Aoi kesal, bukannya Makoto menjelaskan materi pelajarannya malah fokus memandanginya. Seisi kelas pun berbisik heran.
"Kenapa Aoi gak nerima cinta pak Makoto aja?"
"Kan lumayan juga punya pacar pintar bahasa Jepang. Iya gak?"
"Iya lah! "
Haruka menenangkan Aoi. "Gak usah dengerin mereka. Emang cewek suka gitu. Iri," Haruka berbisik lirih. Karena mata jeli Makoto itu ikut memperhatikannya.
"Aoi. Bisa maju ke depan menjelaskan materi ini?"
Aoi menghela nafasnya. Pasti ini modus lagi.
Dengan langkah malas, Aoi maju. Menjaga jarak dari Makoto.
Aoi diam.
"Aoi. Jelaskan kalimat positif dan negatif Mada," Makoto berusaha sabar. Ia tau Aoi sengaja tidak menjawab.
"Kalau kamu tidak bisa menjelaskannya, berdiri saja disini," tegas Makoto tak mau tau. Padahal tulisannya sangat jelas di papan tulis.
"Saya akan mengulangi lagi penjelasannya. Perhatikan baik-baik," Makoto berdeham.
"Seperti contoh kare wa mada nihon ni-imasu. Dia masih berada di Jepang. Pola kalimat ini digunakan untuk menunjukkan bahwa keadaan sedang berlangsung. Pada dasarnya, predikat (KK,KS dan KB di tambah desu yang menyatakan keadaan) ini tidak dapat menjelaskan keadaan masih, sehingga di butuhkan kata keterangan Mada yang menunjuk masih untuk menjelaskan kata predikat. Kalimat negatif-"
Sampai ada yang mengantuk, menulis materi, menggambar, makan jajan sembunyi-sembunyi.
'Bilang aja pingin deket, biar modus. Kenapa gak nyuruh yang lain aja?' batin Aoi kesal. Lagipula sudah tertulis di papan, dan Makoto menyuruhnya menjelaskan itu lagi.
'Tau gini aku pindah aja ke Indonesia. Biar bebas dari Makoto, gak papa belajar bahasa Indonesia, asalkan om nyebelin itu gak ganggu aku lagi,' ucapnya dalam hati.
"Kasihan juga ya Aoi?" celetuk Haruka.
Fumie mengangguk. "Kayaknya Aoi benci deh sama pak Makoto," Fumie bisa melihat pancaran laser kebencian di mata Aoi.
"Kalau benci bisa jadi cinta loh," apalagi sukanya lama, Haruka pernah mengalaminya.
Kringg..Kringg
"Saatnya jam pelajaran kedua dimulai," bel pergantian pelajaran itu menggema. Membuat seisi kelas langsung segar dan semangat.
"Yes! Kelas masak nih Haru. Bisa makan-makan deh," Fumie bersorak senang.
Aoi melangkah menghampiri Haruka dan Fumie. Akhirnya terbebas dari hukuman.
"Jangan senang dulu. Ada PR dari saya. Dan di kumpulkan dua hari lagi dari sekarang. Sangat mudah kok. Buat kalimat positif dan negatif Masih dan Belum masing-masing sepuluh. Selamat siang," Makoto melangkah pergi keluar kelas.
"Yah! Banyak banget. Sepuluh lagi. Huhuhu sedih!"
"Apa?! Aku gak bisa!" teriak Fumie panik. Nilai bahasa Jepang nya selalu anjlok.
"Tenang aja. Ada Aoi, kan di bantu sama pak Makoto," ucap Haruka santai.
"Sehari aja gak ngomongin dia bisa?" Aoi lama-lama kesal, apalagi Makoto sekarang hobi menghukumnya berdiri di depan.
"Iya deh. Maaf ya Aoi yang cantik," ucap Haruka.
"Yuk kita ke kelas masak. Bu Sumi udah nungguin," ajak Fumie.
Di kelas masak, Sumi menjelaskan bagaimana cara mengolah salmon menjadi hidangan enak dan mantap.
"Cara mengolah ikan salmon tidak mudah. Karena teksturnya lunak, jadi bisa hancur daripada ikan yang lain. Kalau kalian masaknya tidak tepat, kandungan gizi pada ikan salmon dapat berkurang, bahkan menambah jumlah lemak di dalamnya. Oke, perhatikan ya?"
Sumi merebus salmon ke dalam panci selama 10 menit. Sumi menambahkan bumbu favorit yang sudah di jelaskan setiap harinya.
