Sambil berjalan Diandra pun tetap menangis, Hingga tibanya Diandra disebuh halte bus, "Ada apa dengan dia? Apa dia sedang menangis?" Bisik para ibu-ibu yang berada di halte bus itu saat melihat Diandra datang dengan sempoyongan.
"Iya, Sepertinya dia baru saja dicampakkan" Bisik yang lainnya merasa kasihan melihat Diandra yang sudah berantakan.
"Mbak, Apa mbak baik-baik saja?" Tanya mereka mencoba menyakapi Diandra.
"Mmmmmm" Angguk Diandra melihat mereka dengan mata lebam.
"Kasihan sekali" Gumam mereka saat melihat mata merah Diandra, Kemudian. "Inih mbak, Pakai ini" Beri ibu itu selembar tissu ketangan Diandra.
"Hheemmm.. Terima kasih buk" Terima Diandra sambil tersenyum kepadanya.
"Sama-sama mbak, Kalau gitu kami duluan ya mbak" Ujarnya setelah bus mereka telah tiba.
"Iya" Masih senyum Diandra kepadanya.
DDDRRRTTTT.. DDDRRRRTTTT..
"Hallo Nad" Jawab Diandra mengangkat ponselnya.
"Dian, Kamu dimana? Tadi aku kekontrakan kamu, tapi kamunya enggak ada" Tanya Nadia dari sebrang telpon sana.
"Iya, Aku lagi diluar Nad, Emang kenapa?" Tanya Diandra sambil menghapus air matanya dengan tissu yang baru saja diberi ibu-ibu tadi.
"Oohh.. Mamah tadi bilangin jemput kamu kekontrakan, Padahal kamu ya enggak ada" Jawab Nadia.
"Yaa udah.. Aku kesana sekarang" Ujar Diandra.
"Mmmmm.. Aku tunggu ya Dian"
"Iya Nad" Diandra pun langsung memutuskan sambungan telponnya, Kemudian menungguin bus yang menuju kerumah Nadia.
Setelah beberapa menit kemudian, Bus yang menuju alamat Nadia pun telah tiba, Diandra pun langsung memasuki bus itu.
Selama perjalanan Diandra pun hanya melamun sambil menikmati pemandangan kota padat itu. Hingga memakan waktu sekitar 26 menit sampai tujuan.
Sesampainya Diandra di halte bus, Diandra pun langsung turun, Kemudian menuju rumah Nadia, "Mata aku bengkak enggak ya?" Gumam Diandra sambil mengeluarkan kacanya. "Aaakkhhh.. Mataku sangat bengkak sekali" Diandra pun langsung mengoleskan bedak kewajahnya dengan tipis. Setelah itu Diandra pun kembali berjalan.
Tok.. Tok..
"Sebentar" Jawab Nadia mendekati pintu utama.
Ceklek..
"Nadia" Senyum Diandra langsung.
"Ayok masuk Dian" Ajak Nadia.
"Tante sama Om mana Nad?" Tanya Diandra mengikuti Nadia.
"Papah lagi dihalaman belakang kasih burung makan, Dan mamah lagi memesak didapur, Kamu mau ikut enggak masak bareng Mamah?" Tanya Nadia melihat Diandra.
"Kamu ada-ada saja Nad" Senyum Diandra langsung melihat Nadia.
"Siapa tau kan Nad, Kamu lagi kecapean" Balas Nadia tersenyum.
"Nad.. Nad" Geleng Diandra sambil menuju dapur.
Sesampainya mereka didapur, "Mah.." Teriak Nadia.
"Suara kamu loh Nadia, Nanti kamu jadi kebiasaan teriak-teriak gitu" Tegur Mamah Nadia melihatnya.
"Hehhehee" Tawa Nadia menunjukkan gigi ratanya.
"Hallo Tante" Salam Diandra langsung kepada Mamah Nadia.
"Diandra" Senyumnya melihat Diandra.
"Tente lagi masak apa?" Tanya Diandra.
"Masak semur ayam Dian" Jawabnya kembali memasak.
"Dian bantu ya tante" Ucap Diandra sambil meletakkan tas selempannya.
"Iya Dian" Angguknya senang.
"Kalau Nadia bantuin yang mana mah?" Tanya Nadia melihat Mamahnya.
"Petikin sayur itu ajah Nad" Jawab Mamahya sambil menunjukkan kearah sayur kangkung segar itu.
"Siap mah" Senang Nadia langsung memetik sayur itu.
Setelah beberapa menit kemudian, Nadia dan Diandra pun telah selesai membantu Mamahnya Nadia. "Ayok Dian.. Mangga kami lagi berbuah loh" Ajak Nadia untuk memetik.
"Benarkah Nad?" Tanya Diandra langsung dengan mata berbinar-binar.
"Biasa ajah kali Dian, Kamu seperti orang enggak pernah makan buah mangga saja"
"Hehehheeh.. Kan sudah lama sekali Nad kita enggak pernah makan buah mangga lagi" Balas Diandra.
"Iya, Tapi kamu enggak seperti biasanya" Ujar Nadia lagi.
"Udah aakhh.. Ayok" Tarik Diandra ditangan Nadia.
"Mmmmmm" Angguk Nadia.
"Eeekkhh.. Tunggu dulu" Tahan Mamah Nadia.
"Kenapa Mah..?"
"Kalian mau pergi tapi enggak bawa kantong plastik, Inih bawa.." Berinya ketangan Nadia.
"Hehehe.. Lupa Mah" Tawa Nadia menerima kantong plastik itu.
"Pilih yang masak ajah ya" Ujarnya.
"Iya Mah" Angguk Nadia langsung pergi dari hadapan Mamahnya.
Setibanya mereka di bawah pohon mangga itu, "Tinggi juga ya Nad" Lihat Diandra keatas.
"Iya Dian" Angguk Nadia juga ikut melihat keatas.
"Terus siapa yang naik ini?" Tanya Diandra melihat Nadia.
"Tunggu sebentar Dian, Aku panggil Doni dulu" Ujar Nadia langsung memanggil Doni.
"Mmmmmm" Angguk Diandra. Kemudian Diandra melihat keatas lagi, "Kenapa sangat tinggi sekali sih..?" Gumam Diandra.
"Dian.. Dian.." Panggil Nadia menghampiri Diandra yang datang bersama Doni.
"Iya Nad" Jawab Diandra melihat kearah mereka.
"Cepat Don" Suruh Nadia.
"Mmmmmm" Angguk Doni langsung memanjat pohon mangga itu.
"Pilih yang masaknya aja Don" Teriak Nadia dari bawah.
"Yang mengkal juga enggak apa-apa Don" Ikut teriak Diandra.
"Untuk apa Dian, Itu kan masam?" Lihat Nadia.
"Enggak apa Nad, Itu juga enak kok" Senyum Diandra melihat Nadia.
"Yang mana, Jadi enggak diambil yang mengkal ya?" Teriak Doni dari atas pohon mangga itu.
"Iya Don" Jawab Diandra.
"Yaa udah" Ucap Doni langsung mengambil yang mengkal juga.
Setelah itu, Doni pun langsung turun dari atas pohon itu, "Gimana.. Banyak enggak?" Tanya Doni.
"Banyak Don" Jawab Diandra sangat senang melihat mangga mengkal itu.
"Yaa udah ayok.. Biar Doni aja yang bawa Dian" Ajak Nadia.
"Mmmm.. Bawa ya Don" Senyum Diandra kepada Doni.
"Iya kak" Angguk Doni.
Sesampainya mereka didalam rumah, "Ayok duduk, Kita makan dulu" Ucap Mamah Nadia menyiapkan makanan mereka.
"Iya tante" Angguk Diandra. "Ayok Nad.. kita cucu tangan dulu"
"Iya" Ikut Nadia mencuci tangannya ke wastafel.
"Ini ditaroh dimana Mah?" Tanya Doni yang baru saja masuk.
"Taroh disitu saja Don" Tunjuk Mamahnya kearah meja kosong itu.
Doni pun langsung menaruh mangga itu kearah meja kosong, Kemudian menghampiri Nadia dan Diandra untuk mencuci tangannya.
Setelah itu, "Mamah masak apa?" Tanya Doni yang langsung duduk.
"Semur Don" Jawabnya.
"Wah.. Enak tuh Mah" Senang Doni.
"Hhheeemmm" Senyum Mamahnya sambil menyendok nasi itu.
"Papah mana Mah?" Tanya Nadia.
"Bentar lagi datang Nad" Jawab Mamahnya.
"Papah disini" Jawab Papahnya langsung yang datang dari arah pintu belakang.
"Om" Salam Diandra langsung menghampiri Papahnya Nadia.
"Baru datang Dian?" Tanyanya.
"Udah lama Om" Jawab Diandra.
"Papah sih.. Dari tadi entah kemana" Ujar Nadia.
"Papah tadi ada urusan sebentar Nad" Senyum Papahnya langsung kepadanya.
"Yaa sudah.. Ayok duduk Pah" Ajak istrinya.
"Iya mah.." Angguknya langsung menuju meja makan.
.
Dimension Hernandez, "Berikan ponsel mu" Minta Alberto.
"Pah.." Tolak Zean.
"Cepat berikan" Minta Alberto lagi dengan tajam.
Zean pun langsung memberikan ponselnya katangan Alberto, "Gunakan yang ini" Beri Alberto yang baru ketangan Zean. "Dan Papah harap kamu tidak akan pernah lagi berkomunikasi dengannya, Ingat itu Zean.. Ini perintah" Ucap Alberto dengan tajam.
"Apapun kata Papah, Zean tidak akan pernah melepaskannya" Lihat Zean kepada Alberto.
"Apaa??" Teriak Alberto lagi.
"Zean, Tidak akan pernah melepaskannya Pah.. Zean sangat mencintainya.. Zean tak bisa hidup tampanya Pah.." Jawab Zean memberanikan diri.
"Kurang ajar" Makin Alberto lagi langsung menampar wajah Zean.
PPPLLLLAAAKKK....
Tampar Alberto lagi dengan kuat, Kemudian Viviana "Zean" Ikut marah Viviana kepada Zean.
"Mah.." Sendu Zean langsung melihat Viviana, "Kenapa Mah? Kenapa Zean tidak bisa menikahi wanita yang Zean cintai? Kenapa Mah..?" Ucap Zean meneteskan air matanya dihadapan Viviana.
"Karna dia memang tidak pantas dikeluarga kita" Jawab Viviana langsung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
mama De
aah heronya cemen GA bisa tegas
2022-10-09
0
Evita Laura
Sungguh terlalu sekali kedua orang tuanya Zean, Kamu yang sabar ya Diandra, Semua pasti bisa dilewati.
2021-05-05
1