*Klang* Klang *
Bunyi besi yang beberapa kali terjatuh menyentuh tanah. Terlihat seorang lelaki terikat rapat di sebuah kursi sedang meringgis kesakitan.
“Masih bungkam.?” Pekik lelaki bertubuh kekar yang memegang stik baseball yang terbuat dari besi.
Lelaki yang duduk dikursi itu hanya diam membisu . Terlihat beberapa kali menaikan ujung bibirnya dan melempar senyum sinis yang menantang.
Lelaki lain datang bersama John, berjalan mendekat ke arah mereka. Itu adalah Victor, yang terlihat dari bawah cahaya lampu yang sedang menyala.
“Masih membisu.?” Tanya Victor sambil melempar sebungkus rokok.
Lelaki kekar yang dipanggil Gio itu segera menangkapnya. Dia mengambil satu batang lalu menyulutnya.
John melempar tatapan tajam yang mematikan ke arah lelaki yang terikat di kursi. Dia sempat gemetar saat melihat sorot mata John.
“Sampai kapan kau mau main- main.?” Tanya John yang kemudian mengambil sebatang rokok dari kotak yang dipegang Gio.
“Aku belum puas. Beri aku waktu 2 jam. Aku ingin bermain sebentar.!” Jawab Gio nampak bahagia karna sudah mendapat mangsa.
John pun berlalu pergi meninggalkan mereka tanpa mengucap sepatah kata. Raut wajahnya nampak sedang kesal. Entah karna kejadian yang baru saja terjadi, atau soal Leah yang sudah tak ingin bertemu dengannya.
“ Ada apa dengannya.? “ tanya Gio pada Victor yang masih ada di lokasi.
Victor hanya menghela nafas panjang. Dia mengambil kotak rokoknya kembali lalu menarik satu batang dan menyulutnya.
“Aahh... rupanya hidungmu tak setajam hidungku.” Ucap Victor usai membumbungkan asap rokok ke udara.
“ Jangan bertele- tele.! “
“Kamu sama sekali ngak nyium bau bau bunga semerbak yang tiba- tiba layu gitu.?”
Gio menatap Victor penuh heran. Dia mencoba mencerna ucapan Victor sambil mengerutkan dahi. Victor yang melihat teman satu profesinya tak paham hanya menghela nafas panjang.
“ Dia ditolak.! “ nada Victor terdengar lirih namun cukup jelas ditelinga Gio.
Sontak saja Gio terkejut, dia sempat terngaga beberapa saat bahkan sampai menjatuhkan batang rokok yang di pegangnya.
“ Ba..bagai..mana bisa..? “ pekik Gio sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Victor.
Victor pun langsung mendorong tubuh Gio agar sedikit menjauh darinya sembari berkata “bereskan dulu mangsa empukmu itu.! Nanti baru aku ceritakan detainya.!”
Gio yang sudah tak sabar pun langsung menodongkan pistol yang sejak tadi terselip rapi di belakang tubuhnya. Dia membuka mulut lelaki yang duduk dikursi itu lalu memasukkan ujung pistolnya.
“Eemm aawwaa” lelaki itu seakan ingin memohon pada Gio untuk tak membunuhnya. Namun ujung pistol itu telah berada dalam mulutnya, sehingga membuatnya susah untuk bicara.
“Sudah begini baru mau bicara.? Hemgh.!!”
*Dor*
Gio menarik pelatuk, membuat peluru itu langsung menembus mulutnya. Seketika menghancurkan organ yang ada di dalamnya dan membuat lelaki itu mati seketika. Suara tembakan terdengar nyaring dipenjuru ruang kosong yang ada di lantai 50.
“Terlambat.!” Ucap Gio lagi setelah tembakan itu dilayangkan pada lelaki yang terikat di kursi
Lelaki kejam dan bengis itu mengambil sebuah kain kecil mirip sapu tangan dari dalam sakunya. Lalu membersihkan ujung pistol kegemarannya yang berlumur darah.
“Aku sedikit heran dengan J kali ini. Kalau ingin bunuh yang tinggal bunuh ditempat. Kenapa harus bawa ke markas.?” Gumam Gio.
“Dia mencarikan mu mainan.? Apa kau tak paham.?”
Gio berdecak mendengar perkataan Victor, seolah tak percaya dengan apa yang dia ucapkan. Mengingat tentang J yang ditolak, Gio langsung bergelayut di tubuh Victor. Dia menyiapkan telinganya untuk mendengar kisah bunga yang belum sempat mekar namun sudah layu.
“Jadi bagaimana tentang itu.?” Nada Gio sedikit manja.
“Sepertinya kau terlalu suka dengan kehidupan pribadinya.!”
“Ayolah, dia jomblo sudah 30 tahun. Dan untuk pertama kali tertarik pada seorang wanita. Siapa yang ngak penasaran.? Aku hampir takut saat bicara dengannya, aku sempat berfikir dia akan menikahi salah satu dari kita.!!”
Victor langung melirik Gio. Rupanya dia sedikit jengkel dengan ucapan yang di lontarkan Gio. Itu terlihat dari sikapnya yang kemudian menjitak kepala Gio dengan cukup keras, hingga membuat Gio memekik kesakitan.
“Dia beneran tertarik dokter itu.?” Tanya Gio yang masih penasaran.
“Pria itu terlalu dingin, hanya tau makan sebagai taktiknya. Meski wanita itu suka dengan makanan, tapi kencan ngak melulu soal diner dan lunch.”
“Haaaiiihh..!!!”
“Kalau gitu kau harus mengajarinya trik jitu lainnya. Dia seperti terlahir dari bongkahan es, dinginnya sampai bikin beku orang sekitar.!”
“Lalu gimana cara dokter itu menolaknya.?”
“Makan siang tadi sebagai syarat untuk tak lagi menganggunya.!”
“Jadi, Luis tak lagi antar jemput dokter itu lagi.?”
“Sepertinya begitu, J sudah menghentikan kegiatannya.”
Mereka masih asik berbicara sampai tak sadar, langkah kakinya mereka berhenti didepan mobil yang terparkir di basement. Victor masuk ke dalam mobil lebih daluhu. Sedangkan Gio tiba- tiba menghentikan langkahnya karna melupakan sesuatu yang penting.
“Sial.! Aku melupakan sesuatu yang penting.!” Pekik Gio.
Dia merogoh ponsel yang ada disakunya lalu menghubungi beberapa anak buahnya. Gio menyuruh mereka untuk membereskan mayat lelaki yang ada dilantai 50.
“Pergi ke markas. Bereskan mayat di lantai 50 dengan cepat.!” Pinta Gio yang berbicara dengan seseorang melalui panggilan telefon.
Usai melenyapkan musuh yang sudah merepotkan Mr. J. Victor dan Gio kembali ke rumah John untuk melapor. Waktu itu tepat tengah malam. John duduk menghadap macbook yang sedang terhubung sambungan vidio.
*Clak*
John hanya melirik saat mereka masuk ke ruang kerjanya. Victor langsung teringat sesuatu ketika John melayangkan lirikan tajam. Sontak dia menyikut perut Gio yang saat itu hanya memakai kaos. Beruntung Gio langsung mengerti isyarat dari Victor.
“Ahh.!!” Ucapnya lirih lalu memakai jaz navy yang sejak tadi ditentengnya.
Ternyata itu adalah panggilan rapat Vidio dengan kolega besar dari Australia. Wajah John terlihat serius memperhatikan presentasi mereka. Seperti memberi sebuah isyarat “Jangan Ganggu.!”
Victor mengambil tempat duduk disofa panjang yang ada di tengah ruangan. Sedangkan Gio lebih suka berdiri didekat jendela. Mereka menyalakan tabletnya masing- masing dan bergabung dalam rapat vidio yang berlangsung.
“Jadi bagaimana Tuan John.? Apa anda cukup puas dengan hasilnya.?” Suara perempuan yang terdengar merdu keluar dari speaker macbook milik John.
“Sesuai yang aku mau” Balas John.
“Jadi, kapan anda kesini untuk menandatangani kontrak kerja sama kita.?”
“Anak buahku akan mengatur jadwal untukku dua hari lagi.” Balas John dengan santai.
“Baik. Saya dengan senang hati menunggu anda.”
Pangilan vidio pun berakhir. Senyum puas terpampang jelas diwajah mereka. John yang sangat jarang tersenyum pun, tak luput meluapkan ekspresi. Nampaknya, kerja sama kali ini cukup menguntungkan bagi mereka.
*Sampai jumpa lagi **👋🏻*
*Jangan lupa like **👍🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Afika Fika Yesy
bukan cuman kita para ibu-ibu suka gosib tp lakik juga klu dah pd ngumpul hehe...
2024-01-05
0
Meili Mekel
lanjut
2022-08-14
0
Sofia
kyanya klo buat usia 30 THN ketuan visualnya tor..
2022-07-27
0