Bunyi Bib panjang memekik telinga Leah. Membuatnya langsung tertunduk lemas tak bertenaga. Ini kali pertama dia kehilangan pasien saat operasi.
“Jam 7 menit 55. Catat waktu kematiannya.” Ucap Dokter Deon yang kemudian menepuk pundak Leah.
“Kamu harus tegar. Selesaikan menjahitnya.” Lanjut Deon.
Susan mengambil alat kejut jantung dari tangan Leah. Sedangkan Leah masih sedikit terpukul.
“Dokter Leah” ucapan Susan yang lembut membuat Leah tersadar dan langsung melanjutkan menjahit luka pasien.
Setelah selesai menjahit, Leah segera melepas sarung tangan dan keluar untuk memberi tau suami sekaligus wali pasien.
“Bagaimana.?” Ucapan yang pertama kali keluar dari mulut pria itu usai melihat Leah keluar dari ruang operasi.
Leah membungkukkan badannya lalu mengucapkan kata maaf berkali kali. Pria kekar yang tadinya garang langsung terduduk lemas. Dia bahkan berteriak keras memanggin nama istrinya yang tak selamat saat melahirkan anak ke duanya.
Tangisan pria itu memecah hening lorong lantai ke 4 yang ada di tower 1 rumah sakit Xinjin. Membuat hati Leah semakin terguncang lagi karna gagal menyelamatkan seorang ibu.
Pria itu lantas berdiri lalu menarik baju operasi yang masih menempel di tubuh Leah sambil beteriak keras.
“Bagaimana bisa.!! Bagaimana bisa kau membiarkannya mati.? Kau seorang dokter kan.? Masuk lagi dan selamatkan istriku.!!”
Pria itu lantas mendorong tubuh kecil Leah sekuat mungkin. Membuat tubuh dokter itu terdorong dengan keras ke tembok yang berdiri kokoh dibelakang Leah.
*Bugh*
Leah hanya diam mendapat perlakuan seperti itu. Masih belum puas dengan tindakan anarkisnya, pria itu melayangkan tangan dan ingin memukul dokter Leah. Beruntung, Dokter Yeon selaku dokter sepesialis anak, yang baru saja keluar dari ruangan langsung mencegahnya, dengan mencengkram erat tangan pria itu.
“Hentikan atau kami akan menuntut anda atas tindakan kekerasan dan penganiayaan tim medis.!”
Pria itu lantas menarik kuat tangan yang di cengkram oleh dokter Yeon.
“Menuntut.? Hemgh.!! Aku akan menuntut kalian lebih dulu karna membuat pasien meninggal.!! Ini mala praktik.! Rumah sakit Xinjin melakukan mala praktik terhadap ibu hamil.!!” Pekiknya dengan keras sambil menunjuk dokter Yeon.
Dokter Yeon nampak tak peduli, dia lebih fokus membantu Leah berdiri dari pada meladeni pria itu.
“Apa ada yang sakit.?” Tanya Yeon dengan lembut.
Leah menggeleng pelan. Melihat mereka tak meladeninya, pria itu lantas pergi ke bagian resepsionis dan meminta bertemu dengan direktur rumah sakit.
Resepsionis dibuat kalang kabut dengan sikap kasarnya. Mereka langsung menghubungi manager untuk meminta bantuan.
“Aku ingin dokter itu dipecat.! Jika tidak, aku akan menuntut kalian karna sudah melakukan mala praktik.!” Pekik Pria itu dengan emosi yang meluap- luap.
“Tenang dulu. Saya akan melakukan rapat dengan direktur lebih dulu dan berbicara tentang masalah yang terjadi.”
“Masalah apa.! Apa yang perlu di lihat. Sudah jelas dokter itu ngak profesional.! Kalian mau menunggu berapa banyak korban lagi, hah.!”
Manager masih berusaha mendinginkan suasana dengan memberi pria itu diskon untuk biaya operasi istrinya. Serta memberi anaknya ruang vvip yang di miliki rumah sakit dengan gratis.
Emosinya langsung menurun ketika mendengar penawaran yang menguntungkan seperti itu. Dia akhirnya setuju dengan manager dan menunggu sampai rapat direktur selesai.
...----------------...
Leah sudah melepaskan baju operasi dan sedang berjalan di lorong rumah sakit yang ada di tower 1. Tatapannya begitu kosong, fikirannya masih berada di beberapa menit sebelum dia kehilangan pasien.
“Andai aku bisa lebih cepat.! Andai saja.!” Batin Leah.
Dia menyandarkan keningnya ke dinding. Beberapa kali terlihat dia mengepalkan tangannya lalu memukul- mukul dinding dengan perlahan. Sampai akhirnya, Dokter Yeon menghentikan tindakannya dengan menahan tinju yang dilayangkan.
“Tembok itu ngak bersalah.!” Ucap Yeon.
“Dokter Yeon.” Leah menoleh melihat kesamping.
Dokter Yeon membawa Leah pergi ke rooftoop tower 1. Dimana ada sebuah taman dengan kolam ikan dan beberapa kursi disana.
Dokter Yeon mengambil sekaleng susu yang ada di kantong baju lalu memberikannya pada Leah.
Itu adalah susu dengan rasa buah peach yang bersoda, salah satu minuman kesukaan Leah.
