Disisi lain
“Restorang Xiangjing. Dia bersama seorang wanita. Apa perlu diselidiki dulu.?”
“Ngak perlu. Jalankan sesuai rencana.”
“Baik.!” Jawab lelaki misterius yang tengah berbicara melalui sambungan telefon.
Leah dan John baru saja keluar dari restoran dan sedang berjalan menuju mobil yang diparkir didepan restoran. Tiba tiba saja, sebilah pisau tajam dilemparkan dari jarak yang cukup dekat. Beruntung John cukup waspada, dengan cepat dia dapat menghindari serangan yang ditujukan padanya.
“Masuk ke mobil.!!” Ucap John yang langsung menarik tangan Leah dengan cepat.
John mendorong tubuh Leah ke kursi. Leah yang terkejut sontak bertanya “Ada apa ini.?”
Namun John tak menghiraukan. Dengan cepat dia masuk dan menyakalan mesin mobil.
“Pakai sabuk pengaman.!” Ucap John memerintah Leah.
*Breeemmm*
John memacu mobil dan bergegas pergi mencari lokasi sepi. Beberapa mobil jenis van dan juga sedan terlihat mengekor dibelakang mobil John.
Dia mengambil Handsfree yang ada disaku celananya lalu menghubungi Victor.
“Dua mobil Van dan lima jenis sedan. Setidaknya sepuluh sampai lima belas. Aku menuju jalan Veteran.” Ucap John sambil mengambil senjata yang dia simpan di laci dasbor.
...----------------...
Leah
Ada diposisi apa ini.?
Dalam sedetik dia menarik dan mendorongku masuk ke mobil. Lalu pergi memacu mobil dengan cepat. Bisa ku tebak, mungkin kecepatannya sudah lebih dari 100 km/jam.
“Hei.! Tuan.! Apa yang...”
Kalimatku tiba- tiba terhenti saat dia dengan cepat mengambil sesuatu disaku lalu menghubungi seseorang. Masih sibuk mulutnya berbicara, tangannya mengerayang membuka laci yang ada didepanku lalu mengambil sesuatu.
*set.! brak.!*
Itu adalah benda mematikan berwarna hitam, dan mereka menamai benda itu, pistol.
Aku tersentak kaget dan takut. Kuremas kuat seatbelt yang menyilang ditubuhku.
Aku akan mati.! Aku akan mati.!
Ayah ibu, maafin aku karna belum berbakti.
Oh Tuhan terima aku nanti. Oke.
Mobil masih melaju dengan cepat. Ruas jalan yang tadinya 4 jalur, sekarang hanya tersisa 2 jalur. Jalanan yang kami lewatipun juga sudah mulai sepi.
*Dor.!! Dor!!*
“Astaga.! Ya Tuhan.!” Gumamku yang terkejut dan langsung menutup telinga sembari membenamkan kepalaku.
Aku ngak mau mati konyol. Tolong siapapun selamatkan aku.! Aku mohon.!
Seluruh tubuh ku mulai gemetar tak karuan. Suara tembakan beberapa kali terdengar memekik telingga. Sampai pada saat dimana salah satu peluru mengenai kaca mobil belakang.
*Prang*
“Aahh.!!” Teriakku histeris mendengar kaca itu pecah dengan mudahnya.
Aku melirihnya, melihat dia masih kosentrasi mengendalikan mobil. Berkelak kelok dengan cepat menghindari beberapa tembakan. Dia melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.
Membuatku teringat jika sebelumnya, dia sudah menghubungi seseorang.
Sepertinya dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyerang balik.
Baru saja dia menurunkan tangan kirinya dan kembali memegang stir. Satu mobil Van itu meledak dan membuat beberapa mobil dibelakangnya tak dapat menghindar.
Kepulan asap pekat membumbung tinggi usai ledakan. Aku melihat dua mobil jenis sedan yang tersisa menerobos asap dan masih mengejar kami dengan gesit.
Lelaki itu melajukan mobilnya dengan cepat lalu menarik tuas rem dan memutar kemudi dengan cepat.
*ckitttt*
Suara ban yang bergesek dengan rem dan aspal terdengar hingga kedalam mobil. Mobil itu langsung berputar arah, dia menurunkan kaca mobil dan langsung menodongkan senjata. Beberapa kali tembakan dilayangkan ke arah mereka.
*Braakk*
Satu mobil sudah teratasi dengan baik. Sekarang tersisa tinggal satu mobil lagi.
“Merunduk.!” Pekiknya dengan nada tenang seolah hal ini sering dia lewati.
Aku langsung merunduk mengikuti perintahnya. Suara tembakan terdengar beberapa kali. Sampai akhirnya dia menghentikan mobilnya.
