4. Perhatian Makoto

Haruka Meido

Hari ini Aoi mengecek kembali jadwal pelajarannya.

Aoi tersenyum simpul. Akhirnya lengkap semuanya.

"Kalau begini gak bisa di hukum lagi," Aoi juga selesai memasukkan kaos olahraga. Jam pertama pelajaran Penjas.

Aoi menyampirkan tasnya di bahu. Menuruni anak tangga, bergabung sarapan pagi dengan semua anggota keluarga Rotschild.

Karin menyiapkan roti selai stroberi, kesukaan Aoi.

"Sayang. Kamu sarapan yang banyak ya. Kalau perlu, habis 3 roti," ucap Karin perhatian. Ia tau hari ini Aoi olahraga. Dan Aoi harus kuat.

Tuan Amschel mengangguk. "Di habisin. Gak ada alasan kenyang apalagi pahit. Roti saja manis, apalagi mama kamu," godanya membuat Karin tersipu.

"Apa sih yah. Ada Aoi kok gombal," Karin malu-malu kucing. Amschel susah di tebak, kadang bisa romantis tiba-tiba.

Aoi menghela nafasnya. "Ma, satu roti aja cukup. Aoi gak mau gendut, nanti semua pakaian Aoi gak muat," keluhnya memelas. Ayolah, mana mau seorang perempuan mengidamkan tubuh gemuk? Apalagi dirinya.

"Nanti Ayah belikan. Mau berapa pakaian? Sekalian ambil semuanya di mall," ucap Amschel santai. Bukan sombong, Aoi jika belanja tidak setengah-setengah. Justru menghabiskan hampir setengah juta black card miliknya.

Aoi menggeleng. "Aoi gak suka gendut," ucapnya tak mau tau.

"Kalau kamu hamil anaknya Makoto juga gendut sayang," tambah Karin menggoda Aoi.

"Mama!" Aoi merajuk. Kenapa harus membahas Makoto? Ck, menyebalkan. Apalagi hamil dari pria itu. Aoi tidak mau.

Karin terkekeh. "Di habisin. Kalau kurang, mama ambilin lagi,"

Mamanya begitu baik. Aoi beruntung memiliki orang tua yang masih lengkap dan harmonis. Meskipun kadang berselisih, tapi ayahnya bisa mengatasi hal itu dengan baik. Mamanya mudah di luluhkan hanya dengan sekotak donat dan es krim.

Aoi merasa ganjil. Kemana pria itu? Biasanya sudah ada disini mengantarkannya ke sekolah. Tidak mungkin bersembunyi di kolong meja. Ah, Aoi jadi geli memikirkan itu. Sudut bibirnya tersenyum membentuk sabit. Aish, kenapa harus memikirkan dia?

Karin menatap Aoi heran. "Kenapa kok senyum-senyum? Rotinya lucu ya?" tanya Karin dengan polosnya.

"Kamu habis bahas Makoto. Jadi Aoi senyum-senyum," jawab Amschel. Menebak pikiran Aoi itu mudah. Apapun yang Aoi pikirkan, ia tau. Amschel melakukan ini karena tidak ingin sedikit pun Aoi sedih. Putri satu-satunya itu harus bahagia.

Karin mengangguk faham. "Oh, karena Makoto. Oh ya, mama lupa gak nelpon dia. Biar bisa ngaterin kamu ke sekolah sayang," Karin beranjak dari kursinya. Ia tidak memiliki ponsel, Amschel tidak memperbolehkan hal itu. Karin mengerti, Amschel mudah cemburu dengan temannya yang berlawan jenis.

Karin sibuk menelpon Makoto. Aoi diam-diam mengirimkan pesan pada Ryuji. Meminta cowok itu menjemputnya di depan gang. Pesan terbaca, Ryuji mau setelah ia paksa karena alasan Makoto lagi.

"Yah. Aoi berangkat dulu ya? Mau berangkat sama temen. Udah nunggu lama,"

Saat Aoi mulai beranjak dari duduknya. Amschel mencegahnya.

"Teman? Cowok apa cewek?" tanya Amschel mengintrogasi dengan nada dingin.

"Ayah kenapa sih? Lagian Aoi juga pingin lebih deket dengan temen Aoi," Aoi mengalihkan pembicaraan. Ayahnya selalu mengawasinya, dia sudah besar dan bisa sendiri.

