Syougo Anekawa
"Aoi. Aku pinjem catatan Kimia ya? Besok janji deh aku balikin," pinta Haruka saat Aoi baru saja memasuki kelas.
Aoi mengangguk. Memberikan buku tulis Kimia-nya.
"Tapi, besok balikinnya pagi-pagi aja. Pr dari bu Ima kan harus selesai besok juga," ucap Aoi, sekaligus mengingatkan Haruka yang mudah lupa.
Haruka mulai menyalin catatan Aoi. Fumie mengomeli Haruka karena tidak berbagi.
"Ngomong dong daritadi. Kalau diem mana aku peka," gerutu Haruka kesal.
Fumie mengernyit. Kenapa Haruka jadi curhat begini? Apa sudah mempunya gebetan? Hanya Bumi yang tau.
Tak lama kemudian bu Beta datang. Pelajaran Fisika pun di mulai.
***
Haruka dan Fumie sudah berusaha mengajak Aoi ke perpustakaan. Tapi Aoi tidak mau.
"Kenapa? Padahal bau novel baru itu naikin mood Aoi. Masa gak mau?" Fumie berusaha membujuk Aoi. Cewek itu menggeleng dan keukeuh di kelas saja.
"Kalian kesana aja. Biarin aku makan bekal disini," apalagi kejadian sebelumnya, Aoi harus melihat perdebatan Makoto dan Ryuji. Hari itu dirinya tidak langsung ke kelas, melainkan menguping di balik dinding, iya dong bukan hatimu.
"Yakin?" tanya Haruka ragu.
Aoi mengangguk. "Kan gak aku aja di kelas. Tuh, mereka juga disini makan bekal," Aoi menunjuk teman-temannya. Mungkin malas ke kantin yang antrinya seperti menunggu kepastian cintamu, jadinya membawa bekal saja.
Setelah Haruka dan Fumie pergi, Aoi mengeluarkan nasi bungkus yang sebelumnya ia beli di kantin. Makan nasi goreng dari Makoto saja tidak kenyang.
"Kalau di pikir-pikir, enak juga ya nasgornya dia," Aoi bertopang dagu, membayangkan nasi gorengnya, ingat! Bukan Makoto-nya.
Keasikan melamun, Aoi tidak sadar Makoto duduk di hadapannya.
Makoto mencubit hidung Aoi. Masih pagi kok ngelamunin dirinya.
"Heh! Senyum-senyum. Kesambet kamu?"
Aoi tersadar kembali ke Bumi. Makoto lagi.
"Apaan sih? Ganggu aja. Ngapain juga ke kelas. Kalau pas istirahat itu ya, guru di kantor. Makan bareng, malah lo nyasar disini," gerutu Aoi kesal.
Makoto menyunggingkan senyumnya. "Jangan marah-marah gitu. Nanti cantiknya nambah loh," godanya.
"Biarin gue jelek. Biar lo gak suka," ketus Aoi galak.
"Ayo, kita makan di kafe deket sekolah. Daripada di kelas, bosen tau," Makoto menarik tangan Aoi.
"Hey! Gak usah. Gak liat apa? Nih, gue lagi makan," Aoi menunjuk nasi bungkusnya.
"Bungkus lagi," titah Makoto tak mau tau.
Aoi menggeleng. "Gak. Gue udah laper. Kalau mau ke kafe, ya udah sana. Gak usah ngajak gue," usir Aoi kejam. Mau di jawab apa kalau siswa SMA Sakura tau seorang murid makan bareng dan kencan dengan gurunya. Bisa-bisanya Aoi akan jadi bahan ejekan.
"Ya udah. Aku ngajak cewek lain aja kalau gitu," Makoto yang akan melangkah pergi, Aoi menahannya dan mengatakan. "Mau gue jewer huh?" ancamnya marah rasa cemburu.
Makoto senang, Aoi cemburu rupanya. "Ya gak lah. Mending sama kamu,"
Seisi kelas memekik baper. Akhirnya ada adegan gombal-menggombal.
"Kenapa sih Aoi nolak pak Makoto?"
"Kalau gak mau, mending sama aku aja deh pak!"
Aoi beranjak dari duduknya. Mengikuti Makoto. Kafe, pasti pria itu sengaja ingin mengajaknya kencan.
Saat di halaman sekolah, apalagi ada cowok-cowok duduk manis sambil godain cewek, mereka bersiul saat Aoi melewatinya. Dan semakin menjadi heboh saat mereka tau ada bendera Jepang di rok Aoi.
Makoto geram mendengar itu.
"Maksudnya bendera Jepang gimana sih?" tanya Makoto penasaran.
Aoi mati kutu. 'Astaga, apa aku sekarang waktunya datang bulan? Duh, kenapa waktunya gak pas sih,' batin Aoi ketar-ketir sendiri. Bagaimana Makoto melihatnya?
Makoto menatap Aoi lekat, menunggu jawaban dari cewek itu.
