Nakura mengajak Rumi di Wagyu Restaurant sepulang sekolah. Ia ingin merencanakan sesuatu yang cemerlang.
"Apa sih Naku? Cepetan! Kalau Ryuji, aku pulang aja deh," Rumi beranjak dari duduknya, Nakura menahan tangan Rumi.
"Kamu bisa pesan sepuasnya disini Rum. Aku yang bayar," mungkin dengan cara ini, sangat ampuh membuat Rumi menurut.
Rumi tersenyum senang. "Nah, kalau gitu aku mau aja deh," dasar tukang makan, tapi Rumi akan menjalankan apa saja setelah semuanya terpenuhi.
"Aku mau mengaku sebagai mantan Ryuji. Biar Aoi memutuskan hubungannya. Aku ada ide, tapi kamu yang ngedit fotonya. Terus aku jelasin ke Aoi, kalau Ryuji masih belum bisa move on dari aku. Gimana? Faham kan?" tanya Nakura sedikit ragu, masalahnya Rumi lambat dalam berpikir.
Rumi masih memakan salmon steak dengan lahap. Kata-kata Nakura bagaikan angin lalu.
Tak ada sahutan, Nakura kesal.
"Rumi, dengerin aku gak sih?"
Rumi menoleh. "Denger kok. Iya, nanti malam pasti di edit fotonya. Tapi, ada imbalannya dong," selain doyan makan, Rumi juga mata duitan.
"Iya. Ada imbalannya. Tapi yang bener ngeditnya, biar Aoi sama Ryuji putus. Terus, aku jadian deh sama Ryuji," Nakura bertepuk tangan, terlalu senang.
"Udah gila ya. Gini nih, kalau terlanjur cinta," dirinya saja lebih baik jombol, tenang dan hatinya selalu bahagia tanpa drama kehilangan atau di selingkuhin. Ah, rasanya seperti di pantai sambil rebahan. Begitulah di benak Rumi sekarang.
***
Rumi menekan bel berkali-kali, entah Nakura tidak dengar atau cewek itu ketiduran di lantai.
"Kebiasan sih. Huh, dasar kebo!" Rumi membuka pagar besar itu sendirian, sudah berat badannya kecil kekuatannya tak seberapa.
Nafas Rumi tersengal. "Badan kayak tiang, dorong pagar sendirian. Udah makan banyak, tetap kurus aja nih," Rumi mencari Nakura di dalam, biasanya cewek itu terdampar di lantai dengan laptop yang menyala.
Benar saja, Nakura tertidur setelah melihat drama China tentang Xu Konglin yang mencari keberadaan Chu Yinyin.
"Dari kemarin drama ini terus. Huh, kamar berantakan, sampah dimana-mana. Mau jadi apa sih Naku!" suara Rumi menggema, membuat Nakura terbangun setengah sadar.
"Nih fotonya. Udah aku edit, simpen baik-baik. Langsung di masukin ke tas sekolah, bukan tas ke puncak," Rumi memberikan amplop coklat berisi foto editan Nakura dengan Ryuji.
Nakura mengangguk. "Makasih ya Rum. Ya udah, pulang sana! Ganggu orang tidur aja," Nakura kembali tidur, masih di lantai.
"Anak perempuan jam segini tidur. Kalau aku nih, nyapu, ngepel, masak, cuci piring, ngurus jemuran. Kamu enak banget rebahan," omel Rumi marah-marah, sehari tidak santai rasanya mustahil. Mamanya suka mengomel tentang kebersihan rumah.
"Apa sih Rum? Aku ngantuk banget nih. Kamu pulang aja, biar besok uangnya," Nakura kembali memejamkan matanya.
"Ok deh. Selamat tidur putri salju," Rumi menutup pintu kamar Nakura.
***
Nakura bangun pagi-pagi buta, berangkat bersama dengan Ryuji adalah hal yang mudah. Apalagi hanya lima langkah dari rumah. Dan Hikari, mamanya Ryuji sudah kenal baik dengan dirinya. Tentu saja akan di izinkan.
Hikari sedang menyirami tanaman hiasnya.
Nakura tersenyum ceria. Saatnya berkomunikasi dengan ibu mertua.
"Ma, Ryuji udah siap belum? Katanya mai bareng sama aku. Sampai rela bangun pagi-pagi nih," Nakura mengembangkan senyumnya. Satu hal lagi, Hikari mengizinkannya memanggil Mama.
Hikari menoleh. "Bentar lagi kok. Cepet mandinya, gak tau mau kemana. Mau jemput cewek," Hikari merasa Ryuji mempunyai pacar, tapi anaknya itu belum berani mengenalkannya.
"Itu aku ma. Semalem Ryuji telepon mau berangkat pagi," Nakura merasa peecaya diri. Padahal ia tau, itu bukan dirinya, melainkan Aoi.
"Ma, Ryuji berangkat dulu ya. Mau jemput A-" Ryuji menatap Nakura, kenapa cewek itu ada disini?
"Ngapain lo kesini? Gue gak kenal ya!"
Hikari bingung. Ryuji marah dengan Nakura?
"Kalian ini kan pacaran bukan? Kenapa berantem? Lagi gak akur ya?"
Nakura menghampiri Ryuji. "Akur kok ma. Kadang dia suka gitu, pasti mau makan bekal buatanku ma. Jadi gak sabar sampai marah-marah gini," Nakura terpaksa senyum, Ryuji terlalu menunjukkan sisi kebenciannya.
"Iya kan? Kamu jangan ngambek gini dong," Nakura menggamit tangan Ryuji, membuktikannya pada Hikari.