Amschel menggeleng. "Ma! Apa Makoto sudah dalam perjalanan kesini?"

Karin menutup teleponnya. Berbalik menatap Amschel. "Iya. Lima menit lagi Makoto akan sampai,"

Aoi menghentakkan kakinya kesal. Kenapa sih harus Makoto lagi? Apa tiada hari tanpa pria itu tidak bisa?

"Tapi yah-" belum selesai Aoi berbicara, Amschel memberikan uang saku dengan selembar check seperti biasa. Sama, uang bulanan Aoi, 20 juta.

Aoi terdiam. Kalau sudah ada uang, ia tidak bisa menolaknya. Ah, dasar dirinya memang mata duitan.

'Ok. Sekarang aku mau berangkat bareng dengan dia. Kalau bukan karen uang, aku tidak sudi,' batin Aoi kesal. Ia mengambil lembar check itu.

"Giliran di kasih duit diem. Anak siapa sih?" tanya Amschel gemas, mencubit pipi Aoi yang gembul itu.

"Ayah! Jangan cubit pipi Aoi! Sakit tau," ia tidak gendut, tapi pipinya saja yang tembam.

"Permisi. Saya ingin masuk menjemput Aoi," ucap Makoto karena terhalangi dua penjaga di pintu masuk. Setelah ia melapor pada security masih ada penjaga lagi di pintu masuk. Beginilah keamanan mansion kediaman Rotschild.

"Tunjukkan identitasmu," tagih salah satu penjaga. Karena Makoto termasuk orang asing.

Makoto menghela nafasnya. Baiklah, mereka tidak tau dirinya siapa.

Makoto menunjukkan kartu indentitas khusus keluarga Anekawa. Meskipun tulisannya berbahasa Jepang, tapi logo kucing emas sangat jelas.

Dua penjaga itu seketika pucat pasi melihat Makoto.

"Maafkan kami Tuan. Silahkan masuk,"

Dua penjaga itu mempersilahkan Makoto masuk.

"Saya siap mengantarkan Aoi. Hei kamu, ayo jangan melamun,"

Aoi tersadar. "Iya bawel. Yah, ma Aoi berangkat," Aoi berpamitan dan salim.

"Jaga Aoi baik-baik," Amschel mempercayakan Aoi pada Makoto.

"Iya Tuan,"

Makoto berjalan lebih dulu. Aoi ingin mengacak-acak rambut rapi itu.

'Udah tua juga masih gaya. Gak ganteng!' sayangnya kata-kata itu Aoi ucapkan dalam hatinya. Kalau suatu saat Aoi sampai jatuh cinta pada Makoto, kata-kata itu akan ia tarik.

Saat sampai di sekolah, Aoi menyuruh Makoto agar berhenti di luar sekolah saja.

Tapi Makoto tak menggubrisnya, malah memarkirkan mobilnya di halaman sekolah.

'Tau aja berangkat sama Ryuji,' batin Aoi kesal. Ia sempat melihat Ryuji, lebih tepatnya berpapasan di jalan. Ryuji menunggunya, hati Aoi sedikit kasihan. Apalagi cuaca di pagi ini sangat terik.

Aoi segera menuju kelasnya.

Saat sampai di kelas, semuanya sudah berganti kaos olahraga. Karena peraturan disini tidal memperbolehkan siswanya memakai olahraga dari rumah.

Haruka menggeleng miris. "Aoi kenapa telat? Kan udah tau jam pertama olahraga. Kamu kayak gak tau pak Sasuke aja," omel Haruka.

"Kita anterin kamu ke toilet. Ayo cepet" seru Fumie tak sabaran.

"Iya-iya sabar," Aoi mengambil kaos olahraganya di tas.

Berlari kecil, adalah hal utama agar tidak telat ke lapangan SMA Sakura. Bisa gawat di marahi pak Sasuke.

Setelah beberapa menit, akhirnya Aoi memakai kaos olahraga.

"Langsung ke lapangan aja. Haruka jangan lelet dong kalau lari ah! Sini," Fumie menarik tangan Haruka. Cewek itu memang sedikit gendut, berbeda dengan dirinya dan Aoi yang proposional.

