"Lepasin gak?!" Aoi meronta. "Atau gue teriak maling aja. Ma-"
"Teriak aja. Aku kan disini guru, wle," Makoto memeletkan lidahnya.
Aoi kesal. "Tau ah! Mending gue gabung sama sahabat aja daripada bapak!"
"Hei! Panggil saya mas. Biar udah nikah nanti terlatih. Faham?" rasanya aneh di dengar, terlalu muda karena dirinya baru 24 tahun.
"Gak mau! Bapak aja wle," sekarang gantian Aoi yang mengejek Makoto.
"Berani ya kamu. Sini aku cubit pipinya! Hei! Jangan lari Aoi!" Makoto mengejar langkah Aoi yang berlari kecil, rasanya mudah menangkap cewek itu, tapi demi Aoi senang Makoto memperlambat langkahnya.
Keduanya menjadi sorotan.
"Romantis banget gak sih?"
"Terus Ryuji gak cemburu kan liat ini?"
Sampai Aoi tak sengaja menabrak Ryuji yang berdiri mengobrol dengan Syougo dan Taiga.
"Punya mata gak-eh? Aoi, jangan lari-lari. Kalau jatuh aku yang sedih," awalnya Ryuji marah, tapi setelah tau Aoi hatinya adem.
"Maaf hehe. Gimana sama komiknya? Bagus gak?"
"Gak bagus!" sahut Makoto ketus. "Bagusan punyaku Aoi," ucapnya membingungkan.
"Ha? Apanya?" Aoi tak mengerti.
"Punya apa sih? Aoi ngomong komik kok," sahut Taiga kesal.
"Lah kok kamu yang marah?" tanya Makoto heran. Memang punyanya bagus.
"Itu mereka kenapa adu lambe ya?" tanya Fumie bingung.
"Yuk samperin. Kepo ah," Haruka menarik tangan Fumie seperti biasa.
"Haru! Aku bukan kambing ya di tarik-tarik," protes Fumie tak terima.
"Kalian ngomongin apa sih? Kok seru banget," ucap Haruka tak tau kondisi sebenarnya.
Aoi melotot. "Haru, ayo beli novel. Mumpung ada bazar nih, harganya aja murah," Aoi mengalihkan pembicaraan.
"Ha? Tapi kan uangku gak banyak Aoi," ucap Fumie sedih.
"Aku yang bayarin," apa sih yang gak?
"Aku aja," sahut Makoto dan Ryuji kompak.
"Wah boleh banget nih," ucap Fumie antusias.
"Fumie," tekan Haruka gemas.
"Hehe, maaf. Jadi gak beli novelnya?"
"Jadi," seru Makoto dan Ryuji bersamaan.
Satu jam setelahnya, Aoi membawa dua novel, Haruka satu novel, dan Fumie lima novel. Untuk yang membayarnya adalah Makoto. Ryuji terpaksa mengalah.
"Kok aku pingin makan sandwich ya?" ucap Fumie tiba-tiba, bukan ngidam tapi ingin tau rasanya saja.
"Ke U-mart aja yuk? Ada kok harganya cuman 200 ¥en!" ucap Aoi antusias.
"Kalian disini aja. Biar aku sama Aoi yang ke U-mart," Makoto merasa terganggu dengan sahabat Aoi, selain tidak bisa berdua juga romantis.
"Ayo Aoi. Kalian semua sandwich kan?" tapi Makoto hanya bertanya pada sahabat Aoi.
"Aku Makunouchi-bento pak!" sahut Taiga. Lumayan makan gratis.
"Aku Yakisoba bread deh. Hehe, gak apa-apa kan?" tanya Syougo ragu, semoga kakaknya itu tidak pelit.
"Beli aja sendiri!" tekan Makoto galak.
"Gak asik ah," Syougo cemberut.
Aoi terkekeh. "Beli aja sendiri ya?"
Makoto menggandeng tangan Aoi menuju U-mart yang dekat dengan sekolah. Selain harus menyebrang, dan hati-hati. Apalagi bisa terjadi tabrakan terutama orang yang selalu jalan mondar-mandir seperti Natsu Mugita.
Di U-mart, Aoi melihat berbagai makan yang di bungkus.
"Mbak! Apa ada es krimnya?" setaunya ada, ia ingin yang manis-manis.
"Ada kok mbak. Tinggal di pilih mau yang semanis cintanya apa sepahit di tinggalkan," ucap Yumi bercanda.
"Kok wajah mbak beda?" Aoi banyak tanya. Ya, apalagi Mami itu mirip dengan mbak minimarket di depannya ini.
Makoto sibuk mengambil sandwich, dan camilan lainnya untuk stok di rumah nanti.