"Ya udah, hati-hati di jalan ya. Mama titip Nakura sama kamu," Hikari percaya Ryuji bisa menjaga dan membahagiakan Nakura.
Dengan terpaksa, Ryuji berangkat dengan Nakura yang seharusnya itu Aoi.
Selama perjalanan, Ryuji tak mendengarkan ocehan Nakura yang berusaha merayunya.
"Kamu makin hari tambah ganteng aja. Aku tambah sayang hehe," Nakura berandar di bahu Ryuji, menghirup aroma parfum kesukannya. Tanpa ragu, Nakura melingkarkan tangannya di perut Ryuji.
Sampai di sekolah pun, Nakura tak mau jauh-jauh dari Ryuji.
"Yang, aku pingin kita balikan," Nakura memulai aktingnya.
Aoi baru saja sampai di sekolah. Dan ia di suguhkan pemandangan Ryuji berjalan bersisian dengan cewek lain. Temannya? Aoi harap begitu.
"Yang, balikan yuk. Aku kangen sama masa-masa pacaran kita dulu. Apalagi ke pantai lihat sunset bareng. Mau ya?" Nakura mengguncang tangan Ryuji, mungkin kalau Aoi mendengar hal ini hatinya akan hancur.
"Apa? Balikan? Jadi, selama ini Ryuji punya mantan? Dan ceweknya belum bisa move on?" rasa kecewa, sesak dan sedih menjadi satu. Apa ini balasan Ryuji? Saat cinta mulai tumbuh, rasa kecewa sebagai balasannya? Aoi tak menyangka bisa seperti ini.
"Gak nyangka. Ryuji masih pacaran sama Nakura loh," bisik salah satu cewek tukang gosip.
"Masa sih? Mana coba buktinya?"
"Ryuji foto sama Nakura. Di mading tuh udah rame. Makannya jangan telat sama berita hot!"
"Iya-iya!"
Ini benar? Aoi melangkah ke mading untuk memastikan gosip itu.
Nakura memeluk Ryuji, Ryuji tersenyum manis pada Nakura. Belajar di rumah bersama, makan bareng, bahkan berangkat ke sekolah pun ada. Semua foto dari segala sisi itu menjelaskan hubungan Nakura dan Ryuji.
Mata Aoi berkaca-kaca. Ryuji tega menyakiti hatinya.
Aoi melangkah ke kelas, tapi ia berpapasan dengan Ryuji yang masih bersama Nakura.
"Eh? Lo pacarnya ya? Boleh gak gue pinjem sebentar? Kita mau balikan nih," Nakura senang, Aoi sebentar lagi akan menangis.
"Jadi ini balasan kamu? Kalau emang gak cinta bilang, bosen bilang. Gak usah mau balikan sama mantan juga. Aku ini masih pacar kamu Ryuji!" jerit Aoi amarahnya memuncak.
"Aku bisa jelasin. Nakura itu bukan mantan-"
"Bukan mantan? Terus tadi kenapa berangkat bareng. Aku liat dengan kepala pundak lutut kaki Ryuji!" memang sebelumnya ia berpapasan dengan Ryuji yang berangkat dengan Nakura, Aoi pikir itu hanya teman tidak lebih.
Ryuji melepaskan tangan Nakura. "Aoi, aku gak sayang sama dia. Please jangan marah ya?" Ryuji menyentuh kedua bahu Aoi yang bergetar, cewek itu menangis karenanya.
Aoi menepis tangan Ryuji. "Gak usah sok perhatian!"
Makoto yang mendengar keributan di halaman sekolah pun segera menuju lokasi tempat kejadian. Katanya, Aoi bertengkar dengan Ryuji.
"Aku kurang apa? Sampai kamu mau balikan sama mantan? Apa karena aku ketua kick bocer? Tomboy?" Aoi tertawa pias. "Iya, aku sadar. Aku emang gak pantes buat kamu. Aku-"
Ryuji mendekap Aoi dalam pelukannya.
"Dia bukan siapa-siapaku Aoi. Cuman kamu yang ada di hatiku," Nakura hanya ingin menghancurkan hubungannya. Lihat saja nanti.
"Aku masih gak percaya. Kalau kamu-"
"Aoi!" panggil Makoto lantang. Makoto terkejut melihat Aoi menangis, apalagi di lihat seluruh siswa SMA Sakura yang menyaksikannya.
"Kamu kok nangis? Kenapa?" Makoto menghapus air mata Aoi. Berani-beraninya orang itu membuat Aoi menangis.
Makoto menatap Ryuji tajam. Pasti gara-gara Ryuji.
"Kita ke kantin aja ya? Mending kamu makan. Jangan nangis lagi," Makoto mengajak Aoi ke kantin.
"Kenapa sih? Dia tega sama aku? Kenapa gak bilang kalau belum bisa move on sama mantannya? Apa aku jadi pelarian gitu?" Aoi mulai curhat pada Makoto, mengeluarkan beban hati yang perlu di enyahkan.
"Mungkin dia masih sayang sama mantannya. Jangan di pikirin lagi. Masa pagi-pagi udah nangis aja. Senyum dong," Makoto menatap jahil Aoi, cewek itu akan bereaksi menjadi galak.
"Apa sih! Kalau senyum terus, di kira orang gila!" Aoi memukul bahu Makoto kesal. "Tau ah, bete!"
Makoto mencubit pipi Aoi gemas. "Kalau ngambek gini, obatnya di cium. Tapi udah nikah aja hehe," Makoto tertawa garing. Aoi menatapnya datar.
'Gak bisa di ajak senyum. Susah banget sih calon istriku ini,' batin Makoto.
***
See you.-.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Fraha Kaisan Prasetio
lanjut Thor...
2021-05-04
1