"Apa? Kamu kan pakai rok putih. Kok di bilang bendera Jepang?"
Aoi menggigit bibirnya. "E-gue. Anu-"
"Masa gurunya gak peka sih?"
"Tuh muridnya lagi mens pak!"
Teriakan gamblang itu membuat Aoi malu dan ingin hilang saat itu juga.
Makoto terkejut. Dan para cowok-cowok itu mempermalukan Aoi.
Makoto memeluk Aoi dari belakang. Sayangnya ia tidak membawa jaket.
Makoto membisikkan sesuatu. "Kita ke UKS aja ya? Jangan jauh-jauh dari aku. Gini aja dulu, biarin aku peluk kamu. Biar mereka gak bikin kamu malu lagi," bisik Makoto lirih. Aoi terpaksa menurut.
Keduanya berjalan perlahan. Bisik-bisik dari para siswa yang nyinyir.
"Berani banget pak Makoto peluk Aoi?"
"Wah, udah kebangetan nih. Harus di laporin ke pak Daiji,"
Aoi berusaha melepaskan tangan Makoto yang melingkari pinggangnya, tapi tenaganya terlalu lemah.
"Gak usah di dengerin. Kamu tunggu di UKS, aku bakal beliin itu sama obat pereda nyerinya," baru kali ini Makoto sangat peduli dengan Aoi. Mungkinkah di hatinya sudah ada ruang untuk Aoi?
Di UKS, Makoto mengatakan hal itu kepada PMR yang berjaga.
"Oh begitu. Pak Makoto tidak perlu beli, karena disini sudah di sediakan pak. Bapak bisa kembali ke kantor saja, biar Aoi yang saya mengurusnya," ujar PMR itu.
Makoto memberikan selembar uang biru kepada PMR itu. Aoi pasti butuh pereda nyerinya. PMR itu mengangguk.
Sari tersenyum kepada Aoi. "Kak Aoi beruntung banget di perhatiin sama pak Makoto. Kalian udah kayak pacaran," godanya.
Aoi hanya menyungggingkan senyum paksanya.
"Hehe, gak kok. Kita gak pacaran. Oh ya, izinin aku ya? Biar gak di cariin sama guru nanti," pinta Aoi. Sari mengangguk.
"Oke,"
***
Haruka menggerutu kesal. Sudah bel masuk Aoi juga tidak kembali. Entah kemana perginya manusia itu.
"Mungkin kebelet. Makannya lama," celetuk Fumie, setelahnya ia bersendawa. Kenyang sekali menghabiskan siomay 5 ribu sendirian tanpa berbagi ke Haruka.
"Kebelet? Aoi kan gak pernah beli es. Takut sakit gigi," sahut Haruka kesal.
Bu Sanae datang memasuki kelas. Semuanya duduk anteng tanpa bergerak sedikit pun. Ya, saatnya pelajaran seni musik.
"Baik, anak-anak. Seperti biasanya, kita langsung ke studio musik. Jangan lupa bawa bukunya ya," setelahnya bu Sanae pergi.
"Gimana ini? Aoi gak dateng-dateng," Haruka panik.
"Nanti juga bakalan balik. Ayo ke studio musik, gak mau kan di hukum sama bu Sanae telat masuk studio?"
Benar juga.
Kelas 12 Ipa 1 mulai sepi, semuanya menuju studio musik untuk pembelajaran seni musik.
Haruka memainkan pianonya tidak fokus. Fumie menegurnya sebelum bu Sanae menyadari itu.
"Aoi gak di culik kan?" tanya Haruka nyeleneh.
Fumie menggeleng. "Mana ada yang mau nyulik Aoi? Sekali hajar langsung sekarat di rumah sakit,"
Benar juga sih. Aoi memang jago kick boxer, apalagi akan menjadi next leader kick boxer SMA Sakura.
"Mending fokus saja sama pianonya. Mau kalau bu Sanae nunjuk kamu saat praktek gak bisa?"
Haruka menggeleng pelan. "Gak mau? Gak mau? Gak mau lah!"
"Apa sih?" Fumie kesal, selalu saja Haruka menirukan trend sekarang. Apalagi ini, pertanyaan di ulang tiga kali.
Sedangkan di UKS, Aoi menghabiskan wedang teh dan roti yang di belikan oleh Sari. Sebelumnya, ia melarang Sari membeli obat pereda nyeri, lebih baik minyak telon saja. Harumnya membuat pikiran tenang.
Aoi sendirian di UKS. Hanya duduk di kursi dan bersandar, kepalanya pening. Sudah kebiasaan saat ia datang bulan.
***
Segini dulu, masih ada cerita lain buat lomba. Apalagi tulisannya sesuai KBBI sama PUEBI. Duh, susahnya.
Thanks for reading...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Fraha Kaisan Prasetio
semangat Thor..
d'tunggu kelanjutan'a.
2021-04-27
1
Yuvincean Carolina Marcus
lanjut thor
2021-04-27
1