Aoi Mianami Rotschild
Hari ini Aoi selesai membereskan tempat tidurnya. Bangun lebih awal sangat baik, apalagi ia harus jalan kaki ke sekolah.
Pintu kamarnya di ketuk.
"Nona Aoi, sarapan di bawah sudah siap. Semua anggota keluarga Rotschild berkumpul lengkap," bu Idah sang pembantu yang bekerja 6 tahun lamanya sangat beruntung di terima kerja di keluarga besar Rotschild.
"Iya. Tunggu sebentar,"
Di meja makan, design mejanya memanjang seperti di istana kerajaan. Sangat sanggup mengajak satu kampung untuk makan.
Aoi menuruni tangga. Bunyi sepatunya menarik atensi semua keluarga Rotschild. Pandangannya pun menyorot Aoi.
"Aoi. Udah bangun sayang?" tanya Karin tersenyum senang.
Aoi mengangguk. "Iya ma," Aoi memandangi keluarganya, dari Ayah, mama, omah, dan pria asing? Siapa dia? Kenapa harus bergabung makan disini?
"Ma. Dia siapa? Kok makan bareng sama kita?" tanya Aoi menunjukkan ketidaksukaannya. Pasti pria itu ingin membocorkan identitas keluarganya.
"Dia itu calon suamimu sayang. Jadi lulus sekolah nanti, kalian langsung nikah aja. Kalau pertunangan dulu, yang ada kalian tidak tambah dekat. Iya kan yah?"
Amschel mengangguk. "Apa yang di katakan mama benar. Ayo perkenalkan dirimu,"
'Tampilannya aja kuno banget. Pakai kacamata. Bukan anak sekolah. Masa om-om sih? Aku ini masih sekolah! Meskipun udah lulus, melanjutkan ke pendidikan tinggi itu penting. Apa ayah gak mau ada penerusnya?' Aoi menggerutu dalam hati. Dan ia tidak akan membiarkan segala hartanya jatuh ke tangan pria itu. Enak saja huh.
"Makoto Anekawa. Panggil saja Mako," Makoto memperkenalkan diri.
"Dia ini keturunan Jepang. Pintar, dan perusahannya ada dimana-mana. Jadi ayah tidak salah memilihkan calon suami yang mapan untukmu Aoi," tutur Amschel, menambahi nilai lebih untuk Makoto.
"Perkenalkan dirimu Aoi. Agar dia tau siapa calon istrinya," titah Amschel tegas. Di keluarga ini, hanya dia yang berkuasa. Tidak ada tutur kata yang lembut, tatapan yang tajam. Ciri khas Amschel Rotschild.
"Namaku Aoi Mianami Rotschild," satu hal lagi, Aoi menutupi nama belakangnya. Publik tidak boleh mengetahuinya.
"Perkenalan bisa di lanjutkan setelah makan. Dan Makoto akan mengantarkanmu ke sekolah. Tidak ada penolakan," seakan Amschel menebak pikiran Aoi.
'Huh, berangkat ke sekolah sama om-om? Gimana sama semua temenku? Apa yang bakalan mereka katakan nanti?' batin Aoi bertanya-tanya. Pasti hal yang tidak-tidak.
Selesai makan, Amschel menitipkan Aoi kepada Makoto.
"Antarkan dia dengan selamat. Jangan sampai teelambat, jadi ngebut saja," ucap Amschel di setujui Makoto.
Aoi mendelik tak percaya. Mengebut? Gila, ini taruhannya nyawa! Aoi lebih baik jalan kaki saja daripada di antarkan Makoto.
Amschel mengeluarkan selembar check bernilai 20 juta.
"Ini, uang bulanan kamu. Kalau habis, bisa pinjam black card ayah. Hati-hati," Amschel beranjak pergi. Mengurusi kantornya, apalagi menjadi direktur utama yang super sibuk.
***
Di dalam mobil, sangat hening dan sepi. Aoi bosan, ia membaca novel digital di ponselnya.
"Nama sekolahmu apa?" tanya Makoto akhirnya berbicata setelah sekian lamanya terdiam.
"SMA Sakura," jawab Aoi super dingin.
"Oh,"
'Oh doang? Cuek banget sih. Ini calon suamiku? Bisa mati berdiri nih. Tanya lagi kek, atau apa gitu,' batin Aoi kesal.
Masih kurang 5 menit lagi akan sampai di sekolah SMA Sakura.
"Nanti pulang aku jemput. Ini perintah dari Tuan Amschel," ucap Makoto lagi.
Aoi tidak bisa bebas.
"Jadi gak bisa shopping lagi kan. Huh, menyebalkan," gumam Aoi lirih. Tapi Makoto mendengarnya.
"Shopping? Dimana? Nanti saya akan mengantarkan kamu," dengan senang hati Makoto menemani Aoi. Sebelum itu harus melapor Tuan Amschel.
"Eh? Gak kok. Pulang aja," lain di ucap lain di pikiran. Shopping dengan Makoto? Yang ada dirinya tidak bisa menanyakan kualitas produk mana bagus atau cocoknya.
