Ryuji Sakuma
Ryuji memejamkan matanya sejenak. Malam yang sangat dingin. Jendela kamarnya ia buka agar bisa menatap lebih dekat dengan ribuan bintang.
Ucapan Syougo itu membuatnya kepikiran. Apalagi Aoi semakin dekat dengan pak Makoto.
"Gue kenapa sih? Selalu aja mikirin dia," Ryuji mengacak rambutnya frustasi.
"Kenapa perasaan gue gak rela kalau Aoi deket sama pak Makoto?" tanya Ryuji pada dirinya sendiri.
Ryuji menggeleng. "Paling cuman kepikiran doang,"
Ryuji mengambil note dan menyobeknya. Menuliskan kata-kata manis untuk Aoi.
Kalau kamu tanya aku lagi ngapain. Jelas lagi dumika.
Gak tau ya dumika itu apa? Duduk mikirin kamu. Gombal ya aku? Di simpen ya bunganya?
Ryuji Sakuma
Ryuji menempelkan itu di bunga mawar yang siap ia berikan kepada Aoi esoknya.
"Ya. Gue mulai suka sama Aoi. Selamat, lo berhasil buat hati gue sepenuhnya milik lo Aoi," Ryuji tersenyum. Ia benar-benar gila karena Aoi. Kenapa tidak dulu saja? Dan perasaan itu baru ada sekarang.
***
Ryuji berangkat pagi-pagi meletakkan bunga di kelas Aoi. Bahkan kawasan sekolah saja masih sepi. Ia sudah meminta kunci kelas kepada satpam.
Ryuji menatap bunga mawar itu. "Aoi, gue mulai suka sama lo. Tapi kalau cinta gue gak tau," mungkin perbedaan suka dan cinta beda tipis, begitu pikirnya.
Langkah sepatu membuat Ryuji bingung bersembunyi dimana.
"Lo? Ngapain disini?" tanya Aoi galak.
Ryuji tersenyum kikuk. "Cuman ngasih itu," ia menunjuk bunga mawar di meja Aoi.
"Tumben banget berangkat pagi. Piket ya?" tanya Ryuji basa-basi.
Aoi menggeleng. "Maaf buat yang kemarin. Kita jadi gak berangkat bareng," Aoi merasa bersalah, apalagi Ryuji menunggunya di bawah terik matahari begitu.
Ryuji mengangguk. Aoi baik, ia pikir cewek itu galaknya minta ampun.
"Iya gak apa-apa. Boleh gue ngomong sama lo? Tapi jawab sekarang ya? Keburu semuanya dateng," pinta Ryuji mendesak.
Aoi mengernyit. "Tanya apa sih? Maksa banget,"
"Gue suka sama lo," dengan cepat Ryuji mengatakan itu.
Aoi terdiam. Apa? Suka? Bukannya Ryuji sangat membenci dirinya?
"Suka?"
"Iya. Dan buat hubungan kita yang pura-pura pacaran, mending beneran aja sekarang,"
"Gak mau juga gak apa-apa. Gue gak maksa. Bye, gue balik ya?"
Saat Ryuji akan melangkah, Aoi menahan tangannya.
"Gue akan berusaha suka sama lo,"
Ryuji berbalik. "Beneran?" tanyanya memastikan.
"Gue gak suka sama dia. Gue gak mau nikah sama sia. Emangnya perasaan harus di paksa?" Aoi mengungkapkan kelug kesahnya. Makoto tiba-tiba hadir dan akan menjadi suaminya setelah lulus sekolah.
Aoi menatap Ryuji. "Buat gue jatuh cinta sama lo ya? Apapun itu, jangan ninggalin gue," dengan mata berkaca-kaca ia meminta Ryuji tetap bersamanya.
Ryuji terkejut. Kenapa reaksi Aoi begini?
"Jangan nangis. Gue gak suka liat lo sedih. Senyum. Galaknya gak keliatan loh," goda Ryuji. Ternyata Aoi membalas perasaannya. Senang? Iya, apalagi Aoi adalah ratu cuek dan galak SMA Sakura. Susah di taklukan apalagi di dekati.
Aoi memukul Ryuji kesal. "Apaan sih. Bagus kalau gue galak. Jadi gak ada yang bisa ganggu gue. Apalagi cowok-cowok genit di sekolah kita,"
Haruka dan Fumie yang baru saja memasuki kelas melihat Aoi sangat dekat dengan Ryuji terkejut.
"Mataku gak rabun kan?" tanya Haruka mengucek matanya, masih tak percaya ini bisa terjadi secara nyata.
"Aoi? Kok berduaan sama Ryuji disini? Ngapain?" tanya Fumie curiga. Sangat mustahil Aoi bisa akur dengan Ryuji.
Aoi gelagapan. "E-anu. Gak-"
"Kita jadian beneran," Ryuji menjawabnya dengan santai.
Aoi membungkam mulut Ryuji. "Jangan di dengerin. Suka halu dia. Hehe,"
"Oh kirain beneran jadian. Lumayan sih dapet traktiran," Haruka mengangguk percaya.