Di lapangan, pak Sasuke membimbing pemanasan seperti biasanya.

"Oh ya. Setelah ini lari 6 kali bagi yang putri. Dan 7 kali untuk putra. Di mulai dari sekarang!" pak Sasuke meniup peluitnya.

Haruka, Fumie dan Aoi berlari mengelilingi lapangan.

Sampai di kelima putaran, kepala Aoi pusing, pandangannya pun mengabur. Tubuhnya limbung, semuanya dengan cepat menggelap. Teriakan Haruka yang ia dengar terkahir kalinya.

"Aoi! Bangun! Fumie, panggil pak Sasuke!"

Fumie mengangguk.

Makoto yang dari kejauhan mengawasi Aoi pun berlari cepat.

Pak Sasuke yang akan menggendong Aoi tidak di perbolehkan Makoto.

"Tidak perlu. Ini tanggung jawab saya. Anda tidak perlu ikut campur," tolak Makoto halus dan tegas.

Pak Sasuke mengerti. Ia tau Makoto yang sebenarnya siapa.

"Baiklah. Bawa dia ke UKS,"

Makoto menggendong Aoi ala bridal style.

"Astaga Aoi di gendong guru itu lagi!"

"Mereka pacaran ya?"

"Cocok aja sih,"

Di kelas 12 Ips 1, kabar Aoi yang pingsan dan di gendong guru bahasa Jepang sudah tersebar luas.

"Lo gak cemburu Aoi sama pak Makoto?" tanya Syougo meletakkan pulpennya. Sangat melelahkan mencatat materi sejarah.

"Gak," Ryuji menggeleng. 'Gue cemburu!' teriak Ryuji dalam hati. Nanti mulut Syougo ember dan bilang ke Aoi.

"Masa sih?" tanya Taiga curiga.

Ryuji menatap keduanya datar. "Emang wajah gue gak meyakinkan gitu?" tanyanya ketus.

"Gak," jawab Syougo dan Taiga kompak.

"Terserah! Gue gak mood!" Ryuji memilih tidur.

"Katanya pacar pura-pura. Tapi kok cemburu sekarang," sindir Syougo.

"Jangan-jangan udah suka ya sama Aoi?" Taiga menoel pipi Ryuji.

"Gak lah!" Ryuji merajuk.

Syougo terkekeh. "Cemburu,"

"Ciee yang suka sama Aoi," goda Taiga.

Ryuji tak peduli. Lebih baik tidur saja.

***

Ryuji ngambek nih. Cemburu dan khawatir sama Aoi.

Ryuji bakalan suka gak sama Aoi?

Atau cuman sekedar suka aja?

Sampai jumpa di bab selanjutnya...

Episodes
1 1. Hari yang menyebalkan
2 2. Kok di jodohin sih?
3 3. Ketemu Makoto lagi
4 4. Perhatian Makoto
5 5. Bunga
6 6. Bekal
7 7. Malu tapi baper
8 8. Terjebak hujan
9 9. Manismu seperti gula
10 10. Mulai deh manja
11 11. Cinta Ryuji
12 12. Kok cuek?
13 13. Siapa yang jahil?
14 14. Mantan?
15 15. Terlalu possesif
16 16. Sama-sama pdkt
17 17. Acara bazar dengan pacar
18 18. Di spesialkan
19 19. Gara-gara PR
20 20. Surat ancaman
21 21. Cuek
22 22. Dinner?
23 23. Diajarin masak
24 24. Bekal untuk Makoto
25 25. Protected
26 26. Curiga
27 27. Pelukan terakhir
28 28. Badmood
29 29. Makoto bawel
30 30. Di semangatin!
31 31. Promenade
32 32. Balikan
33 33. Reuni
34 34. Menyakitkan
35 35. Perjodohan
36 36. Melepas ikhlas
37 37. Mengenal Makoto
38 38. Quality time
39 39. Bahagia
40 40. Kesan buruk di kampus
41 41. Cie cemburu kan?
42 42. Four eyes
43 43.Cincin yang hilang
44 44. Wedding Chapel
45 45. Bali
46 46. Hanya kamu
47 47. Pulang
48 48. Rencana Nakura
49 49. Piknik mendadak?
50 50. Ulang tahun Aoi
51 51. Salah faham
52 52. Sekedar tamu undangan
53 53. Membingungkan
54 54. Kabar baik
55 55. Sendirian
56 56. Menjadi pembantu
57 57. Ryuji
58 58. Pelukan rindu
59 59. Kecelakaan
60 60. Perhatian Ryuji untuk Aoi
61 61. Nakura hamil
62 62. Sisi yang rapuh
63 63. Maaf
64 64. Sabarlah
65 65. Di kawal
66 66. Ryuji melamar Nakura
67 67. Kacau
68 68. Sebuah motif
69 69. Bersembunyi
70 70. Rasa takut
71 71. Menyelamatkan Aoi
72 72. Tanpa Makoto
73 73. Makoto pulang
74 74. Namanya Hikaru
75 75. Lucu
76 76. Di kerjain Hikaru
77 77. Bersekolah
78 78. Barbie impian
79 79. Koki kecil
80 80. Puncak
81 81. Kenshi Yonezu
82 82. Jangan memaksa Hikaru
83 83. Hikaru terluka
84 80. Puncak
85 84. Hikaru awas!
86 85. Kepergian omah Eva
87 85. Kepergian omah Eva
88 86. Luka bertambah
89 87. Tentang kenangan
90 88. Sisi rapuh Aoi
91 89. Lembaran baru
Episodes

