Bidadari Kecil

🌹JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE YA ANAK ANAK KESAYANGAN EMAK, EMAK SAYANG BANGET SAMA KALIAN.🌹

🌹IGEH EMAK JUGA DIFOLLOW DI : @REDLILY123.🌹

🌹SELAMAT MEMBACA, EMAK SAYANG KALIAN.🌹

FLASHBACK

Tabrakan itu yang mengakibatkan Arjuna terluka itu membuat semua orang panik. Dimana bocah 10 tahun yang sebelumnya tengah bermain sepeda kini terbaring di rumah sakit. 

"Ada goresan di matanya, kemungkinan dia untuk melihat lagi sangat kecil. Kami mulai mencari pendonor karena saat ini pendonor kornea sangatlah langka."

Kalimat yang diberikan dokter menjelaskan semuanya, membuat Bunda Eliza menangis dalam pelukan suaminya di sana.

Sampai saatnya anak sulung mereka membuka mata, kemudian dia berteriak, "Bunda! Bunda! Abang gak bisa liaht! Hiks…. Bunda! Abang gak bisa lihat apa apa!"

Sontak bunda Eliza mendekap kuat sang anak yang kini menangis berontak, menanyakan alasan matanta tidak bisa lagi melihat dengan jelas. Hanya  ada kegelapan di sana.

"Bunda! Abang gak liat apa apa, Bun! Hiks… Bunda!"

"Iya, nanti juga Abang bisa lihat lagi. Abangnya jangan nangis, dokter lagi nyari obatnya."

"Obatnya mana? Hiks… Abang gak mau kayak gini, Bun… hiks… abang mau lihat lagi, Bunda….."

Bunda Eliza menatap suaminya di sana. "Mas…, please…"

"Mereka sedang berusaha, aku sudah menelpon pada pengacaraku untuk mencarikan kornea yang cocok dengan Arjuna."

"Ayah, hiks…. Juna gak bisa lihat… Ayah tolongin Juna."

Wigan juga tidak bisa menahan kesedihannya melihat sang anak yang panik dalam dekapan istrinya. Dia keluar dari ruangan itu untuk menenangkan dirinya sejenak.

Wigan duduk di koridor terbuka yang menghadap langsung ke arah taman belakang rumah sakit.

Dia menyesal karena tidak mengawasi anaknya dengan baik hingga dia tertabrak kendaraan. Wigan menyesal tidak memberikan pengasuh dan penjagaan untuk sang putra.

Sampai tiba tiba seseorang yang memakai kursi roda itu mendekat dan diam di samping Wigan. "Masalah tidak akan  selesai jika hanya diam, tapi sebaiknya istirahat sejenak, bukan menyalahkan diri sendiri."

"Bapak siapa?"

"Saya Gunawan," ucap pria itu dengan senyuman ramahnya. 

"Saya permisi."

"Tunggu, Pak. Biarkan saya menjelaskan maksud saya menggangguk bapak," ucap pria yang memakai kupluk itu menahan pria lainnya. 

Yang mana membuat Wigan kembali duduk. "Ada apa?" Tanya dia dengan nada dinginnya.

"Saya mendengar apa yang terjadi dengan anak bapak. Kecelakaan ya? Mata dia tidak bisa berfungsi lagi?"

"Apa yang ingin bapak katakan?"

Si penghuni kursi roda itu hanya tersenyum. "Saya bisa menjadi pendonot untuk anak bapak, saya baru saja memeriksakan diri. Kornea mata saya baik-baik saja."

Wigan terkejut, dia melihat pria di sampingnya dengan kaget. "Donor kornea hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah meninggal bukan?"

"Ya, dan hidup saya sudah tidak lama lagi. Alangkah baiknya jika saya bisa menolong seorang anak yang masa depannya masih panjang."

"Bapak sakit apa?"

"Kanker, sudah lama. Saya sudah menyerah, saya ingin istirahat."

"Dan mendonorkan mata?"

"Setidaknya ada satu bagian dari diri saya yang masih hidup di dunia, yang bisa melihat sosok itu tumbuh."

Mata Wigan melihat ke arah dimana pria kursi roda itu melihat. Ada sosok anak kecil yang sedang dituntun menuju ke arah mereka dengan wanita tua di sampingnya.

"Namanya Kirana, dia baru berusia 5 tahun."