"Oh, kalau mbak Mami kadang jaga kincir angin di amusment park. Jadi aku yang gantiin mbak Mami, kan dia jualan buku di sekolah. Lumayan cari cuan," ucap Yumi asik, ia ramah kepada pelanggan. U-mart selalu ramai akan pembeli, selain terjangkau juga murah dan pas di kantong.
Makoto meletakkan belanjaannya. "Semuanya berapa?"
Yumi sampai tercengang melihatnya. Apa mau berdagang lagi?
"Sebentar ya pak," Yumi mulai menghitung totalnya.
"Jadi totalnya 3500 ¥en pak," lapor Yumi. "Aoi, ini siapa kamu?"
"Dia-"
"Saya calon suaminya. Doakan kami cepat nikah dan di berikan anak," sahut Makoto cepat.
"Apa sih? Gak usah halu deh," Aoi tak suka, sama saja Makoto ingin menyebarkan berita pernikahannya yang tak lama lagi itu. Aoi ingin kabur saja dari rumah.
"Ya bagus Aoi nikah sama dia. Ganteng, kaya, perhatian, cuek. Yang kayak gitu jangan di sia-siakan Aoi," Yumi menasehati, karena yang tulus belum tentu datang dua kali.
"Gak jadi es krimnya deh," Aoi melangkah pergi.
Makoto mengikuti Aoi yang ngambek.
"Gak jadi? Terus ini mau di kasih siapa? Mantan?" ya, Makoto sudah membeli dua es krim untuknya dan Aoi.
Aoi menoleh. Merebut es krim rasa vanila itu.
"Apa sih? Gak ada mantan!" ketusnya galak. Mantan siapa? Ryuji saja pacar pertamanya.
"Ryuji bakal jadi mantan kamu. Liat aja nanti," Makoto tersenyum penuh arti. Kalau bisa Ryuji pergi dari Aoi.
"Ya kalau mantan bisa balikan. Apalagi aku suapin es krim ke Ryuji. Baguslah tambah romantis," ucap Aoi tak mau kalah, memangnya ia cewek mellow di tinggal nangis dan bilang semua cowok sama aja?
"Ngapain suapin dia es krim? Aku aja. Nih," Makoto membuka mulutnya, rasanya tak rela Ryuji banyak menangnya.
"Makan aja sendiri. Udah punya es krim masih aja minta punya gue," ketus Aoi pedas.
"Judes banget sih. Kalem dong, biar aku tambah cinta," sehari saja Aoi tak pernah kalem dan feminim.
"Gue kalem? Yang ada tambah banyak yang suka! Apalagi chat," nomornya saja ia ganti luar negeri, chat P yang spam karena ingin kenalan membuatnya risih.
"Ya udah. Biar aku aja yang pegang hp kamu. Sini," Makoto mengulurkan tangannya, lebih bagus seperti ini. Selain menguntungkan juga aman.
Aoi menggeleng. "Gak, belum nikah aja mau bawa hp istri. Itu privasi gue," lagipula tidak ada apa-apa. Tapi kontak Ryuji bisa di hapus dan blokir oleh Makoto.
"Gak ada apa-apa. Curiga banget sih. Tau ah. Bye!" Aoi berlalu pergi, lebih baik bersenang-senang dengan Ryuji dan sahabatnya.
Makoto mengikuti Aoi, cewek itu tak mau menurutinya. Memangnya salah? Lagipula ia bisa melihat bagaimana hubungan Aoi dan Ryuji se-dekat apa.
***
Duduk di kantin dan makan sandwich, Syougo dan Taiga hanya memandangi dari jauh.
"Pelit banget ya pak Makoto? Kirain di beliin tadi," celetuk Taiga memakan Tofu steak menu andalan kantin yang reccomended.
"Gak tau. Biarin aja deh. Ini kan lebih enak bento-nya," terpaksa Syougo merogoh uang sendiri, memang kakaknya itu tak pernah memberi uang satu biji saja.
"Aoi, kok gak makan sandwich? Kenapa?" tanya Fumie yang menyadari raut wajah Aoi yang marah.
Aoi hanya menggeleng. "Gak laper," jawabnya lesu.
"Buat aku aja ya? Hehe, pingin nambah lagi," Fumie mengambil satu sandwich yang tersisa. Akhirnya Aoi kenyang.
'Aku gak mau nikah sama Makoto. Belum nikah aja hp harus di bawa sama dia. Yang ada aku gak bebas!' batin Aoi.
***
Jujur sih gak tau jajanan jepang. Tapi kenal game Sakura jadi tau deh.
See you-.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments