🍃
Total waktu yang diberikan John tersisa 20 menit lagi. Leah harus segera menyelesaikan praktiknya sebelum anak buah John menjemputnya secara paksa.
Leah tak pernah tau identitas John yang sebenarnya. Yang dia tau hanya, John adalah pria yang bisa melakukan segalanya.
Berpacu dengan waktu, pasien terakhir meninggalkan ruangan di 3 menit terakhir dari waktu yang diberikan. Leah segera menyabet tas yang dia taruh dibawah meja dan segera berlari secepat mungkin.
Nyatanya, waktu 3 menit tak cukup bagi Leah untuk turun dari lantai 4 ke lantai 1. Dia bertemu dengan 2 lelaki berjas hitam saat akan membuka pintu lift.
Dia terperangga saat melihat salah satu dari dua pria berjas itu adalah luis, pria yang selama ini mengantar jemputnya selama bekerja.
Masih dengan nafas yang terengah-engah, Leah masuk kedalam Lift. Leah cukup beruntung, saat itu hanya mereka bertiga yang ada di dalam lift.
Luis segera membawa Leah menuju besement yang ada di lantai dasar. Begitu Lift sampai di lantai dasar, Luis menyuruh Leah untuk segera bergegas masuk ke mobil.
Mereka mendekat ke arah mobil Limousine dari Mercedes Benz berwarna putih yang terparkir disudut. Luis dengan cepat membuka pintu mobil bagian belakang.
Bau anyir darah tercium cukup pekat dan menganggu penciuman Leah begitu dia masuk kedalam mobil. Tatapannya terpaut kearah lelaki berjas hitam yang sudah kelihatan pucat.
Leah sempat terkejut saat melihat lelaki itu bersimbah darah.
“Kau begitu lama.!” Pekik lelaki itu dengan ketus.
“A..ada apa dengan mu.?” Tanya Leah yang gusar.
“Dikotak itu ada perlengkapan medis. Buka dan jahit lukaku.!”
“Lagi.? Kenapa aku selalu berada diposisi ini lagi.? Sial.!” Batin Leah.
Hanya dapat mengerutu dalam hati, Leah yang ingin melawan tapi takut hanya dapat menuruti apa yang pria itu perintahkan. Leah segera membuka kotak, dia mengambil obat bius dan jarum jahit.
“Tolong buka baju anda.!” Ucap Leah sambil mengenakan sarung tangan.
...----------------...
Leah
Pria aneh itu perlahan melepaskan jaz hitam yang sudah basah dengan darah. Aku tau dia terlihat kesusahan saat membukanya, tapi moodku sedang ngak baik, jadi aku hanya membiarkannya saja.
Entah kenapa, aku merasa iba saat dia mulai meringgis menahan sakit. Aku mengambil gunting dan memotong kemeja putih yang sudah berubah menjadi merah.
“Astaga.!!” Pekikku saat melihat luka melintang lebih dari dua puluh centi yang ada di pungungnya.
Tak hanya itu, luka dengan panjang 5 sampai 10 centi juga ada di dada dan pundak.
Pantas saja pria ini terlihat begitu pucat.
“Aku butuh cahaya lebih.!”
Dia melirik ke arah pria yang ada di depannya. Pria itu menyalakan lampu yang ada di dekat sandaran kursi. Seketika mobil itu menjadi lebih terang dari sebelumnya.
“Sudah berapa lama kamu seperti ini.? Apa kamu merasa pusing.?”
Dia diam membisu tak memberiku jawaban apapun.
“Apa dia seorang introvert.? Oh ayolah, kalau begini gimana aku bisa mengobatinya.?” Gumamku dalam hati sedikit jengkel.
Aku melepas sarung tangan sebelah kanan, lalu memegang telapak tangannya.
“Berkeringat dan sedikit dingin.”
“Berapa jam kamu seperti ini.?”
Dia masih diam. Mulutnya tak bergeming sedikitpun.”
“Haih. Disini gak ada alat pengukur tekanan darah. Aku juga perlu memastikan berapa banyak darah yang sudah keluar.”
“Satu jam” jawabnya dengan singkat padat dan jelas.
Dilihat dari lukanya, darah tidak keluar begitu banyak. Setidaknya dia ngak butuh donor saat ini.
“Luka didada ngak terlalu dalam. Tapi yang dipunggung cukup dalam. Aku akan mulai menjahit.”
Untuk pertama kalinya. Aku melihat dengan jelas bagian depan dan belakang tubuhnya. Pria ini punya tubuh yang bagus, otot yang sangat kuat. Jika orang melihat sekilas, dia adalah pria sempurna tanpa cacat. Namun luka- luka ditubuhnya ini.....??
Sudahlah, lagi pula dia seorang pria dengan tubuh berotot. Punya luka juga hal yang wajar.
...----------------...
“Huft” Leah menghela nafas panjang usai menjahit luka John. Dia melepas sarung tangan yang ternoda darah lalu mengantinya dengan yang baru.
“Aku akan melihat luka diperutmu.!”
Pria dingin itu masih diam tak menjawab. Leah segera melepas perban tanpa menunggu jawaban. Sepertinya, Leah sudah terbiasa dengan gaya introvert pria yang ada di depannya itu.
“Lukanya sudah kering dan tertutup sempurna. Aku memberimu perban anti air, jadi itu akan aman jika kamu bawa untuk mandi.”
“Oke” jawab John dengan singkat dan padat.
Leah mengambil secarik kertas dan pena yang ada di dalam tasnya. Lalu menulis beberapa resep obat untuk John.
“Obat nyeri, antibiotik dan obat tambah darah. Ingat untuk meminumnya.!” Ucapnya sambil terus menulis resep.
“Oke.”
“Kalau gitu aku pulang dulu.”
John menghentikan Leah dengan menarik tangannya. Dia menawarkan diri untuk mengantar Leah pulang ke apartemennya, namun Leah menolaknya karna takut akan jadi sorotan jika dia keluar dari mobil mewah.
Lelaki dingin bak es itu melirik Luis yang duduk didepannya. Luis segera merogoh saku celana dan menghubungi seseorang untuk mengirim mobil lain ke basement rumah sakit.
“Hanya ingin mengantarku sampai harus mengirim mobil lain. Apa dia ngak ada maksud lain.?” Batin Leah yang gusar.
“Tenang saja, aku cuma ingin anter kamu pulang. Ngak ada maksut lain.” Ucapnya santai sambil mengenakan baju yang sudah disiapkan salah satu anak buahnya.
Sekali lagi, Leah hanya dapat diam dan menurut. Dia tau, lelaki yang ada didepannya itu bukan orang yang mudah dihadapi.
Hanya butuh waktu sepuluh menit. Mobil sedan dari BMW sudah terpakir di samping Limousine yang mereka naiki.
“Ayo, aku akan mengantarmu pulang” ucap John sedikit lebih lembut.
“Sebenarnya dia bisa memanggil dokter pribadinya dengan cepat. Tapi dia malah memilih untuk menunggu dokter wanita ini.” Batin Luis sambil membuka pintu untuk John dan Leah.
......................
*See you next time **👋🏻*
*Likenya yaa **👍🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
💐Lusi81
bismu sudah jatuh cinta,luis
2024-02-06
0
Arin
yah namnya juga bos'mu itu hnya modus Luis...jdi sbr aja y🤭
2023-01-03
0
sri rahayu
thor kapan ada adegan adegan yg romantics yg ad kiss kiss nya
2022-11-29
0