🌹🌹🌹

Dan disinilah sekarang, Kirana kecil tengah makan sendirian di sofa yang ada di ruangan rumah sakit itu.

Sementara Papahnya tengah bicara dengan sang nenek di sana.

"Kamu yakin akan melakukan ini, Nak?"

"Ibu sendiri tahu bagaimana keadaanku, tidak ada harapan lagi."

Sang ibu meneteskan air matanya, dia menggeleng. "Kita harus berusaha."

"Bu….., hentikan saja." Tangan itu menggenggam jemari yang mulai keriput, milik ibunya. "Tidak apa apa, Bu. Semua orang akan menghadapi ini."

Ibu itu meneteska  air matanya. "Dan kenapa kamu mendonorkan matamu?"

"Bu, anak itu masih kecil. Jalannya masih panjang, mungkin itu alasan Allah tidak membiarkan kanker ini menyebar pada semua organ. Supaya aku bisa melakukan kebaikan di sisa hidupku."

"Bagaimana dengan Kirana?" Tanya wanita tua dengan air mata yang menetes.

"Aku akan melihatnya tumbuh, Bu. Dia akan menjadi wanita yang baik, dia akan mengerti."

"Dia masih kecil, Gunawan."

"Ya, dia malaikatku."

Sampai pintu terbuka, menampilkan sosok pria yang lebih tua. "Kakek sudah berkata pada pria itu supaya tetap merahasiakan ini. Kakek juga menolak uang pemberiannya sesuai keinginanmu."

Gunawan mengangguk, dia masih terbaring di atas ranjang. "Bisa kalian tinggalkan aku dan Kirana?"

Sepasang suami istri itu mengangguk.

"Kakek Nenek au kemana?"

"Keluar dulu, Kirana temani Papah dulu ya."

"Iya."

Dan saat Kakek dan Neneknya keluar, Kirana mengakhiri acara makannya dan naik ke atas ranjang rumah sakit sang Papah. "Kilana temenin Papah ya," ucap bocah itu berbaring di samping Papahnya dan memeluknya dari samping.

"Anet, Pah?"

"Anget, Sayang." Sosok itu menahan air matanya agar tidak keluar. Semua alat yang menempel di tubuhnya sudah dilepaskan. 

"Papah cepet sembuh ya, ntal jajan agi cama Kilana."

"Kirana harus mandiri dong, jajannya sendirian. Kan anak pinter."

"Atut ah, anti ada yang culik."

"Nggak ada, gak ada yang berani culik anak baik. Kirana baik 'kan?"

"Aik," ucap Kirana.

"Coba sini hadep, Papah."

Kirana melakukannya. Kini keduanya berhadapan, dimana tangan mungil itu mengusap pipi papahnya yang mulai memucat. "Papah putih."

"Papah ngantuk."

"Tidul aja."

"Kirana mau gak ajarin Papah dengan syahadat yang Kirana pelajari di sekolah agama sama ustadz?"

Kirana mengangguk gembira.

"Anti Papah bobo?"

"Iya, nanti Papah istirahat. Ajarin Papah ya."

Kirana mengangguk kembali. "Itutin Kilana ya. Asyhadu an laa ilaaha illallāh."

Papahnya tersenyum dan mulai meneteskan air mata sambil berkata, "Asyhadu an laa ilaaha illallāh."

Kirana tersenyum gembira. "Telus gini, Pah... Wa asyhadu anna Muhammad Lasuulullāh."

Satu air mata Papahnya menetes di tangan Kirana yang tengah merangkup pipinya. "Wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullāh……" kemudian matanya mulai tertutup dengan perlahan.

Kirana yang melihat itu membubuhkan ciuman di pipi sang Papah. "Met bobo, Papah. Kilana cayang Papah."

Bocah itu kemudian memeluk sosok di depannya.

