Ketika mendengar omelan Alfonso hanya tersenyum dan langsung mendudukkan tubuhnya diatas sofa, yang disediakan diruangan Walker.
Glen, dan Alfonso. tidak, peduli dengan apa yang diomelin Walker. Alfonso, melirik Glen sembari tersenyum usil.
''Glen, kita berhasil membuat si imut pagi pagi uda ngomel ngomel mirip emak emak berdaster.'' ucap Alfonso. sembari menaik turunkan alisnya.
Glen berkedip. karena, dia tau kalau menjawab Walker urusan bakal panjang. Walker, bakal ceremahin mereka. sampai sore pun tidak akan selesai. sedangkan mereka masih ada urusan urgent di Markas.
''Walker, sejak saya disini. saya enggak lihat sekretaris stresmu itu!" tanya Alfonso.
Mengalihkan pembicaraan. karena, Alfonso tau Walker kalau sudah marah sejam saja tidk cukup. Alfonso selalu menempatkan diri di kantor dia menyadari dirinya hanya sebagai anak dari Rudolf. Jadi, titel Mafianya tidak berlaku di Kantor.
''Hahahaha...Lu kangen sama dia?" sahut Glen sembari tertawa geli.
Glen membayangkan wajah sekretaris Walker saja perutnay sudah mules, karena menahan tawa.
''Walker! Alfonso sudah mulai kangen dengan sekretaris mu. siapa nama Sekretaris mu itu?'' sambung Glen lagi.
''Antonia, namanya Antonia.'' jawab Walker. akhirnya, pria yang dijuluki pria imut itu. berhenti marah. lalu, meletakkan alat tulisnya. sembari tangannya menopang dagunya. Walker menatap ke dua mafia itu dengan tatapan intimidasi.
''Aku, kangen dengan si bodoh itu? wanita? apa kamu lupa? sebelum dendam orang tua ku terwujud. wanita manapun, secantik apa dia, semenarik apa dia. semua itu, tidak akan menarik dimataku.'' sergah Alfonso.sembari tangannya menunjuk dirinya sendiri.
Wajah, pembunuh terlihat jelas diwajah Alfonso. Alfonso, akan dingin kalau bahas soal kematian ke dua orang tuanya.
Tatapan, kosongnya mengandung banyak arti. Siapapun, tidak akan pernah menebak apa makna dibalik tatapan kosong dan dingin itu.
Glen, yang sejak tadi menggoda Alfonso. ikut, merasakan bagaimana emosinya Alfonso.
Walker, yang tadinya mulutnya ngoceh seperti emak berdaster. Akhirnya, diam tak bersuara.
Walker dan Glen hanya saling menatap. kemudian, kembali diam. dan, ruangan kerja Walker yang tadi riuh karena candaan mereka, akhirnya hening tak bersuara. Hanya, tatapan kosong yang terasa diruangan dingin itu.
Tiba tiba
Tok..,tok..,tok..,
Pintu, diketuk menyadarkan mereka dari keheningan itu.
''Ya, masuk!" jawab Walker. terlihat wajah wibawanya ketika saat dia berhadapan dengan bawahannya.
Ceklek...,
Pintu, ruangan Walker terbuka. seorang Office Girls. Masuk, mengantarkan kopi dan camilan yang sudah tersusun rapi di atas napan.
''Permisi, Tuan Tuan ini maaf karena ibu Antonia tidak ada disini. saya diperintahkan untuk mengantarkan minum. saya minta maaf jika sudah mengganggu.'' ucap Office Girls itu. saat kakinya melangkah masuk didalam ruangan Walker.
Alfonso, hanya diam. wajahnya masih dingin. Glen dan Walker tersenyum pada Office Girls itu. Dengan ketakutan Office Girls itu meletakkan minuman didepan Alfonso diatas meja.
Setelah meletakkan minuman dan Camilan. Office Girls itu membungkukkan badannya.
''Permisi.'' ucapnya. OB segera keluar dan kembali ke pantry.
Alfonso, Glen dan Walker. membahas masalah penanaman modal di Lion Club. sembari menikmati kopi buatan OB tadi.
''Walker, apa mereka tidak mencurigai. kenapa, tiba tiba PT,KATRINDOF. mau, menanam saham di perusahaan mereka?" tanya Alfonso. sembari menyesap kopi panasnya.
''Sejauh ini, mereka sama sekali tidak mencurigai. Karena, yang mereka tau putra Rudolf satu satunya itu telah tiada. Dan, mereka tau perusahaan ini jatuh ditanganku.'' terang Walker. sembari tersenyum kecut.
Alfonso, tersenyum sinis. sembari kaki, kirinya dinaikkan diatas paha kanannya.
Glen, hanya menyimak. karena, kalau bahas perusahaan Rudolf. itu bukan urusannya. karena, ini masalah keluarga, sedangkan dia hanya orang luar.
Alfonso, juga jarang bahkan hampir jarang datang di perusahaan Rudolf. Karena Alfonso tidak ingin musuh Ayahnya mengetahui dirinya yang masih hidup. Alfonso juga sama sekali tidak tertarik dengan urusan kantor.
Alfonso, mendengakkan kepalanya menatap langit langit ruangan itu.sembari menghela napas panjang.
''Hmmm.'' kedua tangan nya dikepalkan. rasanya di ingin pergi dan langsung memebunuh Sergio secara terang terangan saja. Alfonso berpikir kalau melalui tahap strategi membuat semakin lama.
Alfonso membayangkan potongan tubuh Sergio di santap oleh singa piaraan Sergio sendiri.
''GERTTTKKK'' bunyi gertakan gigi Alfonso.
Walker, yang paham akan apa yang sedang dipikiran Alfonso. berdiri dari sofa yang tadi ia duduki dan menepuk lembut bahu Alfonso.
''Jangan terpancing kamu harus benar benar susun rencanamu secara matang. baru kamu serang dia. ingat, jangan gegabah mengikuti emosimu.'' ucap Walker.
''Al, aku tau apa yang kamu pikirkan. tapi, markasnya juga cukup besar dan diperhitungkan di kelompok mafia yang berada di Eropa. susah, untuk ditembus kalau tidak memiliki banyak dukungan.'' sambung Walker.
Walker, memang tau situasi Markas Sergio. Karena, saat penanaman saham diperusahaan Sergio. Walker dan anak buahnya yang pergi ke Markas Sergio. dengan bodohnya, atau sombong Sergio menunjukkan semua isi markasnya.
Karena, bagi Sergio. orang, yang bekerja sama dengan dirinya orang yang takut akan dirinya..
Walker, orang kepercayaan Rudolf De Armando. saat Rudolf. sudah semakin tua dan jarang ke kantor. Walker lah, orang yang dipercaya oleh Rudolf untuk menggantikan posisinya diperusahaan Bukan hak ahlis waris.
Jadi, sejak Ayah dan Ibunya Alfonso meninggal. Walker, yang menghandel semua urusan perusahaan dengan baik.
Jadi, Alfonso. kalau melakukan sesuatu harus menanyakan pendapat dari Walker.
''Al, kebetulan kamu disini. aku, mau membahas mengenai produk baru yang akan segera diluncurkan dua hari lagi. Aku, harap kamu ikut andil di produk baru ini. kamu, tau model yang kita ajak kerja sama ini model yang sangat cantik lho.'' ujar Walker. sembari tersenyum memamerkan lesung pipitnya.
Gubrak..,
Glen, memukul meja didepannya.
Alfonso, dan Walker yang sedang serius membahas masalah Sergio dan perusahaan sangat terkejut.
''Ada apa Glen!" tanya Alfonso serius.
''Kapan, model itu akan datang ke sini lagi? biar nanti aku yang temani Alfonso yang datang di kantor sini.'' tanya Glen penuh antusia.
''Kamu, hanya karena wanita. kagetin, kita yang sedang serius membahas hal penting.'' jawab serentak Alfonso dan Walker. sembari tertawa.
Walker dan Alfonso. saling menatap kemudian mengangkat bahu mereka.
Glen, yang merasa aneh karena bukannya dijawab. malah mereka bengong seperti orang habis kesambet.
''Lho, kenapa pada diam diaman. aku, tanya serius. malah kalian berdua malah bengong?'' ucap Glen dengan wajah kesal.
''Dua, hari lagi mereka ke sini. emangnya kamu tertarik sama yang mana nich.'' tanya Walker penasaran. sedangkan Alfonso, hanya menggelengkan kepalanya sembari memijit keningnya yang tidak sakit.
Karena, Alfonso masih ingat akan pembicaraan dirinya dan Glen. Saat, diperjalanan ke kantor sini.
Saat itu, Alfonso menjodohkan Glen dengan Antonia. Namun, dengan tegas Glen menolak karena Glen lebih menyukai Stefani manager Leticia.
''Hahaha.'' Alfonso, tertawa lepas.
'' Aku, sudah mengerti maksudmu Glen.'' ledek Alfonso. sembari menggelengkan kepalanya
.
Visual Glen.
"Sudah Revisi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
lee
mungkin penampilan stefani lebih menarik dari antonia makanya glen lebih memilih stefani....
2023-11-28
1
arie
breokknya ithu yang bikin gantengnya sangat kelihatan.....
2023-04-19
2
adrian
ganteng Glen
2022-08-18
3