"Kita emang jad-aww"
Aoi menginjak sepatu Ryuji. "Sana balik ke kelas. Tempat lo gak disini,"
Ryuji melangkah pergi dengan perasaan dongkol. Aoi tidak peka! Lihat saja nanti.
Haruka fokus menatap bunga mawar merah itu.
"Pasti dari Ryuji kan? Gak mungkin pak Makoto,"
"Gak lah!" sanggah Aoi emosi. Sehari saja nama itu tidak perlu di sebutkan.
Haruka meraih bunga itu. Membaca note yang berisi gombalan.
"Ciee. Ryuji suka loh,"
Fumie merebut note itu. "Terima aja Aoi. Kalau gak mau buat aku aja ya?"
"Gak! Enak aja. Cari aja sana!" Aoi merebut note dan bunga mawar itu. Ini harus di simpan dan di amankan.
Haruka saling pandang dengan Fumie.
"Beneran suka," bisiknya.
"Langgeng deh," Fumie mengangguk.
***
Saat istirahat, Ryuji mengajak Aoi ke kantin.
"Ehem! Aku sekarang di abaikan. Kenapa Aoi?" Haruka melirik Aoi yang masih salah tingkah, apalagi Ryuji memandangi Aoi lekat dengan bertopang dagu.
Kelas Ipa 1 tidak mau keluar melewatkan moment ini.
"Ryuji kayaknya beneran suka deh sama Aoi,"
"Ah sakit hati gue!"
"Ayo. Ntar bel kamu gak makan lagi," Ryuji menarik tangan Aoi.
"Ikut," Fumie yang akan ikut istirahat dengan Aoi di tarik tangannya dengan Haruka.
"Biarin aja mereka berdua,"
Fumie mengangguk. "Oke,"
Di kantin, Ryuji menyuapi Aoi dengan telaten.
Bisik-bisik iri dan baper bersahutan.
"Beneran pacaran ya?"
"Gimana sama perasaan pak Makoto kalau tau Aoi kayak gini?"
"Bilang aja sana. Biar Ryuji tau rasa!"
Aoi kurang nyaman. Apalagi mereka akan mengadukan ke Makoto.
"Udah gak laper. Kita ke perpus aja yuk,"
Ryuji mengerti Aoi kurang nyaman. "Ya udah, ayo. Padahal masih banyak tuh,"
"Kenyang! Masa harus di habisin. Yang ada tambah gendut tau," Aoi cemberut. Berat badannya saja selalu seimbang, tidak naik atau pun turun.
Di kantor guru, seorang siswa ingin berbicara empat mata dengan Makoto. Ada suatu hal yang penting harus di sampaikan.
"Aoi sedang menuju ke perpus. Kedekatan mereka seperti sepasang kekasih pak. Bahkan gosip mereka berpacaran sudah di ketahui seantero sekolah," lapornya.
Makoto beranjak. "Ya sudah, kamu pergi. Terima kasih infonya,"
"Sama-sama pak,"
Sengaja Makoto mengirimkan mata-mata salah satu muridnya, dan itu teman sekelas Aoi sendiri.
Di perpustakaan, Aoi sangat bosan. Ryuji terlalu asik dengan buku komiknya.
"Gue bosen nih," keluh Aoi. Sudah kedua kalinya ia mengatakan itu, tapi Ryuji hanya bilang sini baca komik sama gue. Aoi tidak suka membaca.
"Terus biar gak bosen ngapain?" Ryuji menutup buku komiknya.
Makoto geram melihat Aoi dekat dengan Ryuji. Kenapa harus duduk berdekatan sih? Kan bisa jaga jarak!
Dengan langkah cepat, Makoto menghampiri Aoi. Dan menyuruhnya kembali ke kelas.
"Anda siapa? Terserah saya. Lagipula ini masih istirahat," Aoi mendongak. Makoto memang tinggi, lehernya terasa pegal menatap pria itu.
"Baik. Saya akan menelepon tuan Amschel," Makoto mengeluarkan ponselnya. Menekan nomor Mr. Amschel.
Tak ada pilihan lain selain kembali ke kelas.
Setelah Aoi pergi, Makoto memberikan ancaman kepada Ryuji. Namun cowok itu sama sekali tidak takut.
"Mengancam saya? Maaf pak, saya tidak ada urusan dengan bapak. Kalau pun saya harus menjauhi Aoi, tentu saja tidak bisa. Dia pacar saya," jelas Ryuji tegas. Ia tau Aoi tidak menyukai Makoto.
Senyum licik terukir di bibir Makoto. "Baik. Anda tidak tau dengan berurusan dengan siapa,"
Ryuji juga tau. Ia sempat terkejut saat nama Tuan Amschel di sebutkan tadi. Siapa Aoi sebenarnya? Nama itu tidak asing.
"Jangan membuat keributan di perpustakaan!" bentak bu Sumi. Suaranya sangat gaduh.
Makoto berlalu pergi.
'Kali ini, gue bakalan ngelindungi Aoi. Makoto itu orang berbahaya,' Ryuji tersenyum simpul. Permainan cinta baru saja di mulai.
***
Yeay! Update, pernah gak sih di sukai dua cowok?
Me: Pernah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Yuvincean Carolina Marcus
lanjutttt thor
2021-04-26
2