Setelah matang, Sumi menambahkan salad kentang dan beberapa batang asparagus sebagai pelengkap.
"Kalian bisa mempraktekkan sekarang. Semoga berhasil," Sumi tersenyum. Mungkin ada yang beberapa gagal, tapi ini kelas memasak yang belajar dan menjadi lebih baik lagi.
Haruka dan Fumie sibuk mengolah salmon. Berbeda dengan Aoi, penjelasan bu Sumi seperti angin lalu.
'Kalau aku tadi pura-pura gak bisa bahasa Jepang, apa om nyebelin itu bakalan modus juga buat ngajarin aku?' batin Aoi bertanya-tanya.
Sumi berkeliling memperhatikan semuanya, memasak dengan benar. Aromanya saja sudah harum dan terngiang-ngiang.
"Aoi? Kenapa masih diam? Ayo di masak ikan salmon- nya," ucap Sumi membuyarkan lamunan Aoi.
"Eh? Iya bu. Ini mau masak kok," Aoi bingung harus mulai darimana. Biasanya ia paling semangat saat pelajaran memasak.
***
Aoi meletakkan tasnya di kursi. Ia berada di kamar. Masakannya tadi gagal.
"Kenapa gagal? Padahal aku biasanya paling jago di kelas masak," Aoi duduk dan mengadu pada boneka teddy pink-nya.
"Belum lagi PR dari om nyebelin. Apa aku kerjakan sekarang ya?"
Aoi mengambil buku tulisnya.
Makoto membuka pintu kamar Aoi dengan santai. Memantau cewek itu yang duduk di meja belajar.
"Belajar apa? Udah malem. Tidur. Gak usah begadang!" nasehat Makoto.
Aoi tak menghiraukannya.
'Kenapa ada dia lagi sih? Jadi gak konsentrasi kan!' batin Aoi kesal. Aoi berusaha fokus mengerjakan kalimat positif dan negatif.
Makoto meraih buku tulis Aoi yang masih kosong.
"Kamu emang gak bisa?"
Aoi diam. Lalu yang tadi pagi apa kurang jelas?
"Aku ajarin. Ayo ke ruang tamu. Kalau disini gak enak, gimana kalau ada tetangga kamu yang minta mangga lagi?" ya, Makoto lah yang harus mengiyakan permintaan para ibu-ibu dan anak kecil yang ingin mangga.
"Itu sih urusan lo sendiri. Sana keluar! Gue bisa ngerjain sendiri," Aoi menggiring Makoto keluar dari kamar.
Makoto terkekeh. "Yakin bisa? Kamu aja tadi-"
Brak!
Aoi menutup pintunya dengan kasar.
"Sampai kapan sih kayak gini? Lama-lama aku pingin kabur aja. Terus ngekost, ngerantau yang jauh, biar om nyebelin itu gak bisa nemuin aku lagi," Aoi duduk di ranjang dan memeluk boneka teddy pink-nya.
Makoto yang mendengar itu terdiam. Kenapa Aoi berkata seperti itu? Apa dirinya pernah berbuat salah?
"Aku gak suka di jodohin! Aku cuman mencintai Ryuji, bukan om nyebelin!" adu Aoi menjerit. "Apa kata temen-temenku nanti kalau aku nikah sama om-om? Dan itu guruku sendiri?" tanpa sadar air mata Aoi meluncur bebas.
"Aoi, memangnya salah kalau kita di jodohkan? Aku ragu kalau Ryuji itu hanya main-main," ucap Makoto pelan. Ia hanya bisa memandangi pintu itu, seandainya boleh masuk ia akan menenangkan Aoi.
"Bahkan aku hanya mengenal satu perempuan. Dan itu kamu Aoi. Aku gak tau bagaimana mencintaimu. Tapi-"
"Kenapa masih disini?" Aoi membuka pintunya, Makoto bersandar pada dinding dengan wajah tertunduk.
Makoto menatap Aoi. "E-aku temenin kamu dari sini. Gimana PR-nya? Udah selesai?"
Aoi menggeleng. "Makannya kalau ngasih PR jangan yang susah-susah. Aku gak bisa!"
"Ya udah. Kamu makan aja, aku udah masak. Biar aku yang ngerjain PR-mu, " Makoto masuk dan mengerjakan PR Aoi.
'Kadang baik kadang bikin kesel. Susah di tebak,' batin Aoi. Rasanya senang PR-nya di selesaikan Makoto tanpa pusing memikirkan jawabannya.
***
See you-,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments