🌹JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE YA ANAK ANAK KESAYANGAN EMAK, EMAK SAYANG BANGET SAMA KALIAN.🌹
🌹IGEH EMAK JUGA DIFOLLOW DI : @REDLILY123.🌹
🌹SELAMAT MEMBACA, EMAK SAYANG KALIAN.🌹
Kirana, entah berada di desa mana dia sekarang. Bibirnya melengkung ke bawah, masih ingat bagaimana dirinya turun dari angkot dan melupakan tasnya di sana. Saat Kirana kembali ke terminal, dia mendapati tasnya ada di tong sampah. Dompetnya masih ada. Tapi uang, ATM dan bahkan ponsel jeleknya tidak ada.
"Apa yang harus aku lakukan?" Gumam Kirana.
Dia mencoba memahami, kalau Tuhan mungkin sedang berkata kabur bukanlah penyelesaian masalah, tapi hanya mengundur waktu untuk penyelesaian. Yang mana membuat Kirana hanya bisa menghela napas.
Kirana pernah mendengar kalau Pekalongan adalah tempat yang enak untuk tidak ditemukan, sebelumnya kenalannya pernah bercerita.
Sebelumnya Kirana mengambil sebagian uang di ATM, dia pikir kaburnya ini akan baik baik saja. Tapi ternyata, uangnya yang ada di dalam tas diambil, hanya tersisa yang ada di saku saja.
"Ibu maaf numpang bertanya, ini kecamatan apa ya?"
"Ini Pekalongan Barat, Neng."
"Pekalongan Barat? Masih Kota Pekalongan ya?"
"Iya, Jawa Tengah."
"Ohh.. daerah pesantren di sini dimana ya, Bu? Saya lihat plang di depan katanya ada pesantren."
"Oh, ke dalam saja. Neng mau mesantren?"
"Mau ikut pengajiannya saja, Bu. Saya pendatang baru."
"Dari mana, Neng?"
"Jakarta."
"Oalah, ke sini kerja?"
Kirana hanya mengangguk.
"Udah nemu tempat tinggal? Atau mau di pesantren?"
"Tempat tinggal di sini ada yang murah, Bu?"
"Saya punya, samping pesantren lagi. Yuk, lihat dulu. Kebetulan sekali ya." Ibu itu terlihat sangat senang bisa bertemu dengan Kirana. "Panggil saja saya Ibu Enok ya, Neng. Saya aslinya Sunda kok."
"Saya Kirana, Bu."
"Neng orang pada mau kerja di Jakarta, kenapa Neng malah ke sini?"
Kirana hanya tersenyum. "Saya mau ngadem, Bu. Tadi keliling-keliling di daerah sini enak udaranya asri."
"Alaaaah, betul, Neng. Makannya Ibu betah."
Kirana mengikuti langkah wanita gendut itu, yang mengantarkannya pada salah satu kontrakan. "Nah, ini, Neng. Harganya 800 ribu perbulan."
Sontak saja mata Kirana membulat. "Gak ada yang lebih murah, Bu?"
Pemilik kontrakan itu tersenyum hambar. "Neng maunya yang berapa?"
"Yang murah, Bu. Sampai saya bisa dapet kerja dulu."
"Oh aduh, rata-rata semuanya diatas 500 ribu, Neng."
Kirana mulai gelisah
"Tapi ada, Neng. Bekas ibu saya. Mau? Cuma gak pake keramik bawahnya."
"Boleh saya lihat?"
"Di belakang pesantren tapi."
"Iya tidak apa apa, Bu."
🌹🌹🌹
Disinilah Kirana sekarang, menatap sebuah rumah tua yang bagian bawahnya hanya memakai semen halus saja. Hanya terdapat tiga ruanga. Dapur dan Kamar yang disekat oleh lemari besar. Dan kemudian kamar mandi.
"Di sini masih ada perabotannya, Neng. Bisa Neng pakai saja, kasur lipatnya ada di dalam lemari. Nanti sprei sama selimutnya ada di rumah Ibu. Nanti Ibu kasih. Cuma ya kekurangannya agak bolong bolong, kalau malem dingin. Terus kalau hujan di belakang bocor. Tadinya mau ibu renovasi, tapi belum ada dana."
"Yang ini berapa, Bu?"
"Buat Neng cuma 200 saja, saya senang ada yang menghangatkan rumah ini. Tapi apa tidak dipesantren saja sambil mengabdi, Neng. Kalau niatnya mau ngaji? Nanti Ibu yang ngomong sama pimpinannya."
"Tidak, Bu. Saya hanya beberapa bulan kok di sini. Akan kembali ke Jakarta."
Ya, niat Kirana memang seperti itu. Dia akan kembali ke Jakarta dan menyelesaikan semuanya. Jika perceraian adalah jalan untuk dia tidak sakit hati, Kirana akan bicara kepada kedua mertuanya dan memberi mereka pengertian.
Tapi untuk saat ini, Kirana benar benar enggan diganggu oleh siapapun. Khususnya orang-orang yang ada di Jakarta. Kirana hanya ingin istirahat sebentar sebelum dia benar benar menemui mereka untuk menyelesaikan semuanya.
Jika Kirana memaksa menyelesaikan saat ini, hatinya akan terluka. Penuh dengan goresan dan juga membuat dirinya berpaling dari Tuhan.
"Ambil selimutnya yu, Neng di rumah Ibu bantuin. Kopernya tinggal aja di sini."
"Iya, Bu."
Kirana pun mengikuti langkah wanita itu, sembari melihat sekeliling yang asri. Di belakang pesantren adalah sawah, dan rumah yang akan ditempati Kirana menghadap ke sana. Benar benar istimewa, membuatnya yakin kalau Allah tidak akan memberikan cobaan tanpa alasan.
"Neng cantik banget ih. Udah punya pacar?"
"Sudah punya suami, Bu."
"Etdah udah punya? Yah… tadinya mau Ibu jodohin sama duda kaya di sini. Pasti demem sama eneng."
"Eh, saya sudah punya suami kok, Bu. Cuma lagi di Arab Saudi," ucapnya dusta.
"Kok neng ke sini? Gak betah ya sama mertua?'
Kirana hanya mengangguk saja. Dia masuk ke dalam rumah ibu pemilik kontrakan yang cukup besar dan berada di depan pesantren.
"Kalau bulan depan Ibu juga mau ke luar kota nengok anak, Neng. Yang gantiin adik saya. Mana ya orangnya? Limah?! Limah?!"
Dan seseorang yang lebih muda itu turun. "Kenapa, Teh?"
"Nih, ini ada yang mau nempatin bekas rumah Ibu. Kenalan dulu."
"Hallo, Teh. Saya Kirana."
Dan orang itu tidak menjabat tangan Kirana sama sekali, dia hanya menatap tajam dengan mata menyipit. "Cantik putih gini kok tinggal di rumah jelek, adek ini simpenannya pejabat ya?"
"Heh! Jangan gitu!" Kemudian si pemilik kontrakan menatap Kirana. "Maaf ya, Neng. Diamah suka iri sama yang cantik."
🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
gia nasgia
Bilang aja takut punya saingan 😜
2025-02-28
0
Andi Alfanita
sukA alurnya,,,💕💕💕
2024-05-02
0
Meny Djaulu
astaga sial sekali nasibmu.
2023-03-23
0