Akhirnya sampai juga di SMA Sakura.
Aoi tidak bisa membuka pintu mobil. Di kunci. Makoto menyebalkan.
"Silahkan," Makoto membuka pintu mobil yang terkunci.
"Bebas juga dari dia. Sangat membosankan," Aoi mempercepat langkahnya ke kelas. Karena terlalu terburu-buru ia menabrak seseorang.
Dahi Aoi terasa sakit karena membentur dada bidang di depannya.
"Aduh. Jalan kok gak liat-liat sih?" Aoi mengusap dahinya.
"Lo lagi?"
Makoto masih belum pergi. Memantau gerak-gerik Aoi sampai cewek itu benar-benar masuk ke kelas.
"Berani sekali menabrak Aoi. Tidak tau siapa dia," Makoto keluar dari mobilnya. Kalau sampai Aoi lecet, Tuan Amschel marah besar.
"Hei kamu! Jangan sakiti Aoi. Dia adalah putri dari-aww" Makoto meringis kesakitan. Kakinya di injak Aoi.
"Tidak apa-apa. Ya kan sayang? Dia pacarku. Ryuji," sengaja Aoi berakting mempunyai pacar, agar perjodohan ini di cancel saja.
Makoto terkejut. "Pacar? Yakin ini pacarmu? Dari kalangan apa? Keluarga apa? Nama perusahaannya?" tanya Makoto beruntun.
Ryuji yang tak terima di klaim sebagai pacar pun tak suka.
"Gue buk-"
Aoi memeluk Ryuji. "Sayang, udah. Ayo masuk ke kelas. Pagi-pagi udah ngambek aja,"
Beberapa siswa yang lewat pun melihat kejadian itu. Mengejutakan. Ryuji ketua basket sekaligus Duta Mr. Handsome tahun ini mempunyai pacar?
"Yah, jadi gak bisa deketin Ryuji lagi,"
"Gak cocok ah. Aoi cewek tomboy. Ketua beladiri lagi,"
"Mending sama aku aja deh,"
"Aku masih tidak percaya jika itu pacarnya Aoi," Makoto memandangi Aoi dan Ryuji berjalan beriringan.
***
Di kelas, Haruka dan Fumie bertanya-tanya tentang hubungannya dengan Ryuji.
"Sejak kapan kamu pacaran sama Ryuji? Kemarin aja tabrakan. Dan dia cuek ke kamu," ucap Haruka masih heran.
Aoi tidak tau harus menjawab apa.
"E-itu. Soalnya-"
"Cepetan elah," Fumie tak sabaran.
"Aku mau di nikahin sama om-om. Keturunan Jepang lagi,"
"Seriusan? Wah, pasti ganteng. Matanya sipit, putih, tinggi. Idaman banget tau," sepertinya Fumie menyukai Makoto. Ah tapi Aoi tidak yakin Fumie akan betah dengan pria super cuek itu.
"Terus aja puji dia. Gak ada menariknya sama sekali," gerutu Aoi kesal.
"Kaya gak?" tanya Haruka yang gila uang.
"Gak tau. Males aku ngurusin dia," Aoi menelungkupkan kepalanya. Lebih baik tidur daripada menggosipkan Makoto.
Di kelas 12 Ips 1 dimana jamkos selalu berlaku bagi kelas itu. Apalagi guru Sosiologi yang kadang tidak masuk, sibuk mengurusi Gerakan Literasi antarsekolah.
"Bro, beneran pacaran sama Aoi?" tanya Taiga menggoda Ryuji.
"Gak lah. Dianya aja yang mau pacaran sama gue,"
Syougo terkekeh. "Aoi cantik loh. Jago beladiri lagi. Lo tau kan Semika? Itu partnernya Aoi kalau di gym," jelas Syougo menceritakan aktifitas Aoi di sekolah.
"Bukannya sama Semio ya? Mereka kan kakak adik," Taiga heran. Semika dan Semio selalu latihan bersama di gym.
"Jadi gimana? Lo terima Aoi? Kalau gak mau, buat gue aja deh," Syougo menggoda Ryuji.
"Enak aja. Jangan, lo itu cowok gak bener. Yang ada bikin anak orang nangis," sungut Ryuji kesal.
"Pertahankan dia. Aoi emang tomboy, gue yakin hatinya baik," ucap Taiga bertopang dagu. Semilir dari kipas angin membuatnya pelan-pelan mengantuk.
Ryuji terdiam. Apakah harus menerimanya?
***
Jangan bosen ya sama cerita TMOO. Eps awal emang biasa aja, pertengahan sampai ending luar biasa.
See you next time.
Thank you for reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
kalam.cerita
Lanut thor salam dari Ketulusan Cinta mampir juga ya ka
2021-05-10
0
Yuvincean Carolina Marcus
lanjut thor...
2021-04-26
1
Fraha Kaisan Prasetio
ayo semangat Thor lanjut,,
2021-04-23
1