Aoi meletakkan pulpennya di kotak pensil. Akhirnya selesai juga latihan soal Fisika.
"Kalau di ulang-ulang gini kan jadi tambah faham," sudah kebiasannya sepulang sekolah membuka buku pelajaran hari itu.
Ting!
Aoi melihat notifikasi dari grup kelas.
Kelas 12 Ipa 1 Group
Madoka
Denger-denger telinga gue nih, besok ada bazar buku loh. Kuy lah borong komik sepuasmu
7:00 pm
Yuna
Bazar? Lo tau darimana? Bukannya udah ya satu bulan kemarin? Masa ada lagi?
7:01 pm
Hikari
Liat aja besok. Jadi bakal ada jamkos nih. Seneng gak? Seneng gak? Iyalah
7:01 pm
Anda
@haruka @fumie beli berapa buku? Awas di borong haha
7:02 pm
Haruka
Beli buku detektif itu. Penasaran nih sama season 2 giimana
7:03 pm
Fumie
Jangan lupa ajak orang yang tersayang. Hehe, ups kode nih. Peka ya
7:03 pm
"Orang yang tersayang?" Aoi berpikir sejenak. Siapa ya?
"Siapa ya?"
Ting!
Sebuah pesan dari Ryuji. Nah! Aoi ingat, orang yang tersayang itu adalah Ryuji.
Ryuji
Besok temenin aku ya? Mau nyari buku komik Sin Chan buat adikku
7:10 pm
Anda
Ok syg. Eh? Gpp kan panggil syg?
7:11 pm
Ryuji
Gpp dong. Kan kamu pacarku
7:11 pm
Aoi melompat senang.
"Aaa! Kenapa aku bisa sebaper ini sih? Ryuji tambah so sweet aja!"
Untung saja kamarnya kedap suara, mamanya tak akan tau siapa itu Ryuji. Bisa gawat di laporkan ke ayah.
Rasanya tak sabar hari esok seperti apa. Terutama menemani Ryuji seharian. Semoga si Makoto itu tidak mengganggunya.
***
Suasana SMA Sakura sudah ramai, banyak penjual buku yang berjejer rapi. Ada juga pedagang kaki lima yang numpang jualan karena ramai.
Fumie sampai terpesona dengan buku yang ia incar selama ini akhirnya di depan mata!
"Waw! Ini kan novel kesukaanku Haru! Berapa nih pak?" tanya Fumie antusias, dari judulnya saja sudah menarik perhatian. 1001 jurus menggombal paling ampuh.
"Itu 500 ¥en aja mbak. Mau beli?"
Wajah Fumie sedih seketika.
"Yah, mana aku cuman bawa 200 ¥en. Gak jadi deh pak," Fumie meletakkan buku gombalan itu dengan hati tak merelakan.
"Bungkus aja pak. Nih uangnya," Haruka memberikan uang sesuai harganya. "Jangan sedih. Aku udah beliin tuh," Fumie memang anak yang kurang mampu, masuk di sekolah ini saja mendapat keringanan dari pemerintah yang di bebaskan beasiswa untuk 50 peserta. Sangat terbatas memang.
Fumie memeluk Haruka. Rasanya terharu saja.
"Makasih Haru, emang kamu yang terbaik," mata Fumie sampai berkaca-kaca.
"Heh! Kemana aja kamu? Main berangkat aja, gak nyapu rumah. Kakak yang jadi sasarannya!"
Suara bentakan itu membuat Fumie menoleh mendapati Megumi, sang kakak. Megumi Futaba adalah kakak yang persis di cerita Cinderella, menjadikan dirinya sebagai babu di rumah.
"Sana balik aja ke rumah! Enak aja main sekolah gitu aja. Seharusnya yang dapat beasiswa itu kakak! Bukan kamu!" Megumi menunjuk Fumie, hatinya di penuhi rasa benci dengan sang adik.
"Maaf ya mbak, jangan marahin Fumie. Ini masih lingkungan sekolah. Mbak mau di usung ke ruang BK?" Haruka tidak suka dengan Megumi, cewek judes yang selalu malak adik kelas karena tidak ada uang.
Megumi tertawa jahat. "Silahkan. Kamu mau berurusan denganku ya?"
"Ada apa ini? Kok ribut-ribut?" Ryuji datang.
Megumi langsung diam. Ia memilih pergi daripada berurusan dengan ketua OSIS itu.
"Fumie? Gak apa-apa kan?" tanya Ryuji khawatir. Fumie menunduk dengan tangan bergetar, pasti ketakutan di marahi kakaknya.
