Di sisi lain
Sudah tiga hari berlaluq, Leah tak lagi mendapati seseorang menunggunya dilobi rumah sakit atau dibawah apartemennya. Hal itu tentu membuat Leah senang karna merasa bebas seperti sebelumnya.
Hari ini dia berangkat dengan senyum mengembang di wajahnya. Perasaannya cukup baik sejak tekanan dari lelaki misterius itu lenyap. Aura Leah juga berubah, tak suram seperti sebelumnya.
“Wah dokter Leah semangat sekali hari ini.” Sapa Susan yang melihat Leah berjalan dengan senyum lebarnya.
“Hari ini visit lebih awal ya” kata Leah yang langsung melihat data pasien.
“Oke Dok.”
“Untuk pasien kamar 4022 minta pulang hari ini dok.”
“Ayo kita cek”
Pekerjaan Leah terhitung sangat mulus hari ini. Semua berlajan sesuai dengan apa yang dia mau. Kembali bebas tanpa ada rasa was-was mendapatkan pangilan mendadak dari pria aneh yang menakutkan.
Leah meregangkan tubuhnya usai pasien terakhir pergi meninggalkan ruangan. Susan sempat menawarkan jus dingin untuknya, namun Leah menolaknya karna ingin segera pulang dan istirahat.
Baru saja Leah sampai dilobi dan akan segera melewati pintu keluar. Tiba- tiba suster susan berlari sambil beberapa kali memanggil nama Leah.
“Dokter Leah.!!” *Hos Hos*
Nafas Susan terdengar berat karna berlari mencoba mengejar Leah.
“Ada.. ada..pasien darurat.!” Ucap Susan dengan nada tersengal- sengal.
“Atur nafas dulu baru katakan dengan jelas.”
Suster Susan mencoba mengatur nafasnya agar dapat berkata dengan jelas. Setelah beberapa tarikan nafas dalam, nafas Susan sudah kembali normal.
Dia menjelaskan jika di IGD ada pasien yang yang tengah hamil 34 minggu yang sedang pendarahan akibat kecelakaan. Mendengar itu, Leah langsung berlari ke IGD yang ada di tower 2.
“Bagaimana keadaan pasien.?” Pertanyaan pertama yang di lontarkan Leah saat sampai di IGD.
“Tekanan darah 90/60. Golongan darah O Rhesus negatif dan ini, anak ke duanya.”
“ Apa..?! “
Leah menoleh kaget usai mendengar kondisi pasien. Dia langsung memakai sarung tangan lalu memeriksa kondisinya.
“Di mana walinya.?” Tanya Leah sambil memeriksa wanita yang terbaring lemah di ranjang.
“Sedang dalam perjalanan dok.”
Leah semakin cemas. Ini adalah kasus ibu hamil dengan Rhesus negatif ke dua yang dia temui. Namun sekarang, usia kandungannya sudah 34 minggu. Itu akan berdampak besar untuk ibu dan janin.
“Hubungi bank darah lebih dulu, minta mereka menyediakan 3 kantor darah O negatif.” Pinta Leah.
Mereka masih berkomunikasi dengan bank darah saat seorang pria berperawakan tinggi besar mendekat ke arah pasien.
“Sayang.!!!” Teriaknya begitu melihat istrinya yang bersimbah darah.
“Dimana dokternya.!!!! Apa yang kalian lakukan.? Kenapa hanya diam mematung tak memberi pertolongan. Dia hamil apa kalian tau.!!” Pekiknya membuat seluruh orang yang ada di IGD menoleh seketika.
Leah yang tadi pergi untuk membicarakan kondisi pasien dengan dokter senior, mendekati suami pasien yang sedang ditenangkan beberapa perawat.”
“Apa anda wali pasien.?” Tanya Leah dengan lembut.
“Ya.! Aku suaminya.! Kau seorang dokter, tapi diam saja melihat pasien sekarat seperti ini.?! Lebih baik lepas saja gelar mu itu.! Gak berguna.!” Begitu makian yang keluar dari mulutnya sambil menunjuk- nunjuk Leah.
“Tuan, anda harus dengar dulu tentang kondisi pasien. Darah pasien adalah O negatif, kehamilan sudah 34 minggu, dan ini adalah kehamilan ke duanya.”
“Ya lalu.?”
“Apa anda pernah membawa istri anda memeriksakan kandungan.?”
“Untuk apa? Dia sehat- sehat saja selama ini.! Kenapa harus membawanya ke dokter.?”
Hela nafas Leah terdengar berat usai mendengar kalimat yang keluar dari mulut lelaki itu. Ingin rasanya Leah meninju wajahnya lalu melemparkan ke medan perang.
“Begini, darah dengan Rhesus negatif sangat berbahaya pada ibu hamil. Itu akan membuat janin yang dikandungnya mengalami beberapa masalah. Hal itu dapat mudah di atasi pada kehamilan pertama dan usia kandungan tidak lebih dari 28 minggu.”
“A..apa yang kau bicarakan.?”
“Tuan, istri anda kritis dan harus segera menjalani operasi. Kami sedang menunggu donor darah untuk segera melakukan tindakan. Dan kami juga sudah melakukan pertolongan pertama untuk menghentikan pendarahan.”
“Tolong anda tenang sedikit. Ini adalah IGD, banyak pasien darurat juga disini.”
“Baik baik. Aku ngerti, kalau gitu lakukan yang terbaik. Aku ingin istri dan anakku selamat.!”
Suster Susan datang mendekat, lalu mengajak pria yang mengaku suami pasien itu untuk mengisi berkas pendaftaran. Sedangkan Leah menyuruh beberapa perawat bersiap untuk operasi darurat.
“Dok, bank darah sudah mengirim 3 kantong darah. Wali juga sudah menyetujui operasi. Ini laporan hasil lab.”
“Detak jantung janin semakin lemah. Kita harus cepat. Bawa ke ruang operasi.!”
Tiga perawat itu mendorong hospital bed secepat mungkin menuju ruang operasi yang ada di tower 2. Dokter Deon dan dokter Yeon juga sudah menunggu diruang operasi, sedangkan Leah masih berganti baju dan segera menyusul.
Inkubator sudah disiapkan di dekat ranjang dan siap untuk memberi kehangatan bayi yang akan segera lahir. Pasien juga sudah dipindahkan ke meja operasi.
Leah masuk, memeriksa dengan detail kondisi pasien sekali lagi dan memastikan operasi akan berjalan lancar.
“Kita keluarkan bayi lalu beri dia donor. Dokter Yeon sudah siap dengan konsekuensinya kan.?”
“Em, suster Susan sudah memberitau.” Jawab dokter muda yang berumur 32 tahun itu.
“Baik. Kita mulai. Dokter Deon bisa mulai dengan anastesi pasien.!”
Obat merah sudah di oleskan diarea perut. Leah menghela nafas panjang lebih dulu sebelum dia meminta pisau dan mulai membuat sayatan horizontal sepanjang 15 cm. Lapis demi lapis disayat hingga sampai ke lapisan akhir.
Kepala bayi sudah terlihat, Dokter Deon bersiap memberi sedikit dorongan dari atas agar mempermudah bayi keluar. Sedangkan Dokter Yeon sudah siap mengambil bayi.
“Sedot ketubannya.!” Pekik Leah dengan nada sedikit tinggi.
“Satu, dua, tiga.! Dorong bayi” ucap Dokter Deon yang memberi sedikit dorongan di perut bagian atas si pasien.
Bayi berumur 34 minggu itu sudah berhasil dikeluarkan. Namun sayangnya bayi itu tak menangis, hal itu membuat dokter Yeon dengan cepat membawanya dan langsung memeriksa keadaannya.
*Bib Bib Bib*
“Dok, pasien mengalami serangan jantung.!” Pekik Susan.
Leah yang sedang menjahit luka itu pun langsung berbalik arah dan memberi CPR pada pasien.
“Satu dua tiga. Satu dua tiga.” Leah menghitung CPR yang sedang dia berikan pada pasien.
“Tekanan darah menurun.! Pompa darahnya dengan cepat.!” Pekik Susan sekali lagi, membuat dokter Deon langsung meremas kantong darah.
*Bib..... Bib.... Bib....*
“Siapkan Defibrillator. Beri daya kejut 100 joule.!” Pinta Leah yang masih sibuk memberi CPR.
Susan dengan cekatan mengambil alat pacu jantung yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Daya 100 joule.!” Ucap Susan setelah menyodorkan alat itu pada Leah.
Leah memberi pasien 3 kali kejut jantung dengan daya 100 joule, namun pasien keadaan pasien tak berubah. Dia meminta Susan menambah daya lagi sebanyak 200 joule. Leah masih berusaha keras mengembalikan keadaan, namun sepertinya itu tak membuahkan hasil.
* Bib Bib Biiiiibbbbb....*
*Sampai jumpa lagi **👋🏻*
*Jangan lupa Like **👍🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Afika Fika Yesy
jangan panik
2024-01-05
0
Novryanita haura Aulia
gila berasa nonton drakor gue sumpah 🥰🥰🥰🥰🥰
2023-12-27
0
Nana
ikut degdegan anjay...
2023-06-28
1