“Bereskan semuanya. Yang masih hidup bawa ke tower.!” Ucap lelaki itu dengan lantang.
“Baik.!” Suara lelaki menyahut menyanggupi perintahnya.
Apa ini sudah selesai.?
Sudah aman kan.?
Dia sudah berbicara seperti itu, pastinya kita selamat.
“Ayo keluar.!!”
“ Hah.? “ Tanyaku yang masih menunduk dan langsung menoleh ke arahnya.
Lelaki dingin itu pun langsung keluar tanpa permisi. Sedangkan aku yang masih terkejut hanya bisa membuka seatbelt dan mengikutinya dengan patuh.
Lelaki dengan perawakan kekar berdiri disamping mobil putih yang bertuliskan Rubicon. Aku melihat, lelaki itu membuka pintu untuk lelaki yang tadi duduk disampinku.
“Kenapa diam.? Masih mau diburu mereka.?” Ucapnya dengan ketus sambil setengah kakinya naik ke mobil.
“ I..lya.! “
Aku segera masuk mengikutinya. Lelaki yang bertubuh kekar itu juga masih menungguku masuk dan baru menutup pintu.
Aku merasa, dia memberiku tatapan yang tajam tadi.? Apa itu hanya halusinasiku.? Sekujur tubuhku merasa dingin tiba- tiba.
Bibirku mengatup rapat tak bergeming. Namun sekujur tubuhku malah sebaliknya. Kakiku masih bergetar, jantungku juga masih berdegup kencang.
“ Maaf sudah membuatmu ketakutan.” Ucap lelaki yang duduk disampingku ini dengan lembut sambil menyodorkan sebotol air mineral.
Aku mengambilnya dan meneguknya dengan cepat.
Maaf.?
Dengan mudah mengucapkan maaf setelah membuatku hampir mati.?
Cih.!!
Seharusnya aku tadi diam dirumah dan menonton drama.! Untuk apa aku harus keluar dengan lelaki yang aku tak tau siapa namanya.
“ Aku akan memberimu konpensasi untuk ini.! “
“ Tuan, ngak semua bisa dibayar dengan uang. Hari ini anggap saja ngak terjadi. Seperti kesepakatan sebelumnya, aku harap anda menepatinya.! “
“ oke “ jawabnya singkat padat dan jelas, seperti gaya introvert sejati.
Apartemen.
Untung dia mengantarku dengan selamat. Coba kalau engak.? Aku akan menuntutnya atau bahkan menghantuinya jika aku mati.
“ aahh “
Hela nafasku panjang lalu menjatuhkan diri diatas ranjang empuk dan nyaman milikku. Tatapanku terpaku pada langit- langit kamar. Pikiranku dipenuhi adegan penuh aksi yang baru saja aku lalui.
Itu tadi seperti adegan di film action saat lelaki mencoba menyelamatkan sang pujaan hati. Dan itu sangat menegangkan dibandingkan hanya menonton. Beruntung aku bisa kembali utuh.
Tapi tunggu.!
Siapa yang mereka targetkan.? Ngak mungkin aku kan.?
Aku hanya punya 50 dolar di tabungan, dan aku juga ngak punya musuh.
Atau mungkin lelaki misterius itu?
Pertama kali ketemu saat itu dia terlihat memojokkan seseorang. Meski gelap, mataku cukup jelas melihatnya. Saat itu dia diserang dengan sebilah pisau yang menancap diperut. Dan yang ke dua kali, dia mendapat luka dibeberapa tubuhnya.
Apa dia buronan berbahaya yang di incar polisi.? Atau seorang agen rahasia yang menyamar.?
Jika dia benar buronan, maka tadi itu pasti polisi.
“GAWAT.!! GAWAT.!!”
“Bagaimana kalau aku juga jadi buronan?” Pekikku lantang dan langsung beranjak dari tidurku.
Aku berfikir keras, memikirkan kemungkinan- kemungkinan dan fakta yang akan terjadi jika lelaki itu benar seorang buronan.
“Jika benar, harusnya sekarang polisi sudah mengetuk pintu rumahku. Atau setidaknya ada berita tentang tembak menembak tadi. Tapi ini ...?”
Aku langsung mengambil tas yang ada disebelahku dan mengambil ponsel. Membuka sosial media lalu mencari berita terhangat.
“Ngak ada.!”
”Kalau begitu, sudah bisa dipastikan dia bukan buronan.!”
Fuuih.! Setidaknya Tuhan masih berpihak padaku kali ini.
...----------------...
...*Sampai jumpa lagi **👋🏻*...
...*Jangan lupa jempolnya **👍🏻*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
beby
bukan buronan tp mafia
2022-11-14
1
Wulan Dary
negosiasi atau apa?
2022-09-05
0
alina
🤣🤣
2022-09-01
0