🌹🌹🌹

TO BE CONTINUE

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

kebanyakan bawang😭😭

2025-02-28

0

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

Ya Allah syedih nya 😭😭

2024-05-10

0

RossyNara

RossyNara

ko banyak bawang.😭😭😭

2024-05-08

0

lihat semua
Episodes
1 Hati yang melihat
2 Tetesan Air
3 Pertolongan?
4 Hati yang membeku
5 Orang Orang Asing
6 Dunia Sebatas Mata
7 Sesuatu yang langka
8 Sebuah Kecurigaan
9 Malam penuh kenangan
10 Semakin jelas
11 Tidak memiliki tempat
12 Penyebab
13 Pemikiran dua pria
14 Rasa Percaya diri
15 Orang jahat dimana-mana
16 Cerita dari Masa Lalu
17 Bidadari Kecil
18 Air mata yang mengering
19 Tujuan yang Berbeda
20 Jembatan Penghubung
21 Memohon Izin
22 Doa untuk bidadari
23 Kekhawatiran setiap insan
24 Ketakutan yang tidak pernah ada
25 Alasan tetap bertahan
26 Keinginan sederhana
27 Perhatian untuk Kirana
28 Pesan suara
29 Masih bersembunyi
30 Kecupan
31 Sentuhan
32 Kecurigaan
33 Bangkai yang ditemukan
34 Masa yang abu
35 Anggota yang belum dianggap
36 Gadis Impian Eyang
37 Sikap yang tidak biasa
38 Permintaan Kirana
39 Alasan Permintaan
40 Melukis kenangan baru
41 Seorang Kakak
42 Terbuka
43 Pukulan Telak
44 Teka Teki
45 Keputusan sang Kepala Keluarga
46 Maaf yang tidak pernah sampai
47 Bau bangkai
48 Helaian yang Jatuh
49 Orang dari Masa Lalu
50 Rasa sakit untuk jiwa lain
51 Dua pilihan
52 Salah sasaran
53 Harapan itu masih ada
54 Balas Budi Eyang
55 wanita lain
56 Hanya wanita asing
57 Jodoh adalah kematian
58 Tindakan Arjuna
59 Tidak tepat waktu
60 Pria rapuh
61 Kenalan lama
62 Bidadari lainnya
63 Balasan itu nyata
64 Nasib yang disengaja
65 Takdir yang Berbeda
66 Goresan Tinta
67 Syurga itu untuk siapa?
68 Sebuah Jalan
69 Cerita sebenarnya
70 Tanda
71 Senyuman Bidadari
72 Kesempatan
73 Bertahanmu, untukku.
74 CINTA UNTUK ALUNA
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Hati yang melihat
2
Tetesan Air
3
Pertolongan?
4
Hati yang membeku
5
Orang Orang Asing
6
Dunia Sebatas Mata
7
Sesuatu yang langka
8
Sebuah Kecurigaan
9
Malam penuh kenangan
10
Semakin jelas
11
Tidak memiliki tempat
12
Penyebab
13
Pemikiran dua pria
14
Rasa Percaya diri
15
Orang jahat dimana-mana
16
Cerita dari Masa Lalu
17
Bidadari Kecil
18
Air mata yang mengering
19
Tujuan yang Berbeda
20
Jembatan Penghubung
21
Memohon Izin
22
Doa untuk bidadari
23
Kekhawatiran setiap insan
24
Ketakutan yang tidak pernah ada
25
Alasan tetap bertahan
26
Keinginan sederhana
27
Perhatian untuk Kirana
28
Pesan suara
29
Masih bersembunyi
30
Kecupan
31
Sentuhan
32
Kecurigaan
33
Bangkai yang ditemukan
34
Masa yang abu
35
Anggota yang belum dianggap
36
Gadis Impian Eyang
37
Sikap yang tidak biasa
38
Permintaan Kirana
39
Alasan Permintaan
40
Melukis kenangan baru
41
Seorang Kakak
42
Terbuka
43
Pukulan Telak
44
Teka Teki
45
Keputusan sang Kepala Keluarga
46
Maaf yang tidak pernah sampai
47
Bau bangkai
48
Helaian yang Jatuh
49
Orang dari Masa Lalu
50
Rasa sakit untuk jiwa lain
51
Dua pilihan
52
Salah sasaran
53
Harapan itu masih ada
54
Balas Budi Eyang
55
wanita lain
56
Hanya wanita asing
57
Jodoh adalah kematian
58
Tindakan Arjuna
59
Tidak tepat waktu
60
Pria rapuh
61
Kenalan lama
62
Bidadari lainnya
63
Balasan itu nyata
64
Nasib yang disengaja
65
Takdir yang Berbeda
66
Goresan Tinta
67
Syurga itu untuk siapa?
68
Sebuah Jalan
69
Cerita sebenarnya
70
Tanda
71
Senyuman Bidadari
72
Kesempatan
73
Bertahanmu, untukku.
74
CINTA UNTUK ALUNA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!