“Dalam kehidupan ada hal yang bisa dan tidak bisa kita campuri. Itu adalah hidup dan mati. Dokter bukan Tuhan, yang bisa membawa seseorang dari kematian. Dokter hanya membantu mereka untuk mengatasi rasa sakit.”
Leah tertunduk lesu sekali lagi. Ucapan dari dokter Yeon nampaknya tak membuat hatinya lega.
“Harusnya aku memberinya donor lebih dulu, baru membuat sayatan.” Ucap Leah yang masih menyesal atas tindakannya
“Dokter Leah adalah dokter muda yang berbakat. Kamu tau dengan jelas resiko yang terjadi jika rhesus ibu dan anak berbeda.”
“Kau sudah membuat keputusan hebat dengan mengeluarkan bayinya dari pada memberinya donor dulu. Jika itu terbalik, mungkin sang anak juga tidak mungkin tertolong.”
Leah masih menunduk, bagaimana pun, itu adalah kali pertama dia kehilangan pasien di atas meja operasi. Leah membuka kaleng susu dan meneguknya dengan cepat.
“Pulang dan istirahatlah. Manager memanggilmu untuk rapat besok pagi.” Ucap dokter Yeon yang kemudian meninggalkan Leah sendiri.
Esok pagi
Leah sudah mendapat pemberitauan usai dirinya sampai di apartemen semalam. Rapat akan diberlangsung jam 9 pagi ini, dan Leah sudah tiba di rumah sakit setengah jam lebih awal.
Dia melakukan visit pasien lebih dulu, sebelum akhirnya pergi ke ruang istirahat.
Clara yang baru saja tiba melihat Leah duduk dengan menatap kosong layar komputer. Clara pun mendekat dan memberinya pelukan hangat.
“Clara.!” Sapa Leah yang terkejut saat seseorang mendekapnya dengan tiba- tiba.
“Dokter Deon memberitau ku tentang kejadian semalam. Kau sudah bekerja keras.” Ucap Clara memberi semangat Leah sambil menepuk pundaknya.
Leah melempar senyum getir, mencoba untuk memperlihatkan bahwa dirinya sudah lebih baik. Namun Clara menyadari itu, senyuman getir Leah membuat Clara secara tidak langsung merasakan rasa penyesalan Leah.
“Aku pergi rapat dulu.!” Kata Leah yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Clara sendiri.
Rapat dimulai 5 menit lagi. Saat Leah tiba, dokter Yeon sudah duduk di kursinya. Dan tak beberapa lama usai Leah duduk, Susan yang selaku asistennya datang dan mengambil tempat duduk.
Manager dan direktur datang memasuki ruangan sambil membawa beberapa berkas tebal. Wajah direktur nampak tak bersahabat, membuat mental Leah tambah turun.
Rapat sudah mulai. Dokter Leah diminta menjelaskan tentang kondisi yang terjadi dari awal saat dia menerima pasien. Saat itu dokter kandungan yang lain sudah pulang, dan hanya tersisa dia seorang.
Begitu mendapat informasi dasar tentang pasien, Leah langsung menghubungi Doktor Ruwei, dokter kandungan yang mendapat gelar Doktor dan juga senior Leah.
Mendengar penjelasan dokter Leah. Presdir mengambil kesimpulan untuk memecatnya dengan alasan kelalaian. Namun keputusan dari Presdir membuat dokter Yeon menentang dengan keras.
“Presdir, apa yang dilakukan dokter Leah sudah sesuai prosedur. Suster Susan juga sudah memberitau keluarga pasien tentang resiko yang akan dihadapi pasien dan juga bayi.” Jelas dokter Yeon dibarengi angukan dari suster Susan.
“Kasus perbedaan Rhesus bukan hal sepele, terutama jika itu kehamilan kedua dan tanpa pantauan dokter.! Anda harus bersikap adil, jika rumah sakit takut dengan tuntutan yang dilayangkan keluarga pasien. Maka, saya secara pribadi akan mencari pengacara untuk dokter Leah.!” Jelas dokter Yeon dengan gagah membuat Leah melihatnya dengan rasa kagum.
“Dokter Yeon.!!! Berani kamu.!!” Bentak Presdir dengan lantang.
Manager mencoba memecah suasana dan juga meredam Presdir yang sudah panas sejak tadi. Dia menyarankan untuk memberi Leah hukuman skorsing dari pada memecatnya, juga memotong gajinya untuk menganti kerugian rumah sakit.
Leah cukup berterima kasih atas kebaikan para atasannya. Namun keputusan itu tak membuat Dokter Yeon lega. Dia sempat memprotes namun Leah menghentikannya.
Dengan hasil yang demikian, rapat akhirnya di bubarkan. Skorsing Leah berlaku mulai hari ini, karna itu Manager langsung menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat di rumah.
...Visualnya Dokter Yeon nih....
Jumpa di next chapter yaaaa
*Jangan Lupa Like pokoknya **👍🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Afika Fika Yesy
pas banget visualnya
2024-01-05
1
komalia komalia
kan dari awal udah di kasih tau sama suami pasen kalau istri nya tuh bermasalaj,dan di saat hamil engga pernah di periksa kandungan
2024-01-02
0
Siverina KC Goldsmith
emosi betul kalau jumpa pasian begini.sudahlah tidak beklinik.lepas tu mati menyalahkan tenaga medis
2022-12-22
0