Updated 91 Episodes

1
1. Hari yang menyebalkan
2
2. Kok di jodohin sih?
3
3. Ketemu Makoto lagi
4
4. Perhatian Makoto
5
5. Bunga
6
6. Bekal
7
7. Malu tapi baper
8
8. Terjebak hujan
9
9. Manismu seperti gula
10
10. Mulai deh manja
11
11. Cinta Ryuji
12
12. Kok cuek?
13
13. Siapa yang jahil?
14
14. Mantan?
15
15. Terlalu possesif
16
16. Sama-sama pdkt
17
17. Acara bazar dengan pacar
18
18. Di spesialkan
19
19. Gara-gara PR
20
20. Surat ancaman
21
21. Cuek
22
22. Dinner?
23
23. Diajarin masak
24
24. Bekal untuk Makoto
25
25. Protected
26
26. Curiga
27
27. Pelukan terakhir
28
28. Badmood
29
29. Makoto bawel
30
30. Di semangatin!
31
31. Promenade
32
32. Balikan
33
33. Reuni
34
34. Menyakitkan
35
35. Perjodohan
36
36. Melepas ikhlas
37
37. Mengenal Makoto
38
38. Quality time
39
39. Bahagia
40
40. Kesan buruk di kampus
41
41. Cie cemburu kan?
42
42. Four eyes
43
43.Cincin yang hilang
44
44. Wedding Chapel
45
45. Bali
46
46. Hanya kamu
47
47. Pulang
48
48. Rencana Nakura
49
49. Piknik mendadak?
50
50. Ulang tahun Aoi
51
51. Salah faham
52
52. Sekedar tamu undangan
53
53. Membingungkan
54
54. Kabar baik
55
55. Sendirian
56
56. Menjadi pembantu
57
57. Ryuji
58
58. Pelukan rindu
59
59. Kecelakaan
60
60. Perhatian Ryuji untuk Aoi
61
61. Nakura hamil
62
62. Sisi yang rapuh
63
63. Maaf
64
64. Sabarlah
65
65. Di kawal
66
66. Ryuji melamar Nakura
67
67. Kacau
68
68. Sebuah motif
69
69. Bersembunyi
70
70. Rasa takut
71
71. Menyelamatkan Aoi
72
72. Tanpa Makoto
73
73. Makoto pulang
74
74. Namanya Hikaru
75
75. Lucu
76
76. Di kerjain Hikaru
77
77. Bersekolah
78
78. Barbie impian
79
79. Koki kecil
80
80. Puncak
81
81. Kenshi Yonezu
82
82. Jangan memaksa Hikaru
83
83. Hikaru terluka
84
80. Puncak
85
84. Hikaru awas!
86
85. Kepergian omah Eva
87
85. Kepergian omah Eva
88
86. Luka bertambah
89
87. Tentang kenangan
90
88. Sisi rapuh Aoi
91
89. Lembaran baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!