Fumie mendongak. Ia tersenyum. Rasanya di dunia ini palsu, bahagia memang sesaat. Tapi jika kakaknya yang mengambil kebahagiaan itu, dirinya tak bisa berbuat apa-apa. Karena dirinya tak bisa melawan.
"Aoi mana? Belum berangkat ya?"
"Haru! Fumie!" Aoi menghampiri kedua sahabatnya dengan senyum ceria. Bazar dengan pacar, jika dulunya hanya dengan sang sahabat sekarang berbeda.
"Itu Aoi," Haruka menunjuk Aoi.
"Hai. Temenin aku sekarang ya?"
Aoi mengangguk. "Aku sama Ryuji ya? Bye bye," Aoi melangkah pergi dengan Ryuji.
Haruka menghela nafas. "Huh, nasib kita gini ya kalau jomblo?"
"Iya-aww!" Fumie meringis, kakinya di injak.
Saat Fumie ingin memarahi orang itu, ternyata dia adalah Syougo.
"Punya mata iya? Sampai kakiku aja di injak!" omel Fumie kesal.
"Makannya, tubuh lo itu jangan kekecilan. Mana gue liat!"
"Gitu aja marah. Galak!"
"Biarin!"
Haruka menarik Fumie menjauh dari Syougo, mulut sahabatnya itu tak akan diam sekali berdebat.
Di stan buku komik, Aoi hanya memandangi Ryuji tanpa tau apa yang di katakan cowok itu.
"Aoi, kalau yang ini gimana? Aku gak tau tentang Sin Chan. Aoi?"
Aoi tersadar. "Eh? E-bagus kok," Aoi tersenyum kikuk.
"Berapa mbak harganya?"
"350 ¥en aja mas ganteng," Yumi mengedip genit, untungnya sang kakak Mami menginfokan ada bazar buku di sekolah. Ia rela membeli komik banyak demi ketemu cogannya SMA Sakura.
"Sayang, anterin aku beli novel another yuk?" Aoi tidak suka si mbak genit itu mengganggu Ryuji.
"Iya. Ayo sayang," Ryuji mengerti Aoi cemburu.
Sedangkan Syougo menghubungi sang kakak berkali-kali tapi tidak ada jawaban.
"Masa iya pulsanya habis? Apa sinyalnya jelek? Gak deh, disini bagus. Gimana sama hp lo ga?"
Taiga mengangguk. "Bagus juga kok. Nih malah cepat buat download lagu," Taiga menunjukkan ponselnya, lumayan untuk stok musik nanti.
"Kakak gue susah di hubungi nih. Kemana sih?" gerutu Syougo mondar-mandir.
Di tempat lain, Makoto baru saja bangun. Tidur di sofa sangat nyenyak meskipun Aoi tak memperbolehkannya di kamar lain.
"Jam berapa ya?" Makoto menyalakan ponselnya, sengaja ia matikan.
"Apa? Jam tujuh? Aoi udah berangkat kayaknya," Makoto melangkah ke kamar mandi. Semoga saja cewek iti tidak marah lagi.
***
Makoto sudah sampai di sekolah, ia menanyakan keberadaan Aoi pada salah satu siswa.
"Maaf pak, saya gak tau. Mungkin sama temannya," setelahnya ia pergi.
Makoto menelisik halaman sekolah. Aoi berambut coklat, tinggi, dan senyum manisnya membuat Makoto terngiang-ngiang.
"Hahaha, kamu lucu banget sih," Aoi tertawa, melihat Ryuji memakai jepit rambutnya.
"Hehe, gimana rambutku? Bagus gak?"
Aoi mengangguk. "Kayak cewek, cantik hahaha," bahagia, itulah yang Aoi rasakan saat ini.
Makoto yang mendengar tawa itu pun mencari smber suara.
Ternyata, Aoi tertawa dengan Ryuji. Apa dengannya tidak bahagia? Atau kurang?
Dengan langkah lebar, Makoto menghampiri Aoi.
"Bagus ya. Gak bangunin aku di sofa. Sekarang ketawa sama cowok lain," dengan emosi menggebu, Makoto mengomeli Aoi.
Ryuji mengernyit. Apa tadi? Gak di bangunin? Apa Makoto menginap di rumah Aoi? Mau apa?
"Pak Makoto rumahnya dimana? Apa tetanggan sama Aoi?" tanya Ryuji baik-baik, siapa tau Makoto memberitahukan alamat rumahnya Aoi.
"Itu bukan urusan kamu. Ayo ikut aku. Buang-buang waktu aja berduaan sama dia," Makoto menarik tangan Aoi menjauhkan dari Ryuji. Cowok itu sudah banyak menangnya.
***
See you-.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments