkannya sendirian.
"Liat? Pacar kamu gak peduli lagi. Lebih baik putuskan saja, buang-buang waktu!"
"Itu, bukan urusan lo!" Aoi melangkah begitu saja melewati Makoto, gagal sudah rencananya ke mall bersama dengan Ryuji. Siapa lagi kalau bukan karena ulah Makoto?
***
